Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Moms, Kerja Kantoran Sambil Momong Anak Boleh, Asal Profesional

Konten [Tampil]

kerja kantoran sambil momong anak

Moms, kerja kantoran sambil momong atau mengasuh anak itu boleh, tapi plis lebih profesional lah. Memang sih, dewasa ini banyak kondisi yang mengharuskan seorang ibu membawa atau mengasuh anaknya di tempat kerjanya.

Dan saya termasuk salah satu yang menganggap hal itu adalah sesuatu yang sah-sah saja, asalkan tidak mengganggu pekerjaannya.

Demikian juga, saya termasuk orang yang paham, mengapa beberapa perusahaan memilih menerapkan peraturan larangan membawa anak ke tempat kerja.

Karena, kenyataannya tidak semudah itu bekerja secara profesional, jika ada anak yang ikut serta ngantor, dan kurang koperatif.


Cerita Harus Menunggu Layanan Karena Stafnya Sedang Nyuapin Anaknya

Jadi ceritanya, pagi ini saya mengunjungi sebuah kantor untuk membayar sesuatu. Nggak usah saya jabarkan kantor apa ya, karena ini memang fokusnya membahas masalah ibu kerja kantoran sambil mengurus anaknya.

Ketika tiba di depan ruangan kantor yang dituju, saya sekali lagi memeriksa jumlah uang yang akan dibayar. Dan baru menyadari kalau ternyata nggak punya uang pas.

Tapi sudahlah, harusnya si petugas punya kembalian kan ya.

Saya mengetuk pintu ruangan tersebut, dan membukanya, lalu... tadaaaaa.... ruangan bau makanan dong.

Tampak di dalam ruangan sedikit ramai, ternyata kedua ibu petugas sedang menyuapi anak-anaknya yang kalau diliat dari seragamnya mereka sudah duduk di bangku SD.

Saya pun mengatakan maksud kedatangan, dan dijawab si ibu agak lama karena tangannya masih sibuk menyuapi anak-anaknya tersebut.

Mulut si ibu juga sedang sibuk merayu anaknya agar mau makan.

Terus si anak ngapain, kok nggak mau makan sendiri? lagi main HP dong, hahaha.

Sungguh, ini bukan masalah nyinyir kegiatan pengasuhan yang berbeda dengan saya, tapi kesan pertama yang saya dapatkan ketika membuka pintu ruangan kantor tersebut.

Saya datang di jam kerja, sekitar pukul 9 pagi, pas buka pintu mendapatkan ruangan yang bau makanan, dan anak-anak yang main HP tapi nggak bisa diam, ke sana ke mari mulu. 

Lalu si ibu, seolah menyepelekan tamu yang datang, dibiarkan saja saya sejenak berdiri di pintu, memandangi mereka yang sedang merayu anaknya buat makan.

Setelah mereka tersadar dari kegiatan merayu dan menyuapi anak, barulah saya disuruh masuk dan diminta duduk.

Lah mau duduk di mana? kursinya dipenuhi anak-anaknya.

Agak lama, baru si ibu tersadar dan meminta anaknya untuk minggir sejenak, agar tamunya yang mau bayar ini bisa duduk. 

Sampai saya sudah duduk dengan tenangpun, mereka masih sibuk menyuapi anak, lalu kemudian mulai duduk di meja depan saya, dan mengutak atik sesuatu untuk memproses pembayaran saya.

Untungnya prosesnya lumayan cepat, meskipun agak tersendat di masalah nggak ada kembalian. Doh! udahlah mereka tidak mempermudah pembayaran online, petugas yang disiapkan semacam ngasal pulak.

Beruntung, ketika mengecek tas, saya menemukan uang receh yang ketika dijumlahkan bisa memenuhi kekurangan pembayaran tersebut.

Segera saya bayar, mengambil bukti pembayaran lalu pamit pulang. 


Moms, Kerja Kantoran Sambil Momong Anak Boleh, Asal Profesional

Saya meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan campur aduk. Antara kesal, miris, dan entahlah, nggak bisa digambarkan.

kerja kantoran sambil momong anak

Maksud saya gini, memang sih tuh kantor bukanlah sekelas kantor mentereng di gedung mewah. Pun juga, keperluan saya di situ, tidak se-urgent ketika berada di UGD.

Tapi, yang namanya di kantor, apalagi jam kerja, lalu ada tamu datang, apalagi yang mau bayar kan ye. Sudah sebijaknya lebih diutamakan ketimbang kegiatannya menyuapi anak SD makan itu.

Iya gitu kalau dia momong bayi kan, terus bayinya tantrum karena sakit atau semacamnya. Mungkin masih wajar lah dimengerti dengan baik.

Tapi, ini tuh yang disuapin anak SD, disuapin juga bukan karena nggak punya tangan buat makan sendiri, tapi karena lagi sibuk main HP.

Okelah kalau mungkin si ibu itu punya masalah, anaknya sulit makan, makanya disuapin di kantor aja, mumpung sekolah anaknya dekat banget sama kantornya.

Tapi, bukan dengan menyuruh tamu untuk menunggu kegiatan suap-suapan itu kan?.

Kan bisa ya, anaknya dikondisikan, atur kursi yang rapi, agar anaknya tidak merusak pemandangan kantor, apalagi itu kantor pelayanan. Suruh anaknya duduk dengan rapi di sudut yang tidak mengganggu kursi tamu yang datang dengan semua keperluannya.

Lalu, ketika ada tamu, terlebih di jam kerja kan.

Bisa dong, langsung tinggalkan kegiatan suap anak itu, dan fokus menyambut tamu yang datang. Kalau kek gitu, para tamu kan juga nyaman, dan bisa mengerti kalau para ibu itu sibuk menyuapi anak-anaknya yang main HP. Dan juga mengerti, ketika ruangan jadi bau makanan.

Ini sepele sih, tapi saya yakin, inilah salah satu penyebab beberapa perusahaan melarang pekerjanya membawa anaknya ketika bekerja.

Sebagian orang akan menganggap kalau perusahaan tersebut tidak punya empati kepada ibu bekerja yang punya anak. Nggak ramah ibu beranak.

Enggak! saya yakin semua perusahaan akan meluaskan pengertiannya akan kondisi ibu yang terpaksa harus kerja kantoran sambil momong anak, asalkan si ibu bisa menunjukan ke-profesional-annya.

Silahkan bawa anak dan momong anak ketika di kantor dan jam kerja, tapi pastikan untuk selalu profesional dan mengutamakan pekerjaannya. Terlebih jika pekerjaannya adalah melayani konsumen.

Karena, meski dunia harus berpihak pada kebahagiaan dan kebutuhan anak, bukan berarti hidup harus berhenti karena anak kan. Atau harus mengorbankan orang banyak untuk satu anak, apalagi kalau masalahnya adalah kegagalan ibunya bersikap lebih profesional.

Setidaknya, lakukanlah persiapan-persiapan sebelum mengajak anak ke kantor. Misal, sejak dari rumah sudah diberi sounding, agar anak mengerti bagaimana bersikap ketika di kantor ibunya.

Dengan demikian, ibunya bisa melaksanakan muti tasking dengan profesional, kebutuhannya akan gaji dari pekerjaan terpenuhi. Anaknya juga jadi lebih aman dan nyaman, citra perusahaan juga tetap terjaga. 

Karena meski pekerjanya bawa anak sambil kerja kantoran, tapi semangat kerja profesional, tetap dipertahankan.

Well, terlepas dari citra si ibu yang tidak profesional dalam bekerja sambil momong anak tersebut. Mungkin juga rasa kesal saya masih sedikit dipicu dari kondisi diri yang dulu memutuskan resign dari pekerjaan karena anak.

Dulunya saya rela jadi ibu rumah tangga, bukan karena kasian anak ditinggal mulu sampai sakit-sakitan mulu. Tapi juga karena tertekan sendiri ketika harus izin pas anak sakit, terus kerjaan di kantor jadi terhambat hanya gara-gara saya nggak masuk kerja.

Dan saya tahu persis, bagaimana panjangnya dampak dari terhambatnya kerjaan tersebut. Salah satunya akan dirasakan oleh pekerja, yang akhirnya tertunda pembayaran gajinya.

Padahal, bisa jadi bahkan banyak pekerja, yang sudah sangat berharap dengan gaji mereka, karena kebutuhan hidup yang mungkin mendesak telah menanti mereka.

Karena hal itulah, saya jadi sulit untuk mengerti, ketika melihat seorang ibu yang malah mengorbankan konsumen atau klien pekerjaannya, hanya karena kondisinya seorang.

I mean, emang situ aja yang punya masalah demikian?. 

Banyak!

Tapi para ibu yang lain memilih untuk tidak merugikan orang lain untuk mengerti masalahnya sendiri.

Jadi, jika memang masih harus bertahan dengan kondisi bekerja sambil momong anak, semangatlah untuk kerja lebih baik, dan lebih profesional.


Surabaya, 11 Januari 2024

2 comments for "Moms, Kerja Kantoran Sambil Momong Anak Boleh, Asal Profesional"

  1. Wah, sebagai emak baru, ini pelajaran banget buat aku. Bener deh gmna pun kerja harus profesional. Karena ga semua klien bisa memahami. Terkhusus kalau bawa anak ke tempat kerja. Bagaimana pun klien kan kudu diutamakan. Kcuali mash jam istriahat dan mau melakukan apapun itu sh gak masalah. Tp di jam kerja ini mah kurang profesional

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan sebenarnya bukan masalah klien memahami sih, tapi aturannya begitu.
      Yang namanya profesional itu, bukan dari pemahaman konsumen, tapi sesuai aturan :)

      Delete