Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keuntungan Mengasuh Anak Sendiri Sebagai IRT Ala MamiRey

Konten [Tampil]

keuntungan mengasuh anak

Keuntungan mengasuh anak sendiri telah saya rasakan selama bertahun-tahun, terutama ketika bisa mengurus si bungsu, Adik Dayyan. 

Sejak hamil, melahirkan, mengurus new born, menyusui hingga sekarang, saya seolah dikasih kesempatan luar biasa sama Allah, untuk menjadi the real mom.

Berbeda dengan si Kakak yang ketika hamil, melahirkan dan menyusui hingga usia 9 bulan, masih melibatkan pihak lain dalam mengasuhnya.

Karena ketika itu, saya masih berstatus sebagai ibu yang bekerja kantoran.

Dan mungkin juga karena baru saja menjadi ibu, ditambah saya pertama kali jadi ibu di tahun 2010 silam, which is belum terlalu ekstra banyak informasi seperti sekarang. Jadinya saya masih anteng jadi ibu, membiarkan orang lain turut mengurus anak saya.

Di antaranya, membiarkan mama saya yang mengurus si bayi, meski mama termasuk nakes yang kekinian, mengurus bayi dengan metode modern. 

Tapi tetap saja nggak sabaran akan proses menyusui. Jadilah si Kakak tumbuh sebagai anak sapi dan anak mami, alias minum susu formula, meskipun tetap minum ASI, hahaha.

Anak kedua, si Adik lahir di tahun 2017, di mana kecanggihan internet sudah semakin berkembang. Jadi informasi tentang apa saja, luar biasa mengalir deras.

Ditambah, baik neneknya (mama saya) maupun eyang putrinya (ibu mertua saya) udah sepuh, jadinya saya nggak berani lagi berharap sama keduanya. Dan begitulah, si Adik ketika lahir, tepat beberapa jam setelah sesar, saya belain bangun mandi dan keramas, lalu setelah urus bayi, sampai saat ini, hahaha.


Menjadi Ibu Rumah Tangga dan Mengasuh Anak Sendiri itu Adalah Berkah

Kalau dihitung-hitung, saya sudah menghabiskan waktu kurang lebih 12 tahun menjadi ibu rumah tangga yang mengasuh anaknya sendiri.

ibu rumah tangga yang berkah

Sejak resign di tahun 2011 silam, meskipun sempat kembali bekerja kantoran selama setahunan lebih di tahun 2014.

Selain dari pada itu, saya nggak pernah lagi kembali bekerja kantoran, meskipun sejujurnya ya nggak pernah benar-benar berpisah dengan kerjaan.

Masih juga berkutat dengan laptop dan Alhamdulillah, rekeningnya juga nggak kosong-kosong amat, meski gaji tetap seperti ketika masih bekerja kantoran dulu, sudah nggak pernah lagi masuk ke rekening, hehehe.

Tapi, di luar daripada itu, saya merasa makin bahagia dengan kondisi saat ini, sudah bisa lebih damai menerima kondisi menjadi ibu rumah tangga atau IRT.

Karena, sama kok dengan ibu atau wanita karir lainnya yang terpaksa atau dengan sadar memilih resign. Di awal-awalnya, penuh dengan perjuangan banget.

Saya bersyukur, saat ini sudah lebih baik, udah nggak pernah segalau dulu yang bolak balik memikirkan ingin kembali bekerja kantoran, sampai-sampai bolak balik apply lamaran, bolak balik ikut wawancara dan test kerja. Giliran udah keterima, eh malah ditolak, ckckckckck.

Ya begitulah kelabilan seorang ibu yang masih berjuang menerima kondisinya.

Butuh waktu yang nggak sedikit, dengan perjuangan menata mental yang nggak cuman bikin diri sendiri terluka, bahkan orang-orang terdekatpun ken getahnya.

Mulai dari suami, hingga anak, selalu ikut merasakan cipratan kondisi mental yang tidak baik-baik saja. Sukses bikin kehidupan kami luat biasa kegoncang, dan karenanya saya bersyukur masih bisa bertahan hingga kini. Bukan hanya bertahan hidup, tapi juga bertahan dalam pernikahan.

