Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Fakta Anak Pertama dan Tips Menghadapi Karakternya Ala MamiRey

Konten [Tampil]

fakta dan karakter anak pertama lelaki

Fakta anak pertama khususnya lelaki yang akan saya bagikan kali ini, sebagian besar berdasarkan pengalaman pribadi mengasuh 2 anak lelaki, salah satunya anak sulung lelaki.

Dengan kondisi si Kakak punya adik lelaki, dengan jarak usia anak pertama dan kedua 7 tahun. Sungguh mendatangkan tantangan tersendiri buat saya, terlebih sejak menjadi single fighter mom pejuang LDM.  

Hal ini dikarenakan, si Kakak sudah kelamaan merasakan asyiknya menjadi anak tunggal. Tiba-tiba status tersebut harus berubah, dan dia harus belajar berbagi dengan hadirnya seorang adik, yang semakin hari juga semakin menggemaskan dan usil.

Menghadapi hal itu saja, si Kakak tentu merasakan tidak nyaman, ditambah sikap maminya yang kadang menempatkan si Kakak terlalu dewasa di atas usianya, *plak maminya!.


Hal-Hal yang Mempengaruhi Fakta dan Karakter Anak Pertama Lelaki

Btw, kalau ngomongin fakta dan karakter anak pertama, baik lelaki maupun perempuan, menurut saya semuanya sangat dipengaruhi oleh 2 hal umum, di antaranya:

pengaruh karakter anak pertama


1. Pola asuh parents

Kenyataannya, meski sama-sama anak pertama lelaki, 2 anak tentunya berbeda satu sama lainnya, tergantung pola asuh parents

Jika anak diasuh dengan menyesuaikan kondisinya, tentunya akan membentuk anak pertama puya karakter yang khas anak pertama banget.

Namun, meskipun sudah punya adik, tapi si Kakak masih tetap bisa menjalani kondisi yang lama dialami sebelum adiknya datang. Tentu saja karakternya sebagai anak pertama tidak keluar dengan baik. 

Misal, anak yang dilibatkan dalam mengasuh adiknya, menjadikan anak pertama belajar menjadi kakak sepenuhnya. 

Namun, jika anak lebih sering diabaikan dan tidak ikut dalam pengasuhan adiknya, bisa jadi anak pertama masih menikmati bagaimana kondisinya sebagai anak tunggal.

Si Kakak, pernah ada di posisi tidak dilibatkan secara intens dalam pengasuhan si Adik, sehingga awalnya sungguh dia kesulitan menyesuaikan diri ketika adiknya hadir.


2. Kondisi

Kondisi, khususnya ekonomi keluarga, sangat mempengaruhi karakter anak pertama. Anak pertama yang dibesarkan dalam kondisi ekonomi yang cukup, tentunya tidak akan mengalami banyak perubahan dan penyesuaian ketika adiknya lahir.

Berbeda dengan anak pertama yang lahir dari keluarga yang kurang berkecukupan atau bahkan kekurangan. Tentunya anak pertama akan lebih banyak menghadapi penyesuaian karena harus berbagi bahkan mengalah demi kebutuhan adiknya. 

Kedua hal tersebut, tentunya sangat mempengaruhi karakter yang menjadi fakta dari anak pertama lelaki.


5 Fakta dari Karakter Anak Pertama Lelaki

Meski karakter yang menjadi fakta dari anak pertama khususnya lelaki dipengaruhi oleh pola asuh dan kondisi keluarganya. Namun ada beberapa hal yang sudah umum dimiliki oleh anak sulung tersebut, di antaranya:

fakta karakter anak pertama


1. Bersifat otoriter 

Anak pertama lelaki biasanya lebih bersikap otoriter. Hal ini bisa dipengaruhi oleh usia dan kondisi, di mana si Kakak merasa dia lahir lebih dulu, lebih mengerti dari Adiknya. Juga karena tanggung jawab yang sering diberikan parents ke kakak dalam ikut mengawasi adiknya.

Sikap ini menjadikannya merasa lebih tahu, lebih benar dan cenderung keras kepala.


2. Berjiwa pemimpin 

Kebanyakan parents selalu memberikan peranan kepada anak pertama untuk berbagai situasi dan kondisi, sejak kehadiran adiknya.

Bukan hanya diberi tanggung jawab ikut mengawasi adiknya, tapi seringnya parents menjadikan anak pertama sebagai role model bagi adiknya. 

Karenanya, anak pertama cenderung memiliki jiwa pemimpin terutama untuk adiknya.


3. Lebih mandiri

Situasi dan kondisi anak pertama lelaki, yang terpaksa harus berbagi segalanya dengan adiknya. Tak luput juga harus berbagi perhatian parents-nya, menjadikannya tumbuh jadi lebih mandiri.

Bukan hanya itu, sikap mandiri ini perlu ditanamkan oleh parents karena adik-adiknya selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh si Kakak.


4. Perfeksionis 

Kalau menurut saya, karakter perfeksionis dari seorang anak pertama lelaki, lebih banyak dipengaruhi oleh pola asuh parents-nya.

Si Kakak Darrell misalnya, dia tumbuh menjadi anak yang lumayan perfeksionis, karena lebih banyak diasuh oleh maminya yang juga selalu menginginkan banyak hal dengan lebih baik.

Selain itu, anak pertama biasanya tumbuh besar dalam berbagai metode parenting yang lebih baik, karena seringnya di baru memiliki anak, menjadikan parents jadi lebih perfek memperlakukannya. 


5. Dapat diandalkan

Karena kondisi anak pertama yang sering diandalkan oleh parents, tanpa dia akan tumbuh dan terbiasa menjadi anak yang selalu diandalkan.

Hal ini kadang dikeluhkan oleh banyak anak pertama, khususnya di zaman now, yang menganggap hal itu adalah sebuah beban buat mereka. 


Pentingnya Membimbing Anak Pertama Lelaki Ketika Punya Adik Agar Tak Salah Mengartikan Posisinya

Akhir-akhir ini, saya sering banget melihat konten atau tulisan yang beredar di media sosial, yang intinya merupakan curhatan anak pertama yang merasa terbebani oleh takdirnya.

Saya menyebutnya takdir, karena bukankah parents tak pernah bisa mengatur anak pertama yang mana, anak keduanya yang mana.

Selain itu, jujur saya merasa hal ini sangat butuh diarahkan, agar kesalah pahaman anak-anak pertama akan kondisinya tidak sampai berlarut dan merusak mentalnya, yang sebenarnya berasal dari over thinking semata. 

membimbing anak pertama

FYI, agar tidak melebar
, kondisi ini saya batasi hanya untuk kondisi anak-anak pertama yang sebenarnya salah paham dengan sikap parents-nya ya. Bukan anak-anak pertama, yang menyedihkan karena punya parents dengan masalah mental, sehingga membenci anak pertamanya.

Saya pikir, banyak anak pertama yang salah paham atas sikap parents-nya, salah satu penyebabnya karena anak gagal move on dari kondisinya sebagai anak pertama yang jadi pusat perhatian, lalu akhirnya harus berbagi. 

Sejatinya parents harus bisa memberikan pengertian pada anak, bahwa bukan parents yang sengaja berubah kepadanya, namun itulah kondisi dan kehidupan.

Setiap anak, tak peduli menjadi anak pertama, anak kedua, ketiga dan seterusnya, tentunya punya tantangannya masing-masing.

Anak pertama, mungkin merasa lelah karena harus menjadi role model buat adik-adiknya. Tapi pernahkah anak pertama mengerti, bahwa tidak semua anak kedua seberuntung dirinya menjalani masa kecil yang lebih baik dan diutamakan, dibanding adiknya.

Kebanyakan anak pertama, khususnya yang lahir di zaman sekarang, bisa merasakan hal-hal yang utama. Sejak hamil, ibunya akan memperlakukan kandungannya sebaik mungkin.

Menyambut kelahirannya dengan sangat antusias, lengkap dengan semua hal-hal yang terbaik.

Anak pertama lahir dengan kondisi sangat dinantikan oleh kedua parents bahkan keluarga besar. Semua mengeluhkannya. Memberikannya pakaian dan barang terbaru dan terbaik.

Sementara anak kedua, harus puas dengan semua lungsuran dari sang kakak.

Ini memang tidak dialami oleh semua anak pertama dan kedua serta seterusnya, tapi mostly yang terjadi dalam kehidupan zaman now ya kayak gitu. 

