Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PR Anak Sekolah Melibatkan Orang Tua, Ini Plus Minusnya!

Konten [Tampil]

pr anak sekolah melibatkan ortu

PR anak sekolah zaman sekarang selalu melibatkan orang tua, khususnya untuk anak TK hingga SD ya. Sepertinya, ini merupakan implementasi dari kurikulum terbaru kali ya, meskipun sebenarnya masalah ortu terlibat dalam PR anak itu sudah sejak dahulu kala.

Gara-gara hal ini, banyak ortu yang mengeluh, karena merasa yang sekolah itu ortunya, bukan hanya anak-anaknya saja.

Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan tersendiri buat ibu bekerja, khususnya. Karena sudah lelah seharian bekerja, pulang ke rumah, eh kudu bantuin anak mengerjakan PR, pulak.

Btw, tema tulisan ini berasal dari konten seseorang di instagram, di mana si ibu mengeluhkan PR anak sekarang yang berasa untuk ortu semata, bukan untuk anaknya.

Disebutkan si ibu tersebut heran, apa manfaatnya ngasih PR anak TK untuk bikin sesuatu, yang tentunya guru tahu, anak-anak belum bisa mengerjakan hal itu sendirian.

Kan sama aja kayak ngasih PRnya ke ortu anak semata.

**Si MamiRey bilaik

"dia belom ketemu sama PR anak TK yang setiap hari, maknya disuruh bikinin soal apa saja buat dikerjakan anaknya sebagai PR sih. Dijamin, meski sederhana, lumayan ngehek pula otak, hahaha."

Sebenarnya, saya pun sempat merasa demikian, dan sudah pernah saya tuliskan bahwa tugas anak sekolah zaman now itu, sungguh bikin ortu atau parents pengen nangis. 


Cerita Tentang PR Anak Sekolah Adalah PR Buat Ortu Juga

Pertama kali merasa bahwa PR atau tugas anak sekolah zaman now sebagai sebuah hal yang membebani ortu adalah, ketika melihat kakak ipar saya yang rajin banget ngerjain tugas atau PR anaknya.

pr anak sekolah

Ketika itu saya berpikir, ini yang salah sekolahnya yang ngasih tugas atau PR banyak? atau ortunya yang terlalu baik sama anaknya?.

Lalu, sampailah giliran saya yang mengalami hal sama. Ketika itu si Kakak Darrell masih duduk di bangku TK. Dan dia minta untuk masuk les kumon matematika.

Yang namanya les kumon tuh, hidup anak jadi bertemankan PR everyday. Tapi jujur, saya bukanlah tipe ortu yang mau mengerjakan tugas atau PR anak. Saya memilih untuk hanya mengingatkan dan menemani si Kakak untuk konsisten mengerjakan PRnya.

Sampai akhirnya si Kakak masuk SD, dan pertama kalinya dikasih PR tuh tentang mengamati lingkungan.

Mulailah saya merasakan kalau PR anak sekolah, kudu melibatkan ortunya, ya kali si Kakak bisa keluar mengamati ke sekelilingnya sendiri.

Lucky me, si Kakak bersekolah di sekolah yang nggak memberikan PR setiap hari. Hanya seminggu sekali aja. Tapi tetap aja ngerasa terbebani. 

Selain karena waktu itu si Adik udah lahir, saya kewalahan mengurus si kakak dan juga si bayi.

Lalu, beberapa tahun kemudian, si Adikpun harus sekolah dan masuk TK.

Ketika masih bersekolah di TK Mutiara TPJ Sidoarjo, si Adik bisa dikatakan bebas PR. Pokoknya sekolah mostly buat bermain sambil belajar. Pulang ke rumah ya sudah. 

Sampai akhirnya si Adik naik ke TK B dan sekalian pindah ke salah satu TK Islam di Surabaya.

Maka perjuanganpun dimulai.

Entah karena sudah TK B, atau memang sebagian besar TK di Surabaya tuh terobsesi dengan yang namanya calistung, atau baca, tulis dan hitung. Jadinya yang namanya PR itu, ada setiap harinya.

Lebih fantastis lagi, yang diminta bikin soal PRnya ya orang tuanya, soal apa aja sesuai dengan pembelajaran anak-anak dan jadwal pelajarannya. 

Saya lumayan stres dan terbebani di awalnya, sampai akhirnya menyadari, kalau ternyata ada loh manfaat yang saya sebagai ortu, rasakan. Khususnya dalam terlibatnya pada tugas atau PR anak sekolah.

Setiap malam , saya harus membuatkan soal untuk si Adik kerjakan. Soalnya terserah saya, sesuai dengan mata pelajarannya.

