Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Nafkah Suami Tidak Mencukupi, Harus Gimana?

Konten [Tampil]

ketika nafkah suami tidak mencukupi

Ketika nafkah suami tidak mencukupi, apa yang harus kita lakukan?. Sebenarnya sih simple ya, mostly pasti akan menjawab,

"Ya dibantu dong suaminya!"

Masalahnya adalah, membantu suami untuk menghasilkan uang itu, tidak semudah itu.

Akan ada beragam tantangannya.

Mulai dari suami yang tidak membolehkan istri mencari uang juga. Ada yang juga membolehkan tapi membiarkan begitu saja yang mengakibatkan istrinya nyaris sekarat kecapekan.

Ada juga, yang setelah dibantu istri, eh suaminya keenakan, sehingga lama-lama si istrilah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Untuk case terakhir ini, buat saya seharusnya nggak masalah. Asalkan suami ridha dan mau bekerja sama dengan baik.

Masalahnya kan, jarang bisa kita temukan lelaki atau suami yang mau bekerja sama dengan baik. Di mana ketika istri sibuk bekerja mencari uang untuk bantuin suaminya, eh si suami juga tak mau ikutan membantu pekerjaan rumah, agar istri tidak perlu terlampau lelah.


Ketika Nafkah Suami Tidak Mencukupi Karena Biaya Hidup yang Semakin Mahal

Ya ampuuuunnn, mumpung lagi nulis tentang masalah nafkah khususnya duit, boleh nggak saya numpang sambat di sini?.

hukum suami tidak menafkahi

Astagaaaahhh Bund! apa-apa sekarang mahal ya! keknya satu-satunya yang murah, cuman harga dirinya pelakor *loh?. Eh maap, salah, apa ya yang murah? bernafas doang kayaknya ya? Alhamdulillah masih gratis, hehehe.

Dulu tuh ya, kalau saya ke pasar, bawa uang 200-250rebo, itu udah dapat belanjaan buanyaaak, seminggu lebih kulkas nggak bakalan kosong.

Saya juga bisa beli buah dan telur yang banyak, dan bisa diet atau batasi makanan kurang sehat dengan diganti buah dan telur serta sayuran.

Sekarang? masya Allaaaaahhh...

Ke pasar bawa uang 300ribu, cukup sih seminggu, tapi nggak pakai buah atau jajanan anak-anak.

Yang membagongkan tuh, belanja sayur.

Dulu, ketika saya belanja di tukang sayur, bahkan beli bawang merah, putih dan bombay, paling mahal tuh 80 ribuan. Itu aja saya udah mau nangis saking nggak kuat ngangkatnya alias udah dapat sayur dan bumbu buanyak dan lengkap.

Sekarang, belanja seirit mungkin, apalagi sama perbawangan, di jamin belanja sayuran dan bumbu doang, biasa sampai 120-150an ribu.

Itu belom termasuk lauk pauk, kayak ayam, ikan atau seafood lainnya.

Yang membagongkan adalah, ketika harga-harga pada naik semua, uang dari suami nggak ikut naik. Duhhh kepala nyut-nyutan nggak sih?.

Bahkan untuk saya pribadi, yang sudah mengusahakan agar suami tidak terbebani dengan kebutuhan pribadi, serta jajanan anak-anak. Saya ikut membantu dengan cari uang dari rumah. Kenyataannya masih selalu tertampar oleh kenyataan pengeluaran yang tidak nyamanable.

Nggak kebayang kondisi istri-istri lain, yang memang belum bisa mengusahakan cari uang untuk bantuin suami, tapi kondisi ekonomi suami yang juga masih terbatas.

Jadi paham mengapa banyak ibu-ibu, yang kalau belanja di pasar, ditawar dengan ngotot. Bahkan beberapa ibu-ibu rela berhutang ke warung tetangga agar bisa menghidangkan makanan di rumah.

Kenyataannya, biaya hidup zaman now memang seberat itu, khususnya buat yang punya penghasilan pas-pasan kayak kami.

Belum uang sekolah anak, belum juga uang jajan anak, kegiatan anak dan masih banyak lagi. dan jangan lupakan, bahwa istri juga sebenarnya butuh merawat dirinya.

Butuh skincare, butuh body care dan semacamnya.  

Namun, tidak jarang para ibu rela menepiskan semua kebutuhan pribadinya, demi agar tidak membebani suaminya terlampau berat.

Lah, jangankan buat skincare an, buat makan sehari-hari saja kadang harus berhutang?


Ketika Nafkah Suami Tidak Mencukupi, Ini yang Sebijaknya Dilakukan Ala Rey

Hidup selalu berkekurangan, emang sangat menyebalkan. Tidak heran jika hal ini menjadi salah satu sumber perpecahan dalam sebuah rumah tangga.

hukum nafkah suami tidak mencukupi

Tidak heran juga, banyak perceraian terjadi lantaran ekonomi keluarga yang tidak mencukupi. Suami yang sudah berusaha sedemikian rupa, tapi memang hasilnya belum sesuai yang dibutuhkan.

Ini berbicara tentang suami yang nggak neko-neko ya. 

Yang nggak judi, nggak hanya bermalas-malasan semata.

Meski demikian, ada loh, bahkan nggak sedikit juga suami yang terlihat baik dan selalu rajin bekerja, tapi rezeki suami belum juga maksimal.

Alhasil nafkah uang yang dibutuhkan keluarga masih tidak mencukupi. Dan jangan pernah heran, jika itu terjadi, ditambah sikap suami yang sedikit nyebelin, auto jadi pemicu istri jadi marah-marah terus tuh.

Apalagi kalau ditambah dengan pertanyaan keramat dari suami,

"Uang kemaren udah habis kah? dibuat belanja apa saja?"

Serius, jangan berani bertanya se-simple itu ke istri, kalau masih pengen hidupnya tenang, hahaha. 

Meskipun mungkin ada beberapa istri yang malah senang ditanyai demikian, saya misalnya.

Jika ditanyakan hal demikian, dengan senang hati saya akan menyetor catatan pengeluaran setiap hari, yang akhir-akhir ini selalu saya catat setiap harinya. 

Apalagi, di catatan pengeluaran tersebut, nggak ada satupun pengeluaran pribadi saya, kan jadi berasa pengen pamer, how indenpendence i am *uhuk.

Namun, daripada saling pamer, saling nyindir, yang jatuhnya saling menyalahkan itu. Akan lebih bijak, jika kita menyikapi masalah nafkah suami yang tidak mencukupi, dengan hal ini:


1. Evaluasi biaya hidup keluarga dengan cara memilah kebutuhan dan keinginan

Kita tak akan pernah benar-benar tahu, apakah kita ini termasuk boros atau enggak, sebelum kita memilah mana kebutuhan urgent, mana kebutuhan yang bisa ditunda, apalagi keinginan.

Seringnya, kita tertipu oleh overthinking sendiri, sehingga kebutuhan jadi terasa urgent semua, bahkan keinginan menjelma jadi kebutuhan juga. 

That's why pentingnya menuliskan semua pengeluaran rumah tangga, apapun itu, sereceh maupun seremeh apapun, wajib dicatat semuanya.

Ini baru juga saya sadari, ketika akhirnya berhasil rajin mencatat pengeluaran harian selama berbulan-bulan. Dan kaget dong, ketika melihat biaya parkir motor yang sebenarnya receh, eh kalau ditotal setiap bulannya juga buanyak.

Termasuk biaya beli minum di luar, even air putih loh, apalagi teh-teh an, kopi-kopian, duh serem lihat totalannya.

Dengan mencatat semua pengeluaran, di akhir bulan kita bisa melihat dengan jelas, di post pengeluaran mana yang paling banyak menyumbang pengeluaran. Demikian juga di post mana yang sebenarnya bukanlah sebuah kebutuhan.

Atau juga di post pengeluaran mana yang sebenarnya kebutuhan tapi bisa ditunda atau dikurangi.

Jika sudah mendapatkan data minimal 3 bulanan, kita sudah bisa mengevaluasi dan menyusun cashflow bulanan dengan item-item pengeluaran yang bisa ditekan sehemat mungkin.


2. Ajak suami untuk membicarakan dan bikin cashflow keluarga bersama

Jika sudah punya data yang fix tentang cashflow pengeluaran rumah tangga, maka sebaiknya ajaklah suami untuk diskusi tentang hal tersebut dan ingat, dengan cara komunikasi asertif (tidak menyerang, fokus ke masalah dan perasaan diri).

Jika memungkinkan, ajak suami untuk bikin cashflow bersama, mungkin ada solusi lain dari suami yang bisa mengurangi pengeluaran yang ada kan.

Atau juga bisa jadi sebagai diskusi yang baik, agar suami benar-benar paham tentang pengeluaran rumah tangga yang sebenarnya. 


3. Jika suami tidak kooperatif diajak komunikasi, bikin sendiri catatan cashflow keluarga

Poin nomor 2 itu, terlihat mudah, tapi juga sulit, hahaha.

Saya katakan demikian, karena saya pun belum berhasil membuat papinya anak-anak mau duduk bersama membahas hal ini dengan serius.

Bukan salah sepenuhnya di papinya anak-anak sih, saya juga memegang peranan penting dalam ketidak berhasilan komunikasi kami.

Mungkin karena kami terlalu lama tidak lagi seperti dulu, saya gagal mempertahankan rasa yang dulu di hati saya, dan mungkin demikian juga papinya anak-anak. Jadinya, sulit banget menemukan momen yang pas untuk bisa ngobrolin masalah keuangan secara serius dan secara dewasa.

Saya yakin, hal ini bukan hanya terjadi di saya saja, ada banyak pasangan lain di luar sana yang mengalami hal yang sama. 

Entah masalahnya mirip masalah saya, atau juga masalahnya karena suaminya terlalu meremehkan pemikiran istrinya. Atau apapun itu, yang bikin pasangan suami istri sulit menemukan momen yang pas untuk bisa berkomunikasi tentang hal keuangan. Apalagi bersama-sama menyusun cashflow rumah tangga.

Lalu, jika sudah seperti ini gimana dong, masa iya dibiarkan saja berlarut-larut?. 

Untuk saya pribadi, tentunya menyikapi dengan data. Yaitu dengan cara menyusun sendiri semua cashflow rumah tangga berdasarkan catatan pengeluaran yang saya catat beberapa bulan terakhir.  

Setelah cashflow-nya jadi, saya kirim deh melalui WA ke papinya anak-anak, sekalian dijelasin kalau itu dibuat berdasarkan pengeluaran bulanan real beberapa bulan terakhir.

Agar lebih valid, buatlah catatan pengeluaran di buku yang bisa dilihat oleh suami, atau bisa juga dengan google sheet, lalu kirimkan link-nya kepada suami.

Dengan demikian suami juga bisa melihat catatan pengeluaran setiap harinya.

Mungkin ada yang mengeluh, suami memang bisa liat catatan pengeluaran rumah tangga setiap hari, tapi tetap nggak percayaan sama istrinya.

Kalau masalahnya seperti itu, mungkin bisa diakalin dengan meminta suami sesekali gantiin belanja di pasar sesuai nota belanja yang istri berikan.


4. Diskusikan tentang jalan keluarnya dari ketimpangan cashflow yang ada

Inti dari dibuatnya cashflow rumah tangga adalah, agar kedua belah pihak mengetahui dengan jelas, masalah keuangan yang sedang dihadapi.

Jadi, semuanya kudu pakai data, biar nggak cuman saling menyalahkan dan beropini apalagi sampai menyerang pasangannya.

Jika kedua belah pihak sudah tahu cashflow pengeluaran rumah tangga sebenarnya, langkah selanjutnya adalah membicarakan jalan keluar dari masalah tersebut.

Apakah jalan keluarnya suami harus menambah jam kerja? atau semacamnya? jika memungkinkan ya. Ataukah istri yang harus ikut turun tangan membantu menghasilkan uang sebisanya.

Sebisa mungkin pilihan tersebut diambil dengan mempertimbangkan risiko dan disadari oleh kedua belah pihak.

Misal, jika memilih suami harus menambah jam kerja atau pekerjaannya, istri harus bisa menerima bahwa suami akan selalu sibuk di luar sana. Istri harus bisa lebih mandiri, agar suami bisa fokus mencari uang tambahan demi memenuhi ketimpangan cashflow rumah tangga. 

Demikian juga, ketika memilih istri yang harus ikut bekerja mencari uang meski dari rumah, maka suami harus menerima risiko bahwa istri akan lebih sering kecapekan dan lebih sedikit waktu untuk mengurus keluarga.

Jadi, suami juga harus berperan dalam pekerjaan rumah, terutama dalam mengurus anak bersama-sama. Sebenarnya pilihan ini jauh lebih bijak, karena itu berarti anak-anak tetap mempunyai waktu dengan ibu maupun ayahnya. 

Sayangnya kadang beberapa suami tidak setuju dengan opsi seperti ini, karena menganggap bahwa ekonomi keluarga itu tanggung jawab suami sepenuhnya. 

 

5. Putuskan solusi yang disepakati bersama dan tidak memberatkan kedua belah pihak 

Yang terpenting adalah, apapun keputusan yang diambil, pastikan untuk disepakati bersama dan tidak memberatkan salah satu pihak saja.

Misal, memutuskan istri harus ikut mencari uang, tapi suami nggak bisa membantu istri untuk pekerjaan rumah. Itu mah memberatkan istri banget, karena percayalah... jika sudah menyangkut uang, maka akan sulit didapatkan jika harus disambi pekerjaan rumah.

Bisa sih, tapi tentunya tidak banyak, bahkan bisa dibilang untuk balik modal saja, sulit.

Atau, keputusan bahwa suami harus menambah kerjaan lain di luar, tapi istri tetap menuntut agar suami juga bantuin dia akan kerjaan rumah.

Kalau itu mah, sama aja pengen liat keluarga berkecukupan, tapi suami cepat mati, hahaha.

Jangan ya Bund! kerja itu capek, jika suami udah memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja hampir seharian penuh, biarkanlah dia pulang beristrahat dengan nyaman di rumah.


Kesimpulan dan Penutup

Di zaman sekarang, banyak banget pasangan suami istri yang punya masalah ekonomi, yaitu nafkah suami yang tidak mencukupi. Jangankan berbicara nafkah khusus istri ya, bahkan nafkah untuk kebutuhan rumah tanggapun banyak yang mengeluhkan tidak mencukupi.

Jika sudah demikian, akan lebih baik jika segera dilakukan sebuah nyata agar masalahnya tidak berlarut-larut dengan saling menyalahkan.

Bisa dengan mulai menyusun cashflow rumah tangga, berdasarkan pengeluaran harian yang dicatat setiap harinya. Dengan demikian, lebih mudah mengevaluasi post pengeluaran mana saja yang bisa dihemat. Terutama untuk pengeluaran yang bersifat keinginan.

Akan lebih baik, jika cashflow tersebut disusun bersama oleh suami dan istri, dan setelah tersusun, baik suami dan istri bisa mendiskusikan jalan keluarnya bersama. Apakah suami yang harus menambah kerjaan lain, atau istri yang harus ikut membantu suami dalam mencari uang tambahan.

Intinya, dengan komunikasi yang baik, dan keputusan yang diambil atas persetujuan bersama, masalah nafkah suami yang tidak mencukupi itu, bisa terselesaikan.

How about you, Parents?


Surabaya, 26 Januari 2024

#FridayMarriage

Sumber: Opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

1 comment for "Ketika Nafkah Suami Tidak Mencukupi, Harus Gimana?"

  1. Ini isu sensitif memang. Ada banyak suami yg gengsi kalo istrinya kerja lagi krn merasa dia ga becus sebagai kepala rumah tangga yg mencari nafkah. Padahal yg namanya suami istri, ya harus saling support di masa apapun, susah senang. Istri bekerja ya bukan krn dia ga becus. Terkadang tekanan ekonomi itu bisa terjadi ke siapa aja kok. Sorry to say kalo aku bilang suami tipe gengsian gini picik bangetttt.

    Aku ama suami dr awal udah sepakat, yg atur keuangan itu mostly aku. Trutama yg menyangkut growing money. Jadi yg namanya infestasi, tabungan, biaya liburan, itu aku yg urus.

    Tugas dia mengurus pengeluaran. Duluuu aku pernah urus pengeluaran juga. Tapi caraku suka ekstreme 🤣🤣. Dan dia jadi ga bisa having fun hahahahahah. Akhirnya sepakat pengeluaran dia aja, aku fokus ama mengembangkan duit supaya pas masa tua ga ngerepotin anak.

    Ya sudah, kami sepakat di situ. Jadi ga ada yg namanya ribut2 lagi soal cash flow dll. Dia pokoknya tahu kalo tabungan harus nambah tiap tahun, investasi hrs berkembang. Sementara aku taunya, semua pengeluaran udah beres tiap bulan 😁

    ReplyDelete