Alhamdulillah-nya, sekarang bukan hanya bisa lebih menerima dan tenang dalam menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga yang mengurus atau mengasuh anaknya sendiri.

Tapi sekarang justru merasa sangat bersyukur dan terberkahi dengan jalan hidup sebagai ibu rumah tangga.   

Salah satunya, dikarenakan saya sudah melihat dan merasakan banyak hal keuntungan mengasuh anak sendiri sebagai ibu rumah tangga. Dan memang sudah pernah bisa membandingkan, bagaimana mengasuh anak sebagai ibu rumah tangga. Dan bagaimana mengasuh anak sebagai ibu bekerja. 


Keuntungan Mengasuh Anak Sendiri Sebagai Ibu Rumah Tangga Ala MamiRey

Adapun hal-hal luar biasa yang saya alami, nikmati dan syukuri, dan jadi sebuah keuntungan mengasuh anak sendiri sebagai ibu rumah tangga adalah:

keuntungan mengasuh anak sendiri


1. Bisa mengurus anak sendiri dengan lebih intens

Karena keseharian di rumah saja, tentunya bikin saya bisa mengurus anak sendiri dengan lebih intens. Bisa konsisten urusannya.

Apalagi karena saya seorang single fighter mom pejuang LDM, jadinya semua urusan yang menyangkut anak secara langsung, ya harus diselesaikan sendiri.

Mulai dari mempersiapkan anak-anak sekolah sejak malam hari, mengatur dan memastikan jadwal tidur anak-anak diikuti dengan baik. Mengingatkan anak-anak untuk menyiapkan pelajaran dan apa saja yang harus dibawa ke sekolah di keesokan harinya. 

Hingga keesokan harinya menyiapkan sarapan anak-anak sekolah, membangunkan anak-anak, mengecek apakah anak-anak ke sekolah tanpa kelupaan sesuatu.

Memastikan anak-anak berangkat dengan siap baik fisik dan mentalnya yang sehat. Sampai mengantar anak sekolah, menjemputnya, dan semuanya. 

Hal-hal seperti ini tidak bisa saya lakukan, ketika dulu masih bekerja kantoran, dan jujur bikin saya selalu galau ketika harus meninggalkan anak ngantor setiap hari.


2. Bisa memastikan tumbuh kembang anak sesuai harapan 

Yang menjadi alasan utama semua ibu memilih menjadi IRT adalah, untuk bisa mengikuti tumbuh kembang anak, dan sekaligus memastikan tumbuh kembangnya sesuai dengan target ataupun harapan.

Misal, kita pengen anak tumbuh tanpa mengalami speech delay, yang mana memang sering terjadi di anak-anak zaman now, dengan berbagai penyebab, salah satunya adalah penggunaan gadget secara berlebihan. 

Maka tentunya saya bisa lebih mudah untuk memastikan anak tidak terjebak speech delay, dengan memantau perkembangannya secara langsung. Mengatur pemakaian gadget pada anak, atau bahkan ditiadakan sama sekali. 

Atau misal, pengen anak tumbuh mandiri, dengan mudah menerapkan beberapa aturan parenting sendiri, tanpa perlu terkontaminasi dengan parenting orang lain yang membantu jaga anak. Misal, parenting nanny-nya, atau kakek neneknya.


3. Bisa memastikan anak lebih aman dan sehat

Masalah kesehatan anak ini juga paling sering jadi polemik bagi para ortu, khususnya para ibu. Saya sendiri mengalaminya, dan merupakan salah satu alasan terbesar saya resign dari dunia kerja kantoran.

Terakhir kali saya bekerja, si Kakak dititipin di daycare Sidoarjo, yang ada dia sakit-sakitan mulu. Dan puncaknya si Kakak terpaksa harus dirawat selama berhari-hari di sebuah rumah sakit di Taman, Sidoarjo. 

