Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Study Tour Sekolah Di Mata MamiRey Sebagai Emak-Emak

Konten [Tampil]

study tour sekolah di mata ortu

Study tour sekolah marak dilakukan di waktu menjelang kenaikan kelas ataupun kelulusan seperti sekarang ini. Hal ini biasanya disambut gembira oleh para murid dan (mungkin) guru-guru di sekolah.

Dan disambut deg-degan oleh para parents, hahaha.

Deg-degannya itu, dikarenakan banyak hal, mulai dari rasa was-was parents ketika anak harus melakukan perjalanan ke luar kota tanpa pendampingan parents.

Juga deg-degan bayarnya, wakakakaka.

Btw, sebagai mami dari anak sekolah SMP dan TK, sejujurnya saya belum terlalu banyak berpengalaman tentang study tour ini.

Apalagi, ketika sekolah dulu, saya termasuk murid yang 'kurang beruntung', sama sekali nggak pernah merasakan yang namanya study tour sekolah.  


Apa itu Study Tour

Melansir dari CNN yang berpedoman dari peraturan Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Disebutkan bahwa study tour sekolah adalah sebuah bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di luar lingkungan sekolah, dan dikelola atau melibatkan Komite Sekolah.

Study tour ini bisa dilakukan oleh anak SD, SMP hingga SMA.


Apa Manfaat Study Tour

Adapun manfaat dari kegiatan study tour sekolah ini adalah diharapkan dapat meningkatkan serta memperluas wawasan para siswa dalam proses pembelajaran. 

Di mana kegiatan di luar sekolah ini bertujuan guna memberikan dorongan bagi siswa untuk bisa lebih aktif dalam mengeksplorasi materi pelajaran sekolah secara lebih nyata. 

Untuk melengkapi hal tersebut, para siswa juga dilatih untuk membuat karya tulis ilmiah yang bisa dijadikan sebagai rujukan pembelajaran.

Melalui kegiatan positif ini pula, diharapkan para siswa bisa mengembangkan kemampuan diri dalam menggali informasi terkini. Khususnya untuk seputar objek wisata yang dikunjungi, dan bisa berperan aktif dalam memajukan budaya Indonesia.


Cerita Study Tour Sekolah Anak

Sejujurnya lagi nih, saya kurang ngeh dengan masalah study tour sekolah, tapi selama sekolah dulu, sejak TK memang anak-anak saya sering melakukan outing ke luar sekolah.

Tauk deh itu masuk kegiatan study tour apa enggak, hahaha.

Kalau liat definisi study tour sih, apapun kegiatan outing sekolah itu, masuk dalam kategori study tour. Mulai dari TK, di mana anak-anak melalukan outing sekolah mengunjungi beberapa museum atau semacamnya yang berada di dalam kota atau daerah sekolahnya.

Hingga outing ke luar kota, yang biasanya harus didampingi oleh parents.    

Ketika si Kakak TK dulu, setidaknya 2 kali saya ikut serta menemani si Kakak keluar kota, pertama di Taman Safari ketika masih PAUD di Jombang. Kedua ke Wisata Bahari Lamongan ketika si Kakak sudah sekolah TK di Sidoarjo.

Ketika si Kakak masuk SD, udah nggak pernah lagi saya ikutan dia outing sekolah ke luar kota. Dan seingat saya, selama SD kayaknya si Kakak pernah beberapa kali ke luar kota, kalau nggak salah ketika kelas 5 dan 6 SD.

Di bawah kelas 5 si Kakak nggak pernah outing, karena pas banget kena pandemi, hehehe.

Ketika si Adik masuk TK, setiap tahun maminya pasti ikutan outing ke luar kota, karena anak TK kan, jika parents nggak ikutan, yang ada guru-gurunya pengsan ngurusin semua anak tersebut, wakakakak.

Nah, tapi itu kegiatan outing ya, nggak tahu apakah itu masuk study tour? kenyataannya menurut aturan Diknas sih study tour ini hanya berlaku buat minimal siswa SD.


Study Tour di Masa Sekarang Di Mata Emak-Emak

Akhir-akhir ini kegiatan study tour sedang banyak menjadi perdebatan tak berujung di media sosial. Salah satu penyebabnya adalah karena kejadian Study Tour SMK Lingga Kencana Depok yang mengalami kecelakaan di Ciater, Subang, Jabar.

Kecelakaan ini mengguncang banyak parents karena menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.

Setidaknya 10 orang siswa dan 1 guru menjadi korban dari kecelakaan tersebut, dan sukses bikin hati semua parents se Indonesia jadi luluh lantak.

Saya sendiri, jujur baru saja browsing kejadian tersebut pagi ini lantaran keperluan menulis ini, dan meski sudah berlalu lumayan bikin hati bergetar juga.  

Di sudut hati sedikit menyesal membaca kejadian itu, tapi kalau saya nggak baca, pegimana bisa menuliskan opini diri secara luas kan, huhuhu.

Dari membaca kejadian naas yang menimpa study tour tersebut, memang bisa dipastikan sih, hal ini dikarenakan armada bus yang kurang memadai.

Kalau ditanya, dulu ketika si Kakak outing ke luar kota waktu SD, di mana parents nggak boleh ikut sama sekali. Saya lumayan tenang melepas si Kakak, karena guru yang ikutan banyak dan saya percaya sekolah pasti sangat memperhatikan keselamatan murid dengan menyewa armada yang lebih kompeten.

Masalahnya adalah, untuk itu dibutuhkan dana yang nggak sedikit, ibarat kata ada uang ada harga termasuk keselamatan, hiks.

Sementara ketika SMP ini, si Kakak udah 2 kali ke luar kota, dan keduanya menggunakan armada truck AL, huhuhu.

Nggak usah nanya bagaimana dag dig dugnya hati melepas anak keluar kota naik kendaraan seperti itu, meskipun dulu saya juga pernah keluar kota sewaktu kuliah dengan naik truck AL, hahaha.

Namun, karena memang anak suka, yang bisa saya lakukan cuman mendoakan keselamatan mereka semua.


Lalu, apakah kegiatan study tour ini lebih baik diadakan atau enggak?. Menurut saya sih boleh-boleh saja, asalkan memenuhi 2 hal.


Pertama, tidak ada ortu murid yang diberatkan akan hal ini. 

Sudah menjadi rahasia umum ya, salah satu alasan banyak ortu yang akhirnya menyalahkan guru atas kecelakaan yang menimpa kegiatan study tour SMK di Depok tersebut. Dikarenakan banyaknya ortu yang merasa terbebani dengan biaya kegiatan tersebut.

Kita tahu, tidak semua sekolah memberikan aturan jelas tentang study tour ini.

Misalnya gini, dulu tuh si Kakak ikut outing atau apalah namanya itu, keluar kota tentu saja bayar, tapi sudah include dibayar melalui uang daftar ulang dan SPP mereka.

Sekolah si Kakak dulu memang terbilang mahal buat kami, setiap bulan selama 6 tahun, khususnya ketika ekonomi sedang tidak baik-baik saja, kami luar biasa ngos-ngosan membayar SPP, hahaha.

Apalagi pas kenaikan kelas, karena ada uang daftar ulang yang terbilang besar buat kami untuk dibayarkan.

Akan tetapi, hal ini sudah mencakup semua kegiatan anak-anak, sehingga mereka mau ke mana saja, ortu tak lagi bingung mencari uang untuk kegiatan tersebut.

Bukan hanya itu, karena memang sudah terencana sejak awal, persiapan sekolah untuk kegiatan tersebut sangat matang.

Untuk sekolah seperti ini, tentunya bisa dibilang tidak membebani ortu untuk kegiatan study tour atau semacamnya itu. Karena sudah dimasukan di biaya awal pembayaran.

Jadi, parents bisa mengira-ngira, apakah mereka mampu membiayai anaknya masuk di sekolah tersebut. 

Masalahnya adalah, banyak sekolah (khususnya sekolah swasta ya, saya nggak bahas sekolah negeri, karena nggak punya pengalaman menyekolahkan anak di sekolah negeri) yang nggak membahas tentang kegiatan ini di awal parents hendak memasukan anaknya ke sekolah tersebut.

Bahkan beberapa sekolah sengaja mengeluarkan biaya kegiatan dari uang pendaftaran masuk sekolah, agar biayanya terlihat ringan, sehingga parents dengan bahagia memasukan anaknya di sekolah itu.

Giliran sudah masuk sekolah, baru deh pihak sekolah mulai memberlakukan kegiatan ini kegiatan itu. Memang sih semua itu kebanyakan melalui komite sekolah. Masalahnya adalah ketika komite sekolah dipegang oleh ibu-ibu ekstrovert yang hobi jalan-jalan, kelar sudah hidup kita, hahaha.

Dan percayalah, menurut pengalaman saya, musyawarah untuk mufakat dalam komite itu hanyalah pajangan di dinding doang. Seringnya sih bentuknya cuman penyampaian dengan sedikit intimidasi, menjadikan kebanyakan parents memilih diam.

Alhasil, kalaupun kita nggak setuju, yang ada kita cuman teriak-teriak sendirian dalam grup, lainnya anteng, tapi bayarnya ngomel, hahahaha.

Btw ini nggak mewakilkan semuanya ya, tapi pengalaman saya aja.

Intinya, biaya kegiatan ini jangan sampai menjadi sesuatu yang memberatkan parents. Dan solusinya sebaiknya (khususnya sekolah swasta), wajib dimasukan di syarat pendaftaran, jadi parents sudah bisa mengukur kemampuannya ketika hendak memasukan anak sekolah di situ. Jangan cuman fokus ngumpulin banyak murid doang.


Kedua, tidak memaksakan kegiatan study tour tanpa menghiraukan keselamatan  

Berkaca dari kecelakaan yang menimpa study tour SMK di Depok, di mana dari beberapa artikel yang saya baca, memang armada bus yang dipakai untuk kegiatan tersebut tidak kompeten.

Biaya yang ditarik untuk kegiatan tersebut juga sekitar 800ribuan per orang, yang mana rata-rata dibayar oleh para murid dengan amat sangat susah payah.

Menurut saya, untuk kondisi seperti ini, sebaiknya jangan dipaksakan. Biar gimanapun keselamatan murid adalah yang utama.

Sebagai solusinya mungkin bisa diganti dengan kegiatan dalam kota atau yang lebih dekat, namun bisa memakai armada transportasi yang lebih kompeten. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa diminimalisir.   

Saya paham, kalau yang namanya kecelakaan hingga merenggut nyama korban itu adalah takdir, tapi setidaknya kita berusaha untuk meminilisir hal itu. Sehingga kalaupun tetap terjadi, tidak ada penyesalan karena alasan transportasi yang kurang kompeten.


Tentang guru yang ikut study tour secara gratis

Gara-gara kejadian kecelakaan yang menimpa peserta study tour dari SMK Lingga Kencana, Para guru banyak yang merasa di-bully oleh netizen di media sosial. 

Salah satunya adalah tuduhan bahwa para guru memanfaatkan kegiatan study tour untuk bisa rekreasi secara gratis.

Kalau menurut saya ya, hal ini sama sekali nggak masalah, even gurunya bawa keluarga sekalipun, hahaha. 

Sekali lagi, ini menurut saya ya. 

Alasannya, selama gurunya memang bertanggung jawab menjaga dan mengarahkan murid-murid di tempat tujuan, adalah sangat wajar jika guru ikutan tapi dibiayai oleh dana dari muridnya.

Yang menjadi masalah buat saya sebagai parents, bukan mahal enggaknya, worth it enggaknya, sesuai dana atau enggak.   

Untuk itu, selama anak suka dan bahagia, ya saya setuju saja.

Yang jadi masalah itu kan, kalau parents nggak mampu. Kalau ada duitnya, dan memang sudah diberitahu nominalnya sejak jauh-jauh hari. Atau kalau perlu diberi penjelasan kewajiban mengikuti study tour dengan rencana biayanya, sebelum anak masuk sekolah tersebut.

Hal ini untuk memudahkan parents mengukur kemampuan diri mereka menyekolahkan anak di situ. Jadi, kalau untuk masalah guru di-bully lantaran dituduh mau jalan-jalan pakai uang murid, mungkin hal itu dikarenakan para parents yang kurang mengerti tujuan guru ikut itu apa?.

Atau mungkin karena selama ini banyak parents yang merasa geram dengan kewajiban mengikuti study tour, yang memberatkan, tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa.

Sehingga momentum kecelakaan study tour ini, membuat banyak parents seolah mendapatkan alasan untuk bersuara nyaring di sosial media.

Demikianlah tentang kegiatan study tour di mata MamiRey, how about you, parents.?   

  

Surabaya, 20 Mei 2024

Parenting By Rey - Reyne Raea

Sumber:

  • Opini pribadi
  • https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20240514125117-269-1097420/mengenal-study-tour-kegiatan-yang-marak-jelang-kelulusan-sekolah diakses 20 mei 2024
Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "Study Tour Sekolah Di Mata MamiRey Sebagai Emak-Emak "