Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tips Anti Drama Berkomunikasi Dengan Ibu-Ibu di Sekolah Anak

Konten [Tampil]

tips berkomunikasi

Tips anti drama berkomunikasi dengan ibu-ibu di sekolah anak ini kayaknya penting ya buat dibagikan, meskipun ini ala MamiRey ya, bukan tips secara teoritis dan umum.

Tentunya cara ini mungkin tidak mutlak benar dalam kacamata umum, karena saya menitik beratkan pada goal 'anti drama'.

Iya kan, sejujurnya saya bukan tipe ibu-ibu yang suka nongkrong di sekolah. Bahkan sejak dulu saya selalu memilih antar dan jemput anak ketika sekolah sepi.

Di mana, