Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ibu Adalah Manajer Terbaik dan Luar Biasa untuk Anaknya

Konten [Tampil]
Ibu adalah manager terbaik

Ibu adalah manajer terbaik dan luar biasa untuk anaknya, seketika terpatri di benak saya melihat kegiatan si Adik yang mulai melelahkan khususnya sejak masuk semester 2 ini.

"Mi, adek mau renang, plis!"


"Nggak bisa dek, liat tuh adek pilek dan batuk, kalau renang bisa-bisa adek makin sakit karena kedinginan, padahal Senin besok adek harus liat pemadam kebakaran!"

Sejurus kemudian si Adik, mewek, lalu nangis, meski pelan.

"Maaf ya Dek! besok deh kalau adek udah pulang dari pemadam kebakaran, trus udah sembuh, baru deh renang."

Bukannya mereda, malah makin cranky, dan maminya terpaksa meninggalkan si Adik sebentar, daripada kesal dan emosi sendiri, hahaha.

Keadaan seperti itu sering terjadi, di mana saya harus selalu stay focus untuk merencanakan kegiatan yang menyesuaikan kondisi anak-anak. Bukan hanya si Adik, demikian juga untuk si Kakak.

That's why, saya selalu sensitif kalau ada yang protes atau mengajari saya cara parenting yang benar menurut dia. Udah deh, jangan cuman ngajarin, sini praktikan sekalian, hahaha.

Demikianlah, saya pikir kalimay 'ibu adalah sebaik-baiknya manajer buat anaknya' itu, bukan hanya sebuah ungkapan biasa saja. Terutama setelah menjadi ibu rumah tangga yang selalu mendampingi setiap kegiatan anak yang seabrek.


Cerita Kegiatan Sekolah Anak yang Seabrek

Senin kemaren, si Adik ada kegiatan outing dalam kota bersama teman-teman sekolahnya. Kegiatan ini sangat dinantikan oleh si Adik, karena mereka akan mengunjungi kantor pemadam kebakaran dan kantor polisi.

outing anak tk

As we know kan ye, hampir semua anak kecil tuh suka banget hal-hal tentang pemadam kebakaran dan polisi, termasuk si Adik. 

Masalahnya adalah, si Adik malah mulai terlihat drop di hari Minggu pagi.

Jadi was-was dong maminya, takut dia semakin drop dan nggak jadi ikutan teman-temannya di keesokan harinya.

Sebelumnya, si Adik sudah pernah melewatkan kegiatan serupa, dia sakit cacar air ketika jadwal akan mengunjungi Musium Pintar di Juanda.

Padahal di sana ada replika pesawat, dan si Adik sangat suka pesawat. Saking kasiannya, saya sama sekali menunjukan foto-foto temannya yang sedang gembira di musium tersebut, yang di-share melalui WAG sekolah.

Jadinya, kali ini saya bertekad, bahwa si Adik tidak boleh drop, dia harus kembali fit sehingga bisa mengikuti kegiatan sekolahnya di keesokan harinya.


*********

Kerasa nggak sih Moms, kegiatan sekolah anak-anak zaman now itu, masya Allaaaahhh sibuk sekali. Baik untuk kegiatan pelajaran anak, maupun kegiatan ekstra kurikuler mereka.

Sejak si Adik masuk TK B di salah satu TK Islam swasta di Surabaya, kerasa banget lelahnya mengikuti ritme kegiatan si Adik.

Beruntung, si Kakak yang udah SMP, meski kegiatannya juga tak kalah banyak, namun dia udah tidak benar-benar harus melibatkan maminya juga.

Saya cukup meng-support dengan mengizinkannya pulang telat, mengizinkannya bawa teman ke tempat kami yang mungil, hingga support dananya. Sesekali saya juga masih ikut mengantar jemput si kakak, terutama ketika jadwalnya tidak bersamaan dengan si Adik.

Tapi, tidak demikian dengan si Adik.

Justru anak TK tuh, kegiatannya wajib melibatkan ortu. Baik pada kegiatan antar jemput, hingga ortu harus terlibat langsung. Baik hanya untuk support kegiatan, maupun ikutan dalam kegiatannya.    

Hal ini mungkin akan menyenangkan buat ibu-ibu yang ekstrovert, tapi tidak demikian dengan saya yang memang cenderung introvert, serta selalu mencari waktu luang untuk menulis di blog.

I mean, sejujurnya nih, saya nggak mau terlibat langsung, cukup antar jemput, abis itu saya secepatnya melipir ke satu tempat, untuk bisa buka laptop dan ngetik. 

Tapi sudahlah, beruntung saya selalu open minded dan akhirnya nurut aja, ikutin semua kegiatan sekolah si Adik.

Kegiatan sekolah si Adik semenjak di TK Surabaya ini memang berbeda dengan ketika masih bersekolah di TK Mutiara TPJ Sidoarjo

Dulunya, meski kegiatan sekolah si Adik banyak, tapi gurunya memberikan kebebasan bagi anak dan ortu untuk ikutan atau enggak.

Sementara sekarang, boro-boro ditanya mau ikutan apa enggak?. Tiba-tiba aja nomor WA sudah dijebloskan ke dalam sebuah grup kegiatan sekolah. Lalu selanjutnya mendapatkan instruksi harus ke sekolah di hari ini, menyiapkan ini itu.

Mau nggak mau ya harus ikutan dong. Apalagi buat si MamiRey yang sungkanan ini kan, mau nolak itu gimana ya (salahmu sendiri, Rey! hahaha).

I mean, mau alasan sibuk (meski beneran sibuk ya), tapi nyatanya saya yang setiap hari antar jemput si Adik, ya sudahlah terpaksa mengorbankan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk nulis.

Selain kegiatan si Adik yang melibatkan parents, kegiatan ekstra di luar jam sekolahpun harus dijalani, salah satunya mengikuti latihan drumband 3 kali seminggu.

Ini juga wajib diikuti selalu, karena sekali saja anak nggak bisa ikutan, maka kasian kan dia bakalan ketinggalan banyak gerakan dibanding temannya.

Alhasil, ada masa ketika hari si Adik harus latihan drumband di sore hari, saya harus bergerak secepat mungkin, agar si Adik nggak telat.

Si Adik yang pulang sekolah pukul 12 siang, harus segera sampai rumah lalu segera makan, lalu mandi, shalat dan berangkat lagi.

Benar-benar berasa sibuk ngalahin bapak Jokowi dah.

Si bapak Jokowi mah sibuknya tinggal jalanin aja, semuanya udah dipersiapkan, tau beres doang. Mana tahu si Bapak bagaimana riewehnya orang masak, cuci piring, mandiin anak, bangunin anak di pagi hari biar nggak telat, ye kan? hahaha.

  

Tentang Kondisi Anak yang Kadang Tidak Bersahabat

Di tengah kegiatan anak yang seabrek itu, ada tubuh anak yang kadang tidak bersahabat karena drop.  Terlebih sekarang lagi musim hujan kan.

Berkali-kali deh kami terpaksa kehujanan meski pakai mantel, dan keadaan itu membuat si Adik jadi drop.

Untungnya, si Kakak nggak ikut-ikutan. Sejak usianya 6 tahun, si Kakak yang ketika bayi selalu sakit-sakitan, Alhamdulillah sekarang jauh lebih kuat.

Terlebih, karena si Kakak memang udah lebih mengerti ketimbang adiknya ya. Jadi, saya cukup menasihatinya, untuk bisa mengontrol makanan yang dikonsumsinya, dan si Kakak akan nurut sendiri, setidaknya menguranginya.

Yang masih harus dikontrol adalah jadwal istrahat mereka, di mana saya harus memastikan agar si Kakak bisa tidur segera di malam hari, agar ketika bangun di subuh hari, tetap dengan kondisi fit.  

Setidaknya, maminya bisa bernafas sedikit lega dengan fokus ke kesehatan si Adik yang memang masih rentan terhadap banyak penyakit.

Si Adik mah, makan snack dengan MSG berlebihan dikit, langsung batuk pilek. Makan cokelat atau es krim agak sering, batuk pilek lagi.

Bahkan, seperti kakaknya dulu, daya tahan pencernaannya juga nggak kuat. Salah makan yang kurang higyenis dikit, diare!.

Ampun dah.

Padahal, kalau si Adik sakit, tentunya mempengaruhi kehadirannya di sekolah, termasuk kehadirannya dalam mengikuti kegiatannya yang seabrek itu.


Ibu Adalah Manajer Terbaik dan Luar Biasa untuk Anaknya

Dengan 2 kondisi di atas, antara kegiatan sekolah anak yang seabrek dan kondisi kesehatan anak-anak yang kadang tidak bersahabat. Maka harus ada seseorang yang bisa dengan sigap mengatur dan mengontrol jadwal mereka sebaik mungkin.

Tidak berlebihan, saya menyebut diri sendiri sebagai seorang manajer terbaik untuk anak-anak.

Karena memang tidak mudah mengatur dan mengontrol kegiatan anak dengan menyesuaikan kondisi mereka. Pada praktiknya, saya harus berhadapan dengan momen-momen yang menguras emosi, seperti cerita di awal tulisan ini.

Bukan hanya momen bersama si Adik, si Kakak pun demikian.

Ketika maminya mengingatkan di waktu malam misalnya, di mana sudah waktunya shalat Isha dan ngaji, lalu secepatnya gosok gigi dan tidur.

Tidak selalu semua reminder maminya, yang seringnya dilakukan sambil mengetik itu, langsung didengarkan oleh anak-anak.

Masalahnya adalah, 'entar-entar'nya anak itu, seringnya kebablasan, 'entar'nya sampai molor hingga sejam karena keasyikan baca buku, atau main bersama adiknya.

Dan masalah berikutnya adalah, maminya juga keenakan nulis, jadinya lupa mengingatkan kembali, sehingga pas nyadar, eh udah jam 9 malam, anak-anak belum ngaji, belum gosok gigi.

Pas diingatkan kembali, jadinya gedubrakan, dan tidak jarang melupakan hal-hal kecil tapi penting. Misal, gosok giginya nggak bersih, atau sekadar lupa minum obat atau vitamin, bahkan skip ngaji. 

Ampunnn dah.  

Sedikit saja molor dari jadwalnya, bisa jadi berbuntut panjang, di mana bisa jadi anak-anak drop karena kurang istrahat. Atau bisa juga jadi ngantuk di sekolah karena kurang tidur.

Dan yang paling penting juga adalah, akan sulit dibangunin ketika subuh, yang bisa memancing emosi maminya di pagi hari, hehehe.

Saya tidak berpengalaman menjadi seorang manajer perorangan sih ya. Namun, menurut saya menjadi manajer dari anak-anak sendiri, dengan goal anak tetap sehat, bahagia dan menikmati semua aktivitasnya itu sangat menantang.

Bahkan ketika saya mungkin punya kesempatan untuk hanya fokus mengurus anak-anak semata ya. Apalagi di kondisi saya yang memang menjalani dunia blogging secara aktif sambil menjadi manager pribadi yang terbaik dan luar biasa untuk anak-anak sendiri.

How about you, parents?


Surabaya, 31 Januari 2024

#RabuParenting

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "Ibu Adalah Manajer Terbaik dan Luar Biasa untuk Anaknya"