Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biarkan Ibu Menjaga Kesehatan Anaknya Berbeda Dengan Cara Kita

Konten [Tampil]

ibu menjaga kesehatan anaknya

Satu hal yang selalu bikin gregetan bagi saya adalah, ketika melihat ada ibu lainnya yang gemes terhadap cara ibu lainnya dalam menjaga kesehatan anaknya.

"Ya ampun, kalau anakku, kubiarin main di luar, manjat-manjat, panas-panasan, biarin aja!"

"Jangan terlalu dijaga anaknya, biar daya tahan tubuhnya jadi kuat!"

Demikian ucapan yang paling sering saya dengar dari orang lain, ketika mereka melihat atau mendengar bagaimana saya menjaga kesehatan anak dengan sedemikian ketatnya.

Saya pernah bahas di tulisan terdahulu, yaitu dibalik anak yang selalu sehat, ada ibu yang idealis menjaga kesehatannya.

Dan memang sih, saya akui kalau cara saya memperlakukan anak-anak itu sedikit berbeda dengan ibu lainnya, khususnya mengenai masalah kesehatan.


Ketika Melihat Ibu yang Protektif Terhadap Kesehatan Anak

Di mulai dari si Kakak yang memang ketika kecil dulu sering banget sakit-sakitan, dan setiap kali si Kakak sakit, saya harus rela antri lama di dokter, mana mahal pulak biaya konsultasi dokter dan obatnya.

Alhasil saya memperlakukan anak-anak dengan sangat strict menjaga kesehatannya. Dulu si Kakak tak pernah bisa makan Ciki-cikian, nggak kenal minuman soda, bisa dibilang nggak pernah makan permen sampai usia 5 tahunan.

Alhasil, si Kakak tumbuh jadi anak yang kurang doyan jajanan manis kayak permen dan cokelat. Kebanyakan jajanannya ya biskuit.

Si Adik pun sama, meski mungkin dia lebih 'longgar' pengawasan dalam mengkonsumsi jajanan, karena si Adik memang sedikit lebih kuat daya tahan tubuhnya dibanding si Kakak.

Tapi tetap saja di mata kebanyakan orang lain, tindakan saya berlebihan di atas tindakan mereka.

Meskipun menurut saya, bukan sayanya yang berlebihan dalam menjaga kesehatan anak sih ya, tapi orang lain yang berlebihan dalam membiarkan anak mengkonsumsi makanan apa saja.

Misal, ketika saat-saat ini si Adik sedang menghadapi masa-masa sibuk di sekolahnya, selama bulan Mei ini, banyak banget kegiatan yang harus dia ikuti.

Mulai dari lomba Marching Band, harus ke luar kota buat outing perpisahan, ada juga outing perpisahan di dalam kota.

Sementara si Adik sejak awal Mei ini memang sedikit batuk dan timbul tenggelam batuknya. 

Masalah besarnya adalah ketika batuk, ada beberapa efek menantang yang mengenai dia. Misal, jadi demam dan muntah-muntah. Yang benar saja kan si Adik bisa ikut lomba dan outing bersama teman-temannya kalau dia lagi dalam kondisi seperti itu.

Jadi, akhir-akhir ini saya memang benar-benar menjaga kesehatan si Adik, mulai dari jajanan yang dikonsumsi, di mana si Adik ini memang selalu nggak kuat makan Chiki-Chikian. Selalunya berakhir dengan batuk parah.

Pun juga menjaga agar si Adik jangan capek-capek, jadi ya dikurung aja mulu dalam rumah. 

Bukan hanya makanan, minumanpun saya jaga, si Adik nggak boleh dulu minum minuman dingin, nggak boleh minum-minuman soda dan semacamnya.

Jika di hari biasa, saya membolehkan sedikit, sekarang nggak boleh sama sekali.

Bukan hanya si Adik, si Kakak juga saya batasi konsumsi makanan yang kurang sehat, baik Chiki-Chikian, atau jajan sembarangan di pinggir jalan depan sekolahnya. 

Tentu saja hal ini menimbulkan banyak reaksi keheranan bagi yang melihat, apalagi si Kakak kan udah SMP, kenapa harus dibatasi sih?.

Jujur ya, jika orang lain keheranan melihat saya membiasakan anak-anak hidup sehat dengan membatasi dengan ketat makanan yang kurang sehat.

Lah saya juga sebenarnya heran, bisa-bisanya orang lain memberikan saja semua makanan kurang sehat tanpa 'rem' atau batas, hanya demi alasan biar anak kuat.

Apakah orang-orang ini nggak sadar, kalau nggak semua penyakit sifatnya kayak sakit cacar air?. Di mana kalau kita atau anak udah pernah kena sekali, besar kemungkinan penyakit ini nggak bakal bisa hinggap di tubuh kita lagi.

Nyatanya enggak kan?.

Diare, dan banyak penyakit saluran pencernaan anak lainnya, nggak bisa siasati dengan banyakin makanan nggak sehat, dengan anggapan 'biar kebal'. 

Selain daripada itu, ye kannnnn, itu anak-anak akoh sendiri, akoh jagain atau protektif terhadap kesehatan mereka, yang rempong kan saya sendiri. Sama sekali nggak merugikan orang lain. 

Jadi, kenapa pulak orang lain kok yang rempong liat sikap protektif saya, hahaha.


Anaknya Bukan Anak Kita, Demikian Juga Kondisinya

Yup, mau orang lain atau ibu lain memperlakukan anaknya bak anak tak boleh kena udara luar misalnya, ye kan itu anak dia ya.

Biarin aja napa!.

Semangati aja ibunya, biar semangat, kuat dan sabar untuk tindakannya itu. You know, memproteksi anak seperti itu nggak mudah loh. Hanya ibu yang kuat dan rajin yang mampu, *uhuk.

Dengan sedikitnya jumlah ibu yang protektif ke anaknya, dan banyaknya jumlah anak yang dibiarkan sembarangan dalam mengkonsumsi ini itu. Tentu saja anak-anak yang diproteksi ibunya bakalan merasa nggak adil dengan tindakan ibunya itu.

Nggak banyak, ibu yang terpaksa mengalah karena anaknya protes mulu, bahkan tantrum dibuatnya.

Kadang, kesehatan mental ibu jadi tertantang juga demi memproteksi kesehatan anak-anaknya.

Orang lain yang nggak concern tentang hal ini mungkin akan bilang,

"Makanya, jangan terlalu dijaga anaknya!"

Tapi, apakah orang lain itu ada yang menyadari, bahwa tidak semua ibu memproteksi kesehatan anak-anaknya hanya karena idealisme-nya?.

Sebagian besar, ibu yang memproteksi dengan keras akan kesehatan anaknya ya karena kondisi, salah satunya adalah saya.

Jujur ya, sebenarnya saya juga pengen agar anak-anak bebas makan apa saja. Kalau batuk dan demam, muntah-muntah ya udahlah ya. Biarkan dokter yang menanganinya.

Masalahnya kan, nggak semua ibu punya tenaga, waktu dan UANG untuk itu.

Saya misalnya, sebagai single fighter mom pejuang LDM, off course nggak mau banget anak-anak sakit, karena nggak ada yang bantu saya urus anak sakit.

Nggak ada yang bantuin saya bersihin muntah anak, ketika dia bolak balik muntah karena batuk dan demam. Nggak ada yang temanin saya sedih ketika takut anak jadi dehidrasi.

Jangan bilang, nggak mungkin dehidrasi, jarang anak yang dehidrasi kok.

Jangan ya, nggak masalah anak lain dehidrasi, asal jangan anak saya (ngomong kasarnya gitu!) hehehe.

Intinya, anak muntah mulu kan berpotensi dehidrasi, saya nggak mau hal itu terjadi, saya nggak mau anak masuk RS, karena nggak ada yang bantuin saya bawa anak ke RS, nggak ada yang mau bantu bayarin bill-nya pulak, hahaha.

Intinya kan, kondisi saya dengan lainnya beda. Intinya juga kondisi kita dengan ibu lainnya beda. Dan kita mungkin bisa dengan mudah membiarkan anak bebas makan apa saja, karena kalau sakit ya ada ayahnya yang bantu ke RS atau ke dokter. Duit kita buat bayar dokter juga ada kan ye.

Nah, masalahnya nggak semua ibu kayak kita atau elo! hahaha.

Jadi, itulah mengapa ada ibu lain yang memperlakukan anaknya berbeda dengan kita, ya karena itu anaknya, dan kondisi setiap ibu itu berbeda.

Lalu gimana sih seharusnya kita bersikap, ketika ada ibu lain yang memperlakukan anaknya berbeda dengan kita?.

Ya hargai atuh, Moms

Validasi perlakuannya, bukan malah memaksa ibu itu untuk memperlakukan anaknya seperti kita.

So, moms, biarkan ibu lain menjaga kesehatan anaknya dengan cara yang berbeda dengan kita. 


Surabaya, 23 Mei 2024

Parenting By Rey - Reyne Raea

Sumber: Opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Dokpri dan Canva edit by Rey

1 comment for "Biarkan Ibu Menjaga Kesehatan Anaknya Berbeda Dengan Cara Kita"

  1. Bermanfaat semoga diberi kesehatan terus terutama mendidik anak, semoga sehat selalu dimudahkan urusannya

    ReplyDelete