Hal-hal seperti ini, seringnya lupa dimengerti oleh anak pertama, di mana sesungguhnya setiap anak punya tantangannya.

Dalam kondisi anak-anak saya misalnya, si Kakak memang akhirnya harus banyak mengalah dalam sikap kepada adiknya. Hal ini sering dikeluhkan oleh si Kakak.

Padahal, tanpa dia sadari, sebenarnya adiknya lah yang lebih banyak mengalah darinya. 

Si Adik yang lahir belakangan, bahkan tak pernah merasakan bagaimana senangnya kelahirannya dinantikan dan dirayakan oleh semua keluarga.

Sementara si Adik hanya puas dengan dinantikan mami, papi dan kakaknya semata.

Sebagai anak pertama, si Kakak bisa merasakan bagaimana kehidupan yang terbaik di awal kelahiran, hingga datangnya si Adik.

Mulai dari pakaian yang baru, mainan yang lengkap dan terkini, jalan-jalan, pengalaman lifestyle yang kekinian yang selalu diusahakan oleh kami, parents-nya. Hingga kesempatan mendapatkan pendidikan terbaik sejak PAUD.

Sementara si Adik, harus puas dengan semua lungsuran dari kakaknya, baik pakaian hingga mainan. Bahkan, si Adik tumbuh besar di rumah saja, tak pernah merasakan banyak pengalaman lifestyle kekinian, kecuali memang maminya dapat kesempatan gratis dari klien job-nya. 

Tak cuman itu, si Adik juga terpaksa harus puas dengan pendidikan yang tidak sebagus kakaknya, karena memang kondisi ekonomi kami tidak memungkinkan menyekolahkan anak dua di sekolah yang lebih baik, which is tentunya lebih mahal.

Jujur, meski si Kakak belum pernah secara gamblang sedih akan posisinya sebagai anak pertama, namun melihat konten yang sering beredar di luaran sana, sebagai parents yang berusaha mati-matian tetap adil kepada anak, tentunya sedih.

Terlebih, saya juga terlahir sebagai anak kedua, yang mana sudah berusaha melepaskan semuanya untuk kakak, si anak pertama. Tapi kakak saya selalu saja merasa kurang.

Entah apa lagi yang harus saya lakukan, sementara saya bahkan sudah dianggap tak ada oleh mama kami.  


Tips Menghadapi Karakter Anak Pertama Lelaki Ala MamiRey

Untuk itu, demi menghindari kesalah pahaman anak dalam menjalankan karakter yang terbentuk di dirinya sebagai anak pertama. Menurut saya perlu banget kita sebagai parents lebih bijak dan cerdas penuh perhatian dalam menghadapi dan memperlakukan anak pertama.

Di antaranya: 

tips menghadapi anak pertama


1. Luangkan waktu mendengarkan cerita dan keluh kesahnya tanpa interupsi adik

Memang sih, setelah punya anak kedua, rasanya waktu bersama si sulung semakin sedikit. Namun hal itu sebijaknya tidak jadi alasan buat parents untuk mengabaikan anak pertama.

Pastikan untuk selalu meluangkan waktu setiap hari, guna mendengarkan cerita si sulung termasuk semua keluh kesahnya.

Hal ini menjadi pengingat juga buat saya pribadi, karena akhir-akhir ini saya sering melewatkan kebersamaan saya bersama anak-anak. Khususnya mendengarkan keluh kesah si Kakak yang dulu sering kami lakukan setiap malam.

Sebaiknya lakukan hal ini tanpa interupsi adik, terlebih jika adiknya sudah lebih besar, kayak si Adik yang semakin hari selalu saja nggak mau memberikan waktu maminya bisa ngobrol dengan baik sama si Kakak.


2. Jangan pernah mengubah rutinitas bonding

Hal ini bisa berkaitan dengan poin 1 di atas, di mana kita bisa melakukan aktifitas mendengarkan cerita dan keluh kesah si Kakak sekaligus menjadi kegiatan bonding dengan si anak sulung.

Dulunya, kegiatan ini saya lakukan setiap kali hendak tidur, sayangnya akhir-akhir ini kegiatan ini jadi skip oleh kacaunya manajemen waktu saya sebagai mom blogger.

Dengan kebiasaan bonding ini si anak pertama tidak akan pernah merasa kehilangan parents-nya, setidaknya kehadiran dan perhatian ibunya. Sehingga si sulung bisa lebih mudah mengerti sikap ibunya yang mungkin sedikit berbeda sejak kehadiran adiknya.


3. Selalu memeluknya tanpa interupsi adik

Saya nggak tahu ya kalau parents lainnya, tapi buat saya, sejauh ini hanya pelukanlah yang sedikit bisa membasuh luka hati anak.

Baik si Kakak maupun si Adik, tak pernah lepas dari pelukan maminya setiap hari. 

Terlihat jelas dari wajah dan sikap si Kakak yang lebih baik dan sumringah, setiap kali maminya memeluknya, meskipun maminya baru saja ngomelin dia, hahaha.

*plak maminya.

Dan sebaiknya, pelukan ini dilakukan tanpa interupsi adik, agar kakak merasakan kasih sayang parents khususnya ibunya, adalah utuh, bukan semata karena kebiasaan saja.


4. Sering-sering menasihati kondisi yang harus dijalani kakak sejak ada adik

Sounding memang selalu menjadi hal yang paling penting dan harus dilakukan secara menerus khususnya ke anak pertama lelaki. 

Sering-sering mengajak ngobrol si sulung tentang kehidupan, sesuaikan dengan usianya. Saya biasanya memulainya dengan menceritakan masa kecil dulu yang tidak seindah masa kecil anak-anak.

Meski demikian, selalu saja ada kesimpulan positif yang saya berikan ke anak.

Misal, bercerita bagaimana maminya ini menjadi anak tengah yang selalu mendapatkan urutan terakhir dalam prioritas kakek dan nenek dulu.

Bagaimana maminya sedih, tapi seiring waktu menyadari kalau itu adalah bagian dari kehidupan. Di mana setiap manusia pasti punya tantangannya masing-masing, bahkan sejak pertama kali dilahirkan di dunia.

Dengan banyak bercerita seperti itu, saya harap si Kakak bisa memahami dan mengerti posisi sebagai parents yang memang tidak mudah.


5. Perlakukan kakak dan adik secara adil sesuai porsi

Hal yang tak kalah penting adalah, memperlakukan anak-anak dengan adil sesuai porsi. Adil di sini bukan berarti 50 50 ya, tapi sesuai porsi. Di mana tidak melulu kakak yang disalahkan ketika mereka berantem, hanya karena alasan dia lebih gede ketimbang adiknya.

Tapi bukan berarti diperlakukan sama plek ketiplek, sementara usia keduanya beda 7 tahun.

Off course, lebih banyak menasihati si anak pertama ketika berantem dengan adiknya, karena dibanding adiknya yang masih 6 tahun, tentunya si Kakak jauh lebih mengerti apa yang dikatakan maminya.

 

Kesimpulan dan Penutup

Anak pertama adalah anak sulung yang faktanya punya karakter lebih dalam sikap lebih otoriter, berjiwa pemimpin, lebih mandiri, perfeksionis dan dapat diandalkan. Hal ini bisa dipengaruhi oleh pola asuh dan kondisi dari parents-nya.

Namun, ada tips tertentu untuk bisa menghadapi karakternya agar tidak tumbuh menjadi anak yang selalu merasa kodratnya sebagai anak pertama adalah beban.

Di antaranya, parents harus tetap meluangkan waktu untuk mendengar cerita dan keluh kesah si sulung dan menjadi bonding time juga. Tak lupa juga memeluknya dan menasihati tentang kodrat anak pertama dan kondisi parents-nya.

Serta jangan lupa untuk selalu memperlakukan anak pertama dan adiknya secara adil sesuai porsinya. 

Demikian pengalaman saya, kalau parents ?


Surabaya, 13 Mei 2024

Parenting By Rey - Reyne Raea

Referensi:

  • Opini dan pengalaman pribadi
  • https://hellosehat.com/parenting/fakta-sifat-anak-pertama/ diakses 13 Mei 2024
Gambar: Canva edit by Rey dan dokpri

2 comments for "Fakta Anak Pertama dan Tips Menghadapi Karakternya Ala MamiRey"

  1. Terimakasih Kak, mesti belum punya anak, saya jadi banyak tau pola pengasuhannya

    ReplyDelete