Dan berujung over diagnosa dengan didiagnosa kena Kawasaki dan dikasih obat TB tanpa persetujuan bahkan tanpa penjelasan ke kami sebagai ortu sama sekali.

Duh, ingat ini, rasanya pengen santet tuh profesor dokter anak daaaaah, baper kan saya, sampai asal ngomong gini, wakakakak.

Alhamdulillah, sejak saya memutuskan mengurus anak-anak seorang pun, masalah kesehatan anak jadi lebih terkontrol. Si Kakak langsung putus hubungan dengan dokter anak. Bahkan, Alhamdulillah-nya si Adik nggak pernah 'kencan' sama dokter anak, kecuali pas baru lahir karena dia pup mulu dan berbusa.

Setelah itu, meski si Adik terbilang masih juga sakit-sakitan, tapi selama ini cukup diobatin oleh maminya saja. Paling 'mentok' jika memang nggak sembuh-sembuh hingga 5-7 hari, saya cukup 'curhat' ke dokter di aplikasi Alodoc, cari yang dokter umum, biasanya cuman 9500an saja. 

Nantinya, diresepin obat, dan biasanya saya cari tahu dulu, jika bisa ganti obat yang lebih terjangkau, maka saya ganti, jika enggak ya beli obat tersebut aja.

Lumayan banget, sudahlah anak-anak cepat sembuh karena ketika sakit diurus dengan maksimal dan disiplin istrahat, makan dan minum obatnya.

Selain itu, faktor keamaan anak ketika diasuh ibu sendiri jadi lebih maksimal, ini untuk POV saya ya, namanya juga ala MamiRey kan.

Parents pasti udah dengar cerita tentang seorang balita yang (mohon maaf) terlindas mobil fortuner di sebuah kompleks perumahan di Sidoarjo.

Saya nggak tahu sih ceritanya gimana, tapi memang sih membiarkan atau mungkin, lepas sejenak anak dari mata yang jaga, apalagi ada di luar, bisa fatal akibatnya.

Karena anak-anak saya jagain sendiri, jadinya saya benar-benar memperhitungkan hal-hal demikian, biarin aja deh anak-anak dikurung. Ketika maminya nggak bisa menjaga mereka main di luar, tentunya saya milih mengurung mereka di rumah ketimbang membiarkan mereka main di luar tanpa saya awasi langsung.

Jadi, Alhamdulillah baik kesehatan maupun keamanan anak-anak, lebih terjaga.


4. Bisa selalu membersamai anak setiap saat di rumah

Sebagai anak yang dulu tumbuh tanpa bisa selalu didampingi mama, bahkan bertahun-tahun sedih karena mama tak pernah benar-benar bisa membersamai saya dan adik.

Mama saya bekerja sebagai nakes di tempat yang bisa dibilang jauh dari perkotaan, sehingga posisi mama sebagai perawat harus bisa beralih fungsi sebagai bidan.

Sejak mama kerja, saya dan alm. adik udah sering banget ditinggal berhari-hari, lantaran mama harus menolong orang melahirkan di rumahnya masing-masing.

Dan karena zaman dulu, mama saya sebagai nakes yang merupakan perintis tenaga kesehatan yang harus mengambil hati masyarakat, untuk melupakan dukun beranak. Alhasil tugas mama luar biasa berat.

Beliau harus mau standby di rumah pasien yang mau melahirkan, bahkan baru mules dikit aja udah ditungguin. Kadang sampai 3-5 hari, mama cuman bisa pulang sebentar untuk mandi dan melihat kami dan bapak, lalu pergi lagi.

Hal ini terjadi bertahun-tahun, bahkan sampai mama saya akhirnya menjadi seorang Kepala Puskesmas, tetap saja masih harus melayani pasien langsung.

Hasilnya, saya dan adik sering kesepian, kebingungan karena mama nggak ada. Bahkan setelah saya kuliah, dan libur pulang ke rumah, ketika jarang ketemu mama, eh mama malah sibuk urus pasiennya, even di hari lebaran.

Mungkin karena tahu banget nggak enak rasanya kebingungan dan nggak enaknya nggak bisa bersama mama, bahkan mama nggak bisa benar-benar tahu apa yang kami, anaknya rasakan maupun alami, jadinya saya bertekad akan selalu membersamai anak-anak sendiri.


5. Bisa selalu mengikuti kegiatan anak di sekolah

Dulu saya kesal banget ketika ada kegiatan anak-anak di sekolah, khususnya di sekolah TK si Adik, saya selalu diikut sertakan.

Mungkin alasannya yang bikin kesal, di mana katanya, 

"Soalnya ibu lainnya kerja!"

Si MamiRey bilaik, 

"Heh? maksudnyeee? akoh nggak ada kerjaan gitu? pengangguran gitu?"

Lebaynyaaa si MamiRey. 

Padahal ada keuntungannya loh ketika saya diikut sertakan dalam kegiatan anak-anak di sekolahnya, karena bisa menyaksikan dan mendukung kegiatan anak secara langsung.

Anak-anakpun lebih bahagia, karena maminya ada di sekolah, melihat kegiatan mereka secara langsung, kapanpun itu.

Sebagai contoh, ketika saya harus jadi salah satu parents yang ikut serta dalam acara lomba drumband di sekolah si Adik. Keliatan banget si Adik bahagia, dan keliatan banget beberapa anak yang parents-nya nggak bisa ikutan jadi sedih dan minder. 


6. Bikin anak punya lebih banyak kesempatan untuk berkembang

Setelah si Adik masuk di TK B di sebuah TK swasta Islam di Surabaya, awalnya saya shock melihat kegiatan di luar pelajaran sekolah yang bejibun. Dan sempat bete juga, karena si Adik selalu terpilih dalam semua kegiatan yang ada.

Tapi lama-lama saya mengerti, mengapa gurunya selalu memilih si Adik, bukan yang lain. Salah satunya karena di antara yang lain, cuman anak-anak yang ibunya jadi ibu rumah tangga yang selalu rajin dan bisa mengantar jemput anaknya, di manapun dan kapanpun.

Karena itulah, setiap ada kegiatan sekolah, yang diutamakan hanyalah anak-anak yang memang bisa rajin datang latihan, dan karena saya menjadi ibu-ibu macan ternak aka mami cantik anter anak, *halah. Jadinya selalu bisa mengantar jemput si Adik untuk latihan, selama dia atau maminya nggak sakit sih.

Dan karena itulah, si Adik punya kesempatan yang lebih besar, bisa mengikuti hampir semua kegiatan yang ada di sekolahnya.

Lalu saya teringat, betapa masa kecil dulu jarang banget bisa kepilih dalam acara apapun, hanya karena saya nggak good looking kayak anak lainnya, dan juga bapak mama saya bukan pejabat atau orang terhormat di daerah tersebut.

Ah, secara nggak langsung, saya bisa membasuh kesedihan di hati ketika kecil dahulu, dengan melihat anak-anak bisa punya kesempatan lebih dalam banyak hal di masa sekarang.

Alhamdulillah.


Kesimpulan dan Penutup

Mengasuh anak seorang diri sebagai ibu rumah tangga atau IRT, awalnya bukanlah hal yang mudah buat saya, bahkan butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menerima kondisi keterpaksaan itu.

Terpaksa menjadi IRT karena anak nggak ada yang jaga.

Namun, seiring berjalannya waktu, rasa terpaksa itu, berubah menjadi sebuah rasa syukur, setelah merasakan bagaimana keuntungan bisa mengasuh anak sendiri sebagai IRT.

Di mana bisa selalu terlibat dan mendukung apapun kegiatan anak, bisa memastikan anak-anak sehat dan aman. Dan tak perlu galau akan masalah anak terpapar parenting orang lain yang berlawanan dengan gaya parenting sendiri.


Surabaya, 30 Mei 2024

Parenting By Rey - Reyne Raea

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "Keuntungan Mengasuh Anak Sendiri Sebagai IRT Ala MamiRey"