Misal, untuk besok anak-anak akan belajar matematika. Saya lalu melihat buku matematika si Adik, agar tahu di minggu kemaren mereka belajar apa saja?.

Dari pembelajaran anak-anak itulah, saya bikin sebuah soal yang mirip, lalu dikerjakan oleh si Adik.


PR Anak Sekolah Melibatkan Orang Tua, Ini Plus Minusnya!

Rutinitas bikin soal buat PR si Adik terus saya lakukan sampai berakhirnya semester pertama di bulan Desember 2023 lalu.

Sekarang, anak-anak sudah lebih mandiri, dan ortu pun sudah tidak terlalu intens harus ikut dalam kegiatan PR anak sekolah.

Sejak awal semester genap ini, anak-anak dibagikan buku paket yang berisi soal-soal buat PR anak. Jadi, sekarang si Adik cukup mengerjakan soal-soal di buku tersebut, tanpa perlu menunggu maminya bikinin soal.

Dari pengalaman tersebut, saya bisa menarik kesimpulan, bahwa selalu ada plus minus jika PR anak sekolah harus melibatkan ortu.


Plus atau kelebihan PR anak sekolah melibatkan orang tuanya

Adapun plus atau kelebihan jika PR anak melibatkan ortu dalam pengerjaannya, adalah:

kelebihan pr anak sekolah

1. Ortu punya kesempatan bonding lebih banyak dengan anak

Ortu yang terlibat langsung dalam mengerjakan PR bersama anak, punya kesempatan lebih untuk melakukan bonding dengan anak.

Ini penting banget mengingat di zaman sekarang, waktu untuk itu sering diabaikan ortu. Anak-anak harus bersaing keras dengan pekerjaan ayah ibunya, ataupun ponsel ayah ibunya yang paling sering menyita perhatian ortunya.

Dengan adanya kegiatan mengerjakan PR bareng anak, ortu bisa menjadikannya sebagai bonding time yang tepat untuk keduanya.


2. Ortu jadi tahu dengan jelas kondisi anak dalam belajar

Seringnya, ortu tidak punya waktu untuk bisa mengenali kondisi anaknya ketika belajar. Hal ini menjadikan ortu kadang protes, jika perkembangan anaknya tidak sesuai dengan harapannya.

Padahal,bisa jadi karena kondisi pembelajaran anak yang kurang bisa memahami sebuah pelajaran. Dan ortu abai terhadap hal tersebut karena tidak pernah terlibat langsung dalam kegiatan belajar anak.

 

3. Anak jadi lebih dekat dengan ortunya

Keuntungan lainnya adalah, anak jadi merasa lebih dekat dengan ortunya. Merasa lebih diperhatikan, sehingga anak bisa dengan mudah membuka percakapan dengan ortunya. 

Hal ini sangat bermanfaat, mengingat zaman sekarang kesibukan ortu seringnya membuat gap yang cukup luas dengan anaknya.

Jika hal itu berlangsung secara terus menerus, akhirnya anak akan jadi tertutup dan sulit untuk bisa mengungkapkan masalah maupun isi hatinya ke ortu.


4. Adanya komunikasi antara guru dan ortu yang lebih intensif

Jika ortu selalu terlibat dalam pengerjaan PR anak, maka komunikasi antara guru dengan ortu akan menjadi lebih intens, karena ada topik tentang anak yang bisa dibahas bersama.

Entah itu berkomunikasi atau berdiskusi untuk membahas tentang perkembangan anak, masalah-masalah anak ketika di sekolah atau dalam pembelajaran, maupun masalah anak lainnya.


5. Target pembelajaran sekolah tercapai oleh kesinambungan dengan ortu

Sebaik apapun pembelajaran di sekolah anak, pakai kurikulum paling canggih sekalipun, tidak akan benar-benar memberikan impact yang nyata kepada anak. Terutama jika apa yang dipelajari, tidak konsisten dan berkesinambungan dengan ketika anak di rumah.

Oleh karena itu, kerjasama antara sekolah dan ortu itu penting, demi berkesinambungan pembelajaran anak di sekolah dan di rumah.

Misalya, di sekolah sudah diajarkan tentang shalat 5 waktu, namun ketika anak pulang ke rumah, tidak ada ortu atau siapapun yang mengingatkan dia kembali tentang shalat.

Lama-lama anak merasa, kalau shalat itu cuman di sekolah, kalau di rumah ya bebas. Sehingga sulit menanamkan pengertian, bahwa apa yang dipelajari di sekolah itu, juga seharusnya dipraktikan ketika berada di rumah juga.

Karenanya, kerjasama yang baik antara guru di sekolah dan ortu di rumah sangat penting, agar bisa menerapkan pendidikan dan pembelajaran yang konsisten dan berkesinambungan. 


Minus atau kekurangan PR anak sekolah melibatkan orang tuanya

Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada sisi minus atau kekurangan akan tugas atau PR anak sekolah yang harus melibatkan ortu, di antaranya:

kelebihan pr anak sekolah

1. Anak-anak jadi kurang bahkan sulit mandiri

Karena di rumah ortu begitu peduli untuk mengingatkan anak mengerjakan PR, membuatkan anak soal PR dan menemani anak untuk mengerjakan PRnya.

Hal ini bisa berdampak negatif pada kemandirian anak.

Jadi kurang peduli dengan PRnya, dan berharap ibunya yang mengerjakannya saja.


Solusinya: Kalau saya selalu sounding, bahwa hal itu (ortu terlibat dalam PR anak) adalah bentuk bantuan maminya, jadi bukan berarti dia bisa mengandalkan maminya terus.

Selain itu, tetap biasakan agar anak yang mengajak ortunya ngerjakan PR, bukan sebaliknya. Hal ini untuk melatih rasa tanggung jawab anak secara mandiri.


2. Anak-anak bisa lebih malas dan berharap pada ortu

Karena segalanya ada ortu yang membantunya, bisa jadi anak akan tumbuh lebih malas atau kurang peduli.

Dia tidak akan peduli dengan PR, toh ada Maminya yang ngerjakannya. Apalagi kalau ortu yang gagal membujuk anaknya mengerjakan PR, akhirnya malah ortunya yang mengerjakan PR tersebut, tanpa melibatkan anak.  

Solusinya: selalu sounding, dan selalu melibatkan anak dalam mengerjakan PR, jangan lupa juga untuk memberikan rewards ataupun pujian, jika anak lebih serius mengerjakan PRnya bersama ortunya dengan semangat.


3. Anak-anak jadi kurang bertanggung jawab

Hampir sama dengan poin di atas, di mana keterlibatan ortu dalam mengerjakan tugas atau PR anak, yang bikin anak jadi malas. Risiko lainnya juga bisa bikin anak kurang bertanggung jawab atas PRnya, karena berharap pada ortunya yang pasti akan mengerjakannya.

Solusinya: Membiarkan anak yang lebih berperan dalam pengerjaan tugas atau PRnya.


Kesimpulan dan Penutup

Di zaman sekarang, kolaborasi mendalam antara guru dan ortu anak-anak itu penting demi keberlangsungan pembelajaran anak di sekolah untuk diteruskan di rumah juga.

Salah satu implementasinya adalah terlibatnya ortu dalam mengerjakan PR anak secara lebih intens. Namun, hal ini tentunya tidak lepas dari plus minusnya.

Di satu sisi, hal ini bagus untuk bonding ortu ke anak secara lebih mendalam. Ortu juga bisa mengetahui kondisi pembelajaran anak, sehingga tercipta komunikasi yang intens dan positif antara ortu dan guru untuk kemajuan anak.

Namun, di sisi lain, bisa mengakibatkan anak jadi kurang bertanggung jawab dan malas karena mengandalkan ortunya yang terbiasa membantunya dalam mengerjakan PR.

Setidaknya itu pengalaman saya, how about you, Parents.


Surabaya, 25 Januari 2024

Sumber: pengalaman dan opini pribadi

Gambar: Canva edit by Rey dan dokpri

1 comment for "PR Anak Sekolah Melibatkan Orang Tua, Ini Plus Minusnya!"

  1. Memaaaaang, kdg ga abis pikir ini yg sekolah siapaaaa 🤣🤣. Kayak kemarin ya rey, anakku ada tugas kelompok di suruh bikin kendaraan dari kardus, yg bisa membuat 5 orang. Kebayang ga sih, itukan besaaaaaaaar 🤣🤣. Aku disuruh buat kotak untuk nyimpen skincare biar rapi aja hasilnya acak kadut, ini lagi disuruh bikin bus dr kardus 😂😂😂.

    Memang sih kerja kelompok, tapi anak kelas 2 mana bisa bikin begituuu. Kan hrs pake gunting besar, lem tembak dll. Akhirnya yg bikin siapa?? Ya ortu murid yg kebetulan di kelompok ku ada yg ortunya pembuat barang2 bekas jadi lebih berguna. Langsung aku bayar aja, biar dia mau bikinin 😄.

    Yakali aku disuruh bimbing anak bikin something yg aku ga bisa juga 😅

    Kalo tugasnya PR math, oke laaah, aku temenin si adek. Yg masuk akal gituloh kalo ksh tugas 😆

    ReplyDelete