Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengasuh Anak Ternyata Memang Hanya Sebentar, Bersabarlah Moms

Konten [Tampil]

mengasuh anak

Mengasuh anak itu ternyata hanya sebentar, meskipun bagi kita yang sedang menjalankan, khususnya para Moms, ibu rumah tangga, rasanya seabad.

"Mi, kakak hari ini kerja kelompok lagi ya!"

Sebuah pesan pendek lewat aplikasi whatsapp masuk ke ponsel saya.

"Loh, kan kemaren udah, Kak?", maminya yang overthinking ini sedikit protes setelah membaca pesan si Kakak.

"Iya Mi, tapi belum selesai, dan harus segera dikumpulkan, takutnya nggak dihitung nilainya", kembali si Kakak memberikan alasannya.

Mau gimanapun, sebagai ibu yang baik, saya hanya akan menyetujui izinnya. Meskipun tetap aja sambil mengecek posisi si Kakak melalui aplikasi parents. Dan memang sih, lokasinya persis seperti yang dikatakan si Kakak.


Ketika Merasa Lelah Mengasuh Anak

Momen ketika si Kakak jadi sering pulang kesorean banget, gegara harus kerja kelompok di rumah temannya itu, bikin saya jadi memikirkan banyak hal yang sebenarnya udah terlewati.

Tentang bagaimana kesalnya saya kalau si Kakak di rumah, baru aja nyampe dijamin udah terdengar suara tangisan, jejeritan. Dia berantem sama adiknya, sodarah!.

Belum lagi, rasa lelah karena harus membagi pikiran-pikiran di otak, untuk tak lupa mengingatkan mereka buat shalat tepat waktu, dan mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan.

Pikiran, kembali melaju ke belakang. Ketika mereka masih kecil, ketika makan masih harus disuapin, mandi harus dimandiin.

Atau mau ke mana aja harus dianterin.

Capeknya minta ampun.

cerita lelah mengasuh anak

Merasa capeknya itu, bukan karena mengasuh anak semata ya, kalau di kondisi saya, capek itu karena harus membagi waktu dan pikiran dalam satu momen sekaligus.

Tidak jarang, ketika saya masih full of idea dan dalam kondisi fokus menuliskan apa yang ada di kepala saya. Eh anak-anak minta makan lah, minum lah, pup lah, berantem lah. Atau mungkin diajak ngomong sama anak-anak aja.

Itu tuh rasanya, ya Allah, nggak jarang saya meledak dan ngamuk ke anak-anak, karena mereka seolah memutus ide yang udah lancar tertuang di tulisan.

Termasuk juga ketika masih full power menuangkan ide di kepala, eh tiba-tiba udah sore, dan harus segera diakhiri kerjanya, karena kudu masak dan urus anak-anak.

Masak setiap hari karena kalau beli selain sekarang itu mihilnya ya pesan makanan online, nyuci setiap hari karena tempat kami kecil nggak ada space lebar buat jemuran. Beberes rumah seperti nyapu setiap saat karena tempat kami kecil, sementara rambut saya rontok di mana-mana.

Urus anak-anak, terutama si Adik yang masih harus dimandiin biar bersih, digosokin giginya biar nggak makin rusak tuh gigi susunya, nyebokin karena dia belum bisa sempurna bersihinnya.

Mengingatkan anak-anak shalat, minum obat jika sakit, makan dan minum yang banyak

Itu tuh menyita energi saya banget, bahkan saya merasa seolah energi terserap banyak, hanya karena pekerjaan-pekerjaan yang terlihat remeh, tapi super penting itu.

Tidak jarang juga, saya berharap agar anak-anak cepat besar, cepat mandiri, agar saya bisa punya waktu fokus yang lebih banyak, untuk menghasilkan uang.

Tapi ternyata, jangankan nunggu anak gede ya, masih SMP dan si kakak jadi banyak menghabiskan waktu di luar, tiba-tiba maminya jadi kangen dan mellow.


Cerita Kakak Darrell yang Sibuk Dengan Kerja Kelompok Sekolahnya

Sebenarnya sudah sejak semester satu di tahun lalu, si Kakak mulai mengenal kerja kelompok di luar jam pelajaran sekolah.

Hal ini termasuk baru buat saya, karena sebelumnya anak-anak memang nggak pernah keluyuran ke rumah temannya. Pokoknya kalau udah pulang sekolah, ya langsung pulang. Sampai rumah ya kalau masih siang, boleh tidur siang, tapi kalau udah sore, terpaksa diisi dengan kegiatan lain, misal baca buku.

Nah, ketika itu si Kakak pertama kali minta izin kalau mau ajak temannya ngerjakan tugas bareng di tempat kami. Pusinglah maminya, karena tempat kami tuh sempit dan kecil banget, di tambah mamaknya nggak betah pakai jilbab di rumah.

Akhirnya mereka cuman bisa kerjain tugas di depan aja, itupun nggak maksimal. 

Berikutnya, mereka putuskan dikerjakan di rumah teman lainnya aja.

Jadi, begitulah, si Kakak hampir setiap minggu adaaa aja tugas kelompok yang harus dikerjakan. Dan nggak selesai dalam sehari, besoknya diteruskan lagi.

Alhasil, dia bolak balik pulang magrib. Dan mami serta adiknya kangen serta kesepian, hahaha.


Mengasuh Anak Ternyata Memang Hanya Sebentar, Bersabarlah Moms

Sebenarnya, sebelum momen kangen si Kakak yang sibuk kerja kelompok ini. Saya sudah mulai berpikir tentang makna 'nikmati masa repot jadi ibu, itu hanya sebentar' ketika melihat ibu mertua.

bersabarlah ibu

Beliau tuh punya 7 anak, kebayang dong gimana repotnya mengasuh anak-anak sebanyak itu. Melerai dua anak yang berantem aja, luar biasa menghabiskan energi. Apalagi 7 anak?.

Ibu sering bercerita, bagaimana beliau yang rempong antar jemput anak-anaknya ketika masih sekolah. Naik motor membonceng beberapa anaknya, padahal perawakan ibu tuh mungil.

Kebayang juga, ketika mereka akan liburan bareng. Bapak mertua orangnya disiplin, tapi nggak pernah mau ikut bantu-bantu kerjaan rumah. Jadi, maunya berangkat sangat pagi, tapi ibu semua yang nyiapin.

Siapin bekal atau sarapan, bangunin anak-anaknya yang susah banget bangun subuh itu. Mana kamarnya satu-satu pulak, kebayang dong gimana rempongnya ibu mengetuk satu persatu pintu kamar tidur anak-anaknya.

Ketika dulu sempat tinggal sama mertua, saya sering banget menanyakan hal itu.

"Bu, dulu kalau mau keluar kota kan berangkatnya pagi, gimana cara nyiapinnya, sementara anak-anak kan banyak?"

Lalu ibu akan memulai ceritanya, lalu diakhiri dengan,

"Sekarang anak-anak udah gede, akhirnya sepi, kangen juga dengan masa mereka masih kecil!"

Saya memandangi ibu dengan kagum, dan juga dengan tanda tanya. Dalam hati heran, mengapa ibu merindukan masa repot itu?. Bukankah sekarang sepi tapi beliau punya waktu banyak untuk menikmati hidupnya yang mungkin tidak bisa maksimal dia lakukan dahulu?.

Sekarang, ketika si Kakak SMP (padahal masih SMP, doung!), dan mulai punya kegiatan sendiri di luar rumah. Barulah saya memahami maksud ibu mertua dulu.

Ternyata, masa-masa mengasuh anak-anak itu nggak lama kok Moms.

Waktu akan terus bergulir, membawa anak-anak pada kemandirian. Tak perlu menunggu waktu itu terlalu dalam, sampai-sampai melupakan menikmati kebersamaan dengan mereka.

Kita toh pada akhirnya akan sampai ke masa itu, dan semoga ketika sampai di masa itu, tak akan ada penyesalan dan merasa kurang selama menjadi ibu.

Dan sebelum masa itu hadir, sebaiknya mari kita nikmati saat-saat terindah kita direpotin anak-anak. Saat-saat merasa betapa diri kita sebagai ibu adalah hal yang berharga, anak-anak tak bisa hidup tanpa kita loh.

Suatu saat nanti, anak-anak akan menggantinya dengan, tak bisa hidup tanpa pasangannya, dan itu bukan ibunya lagi.

Jadi Moms, bersabarlah, karena mengasuh anak itu ternyata hanya sebentar kok.


Surabaya, 13 Januari 2024

Post a Comment for "Mengasuh Anak Ternyata Memang Hanya Sebentar, Bersabarlah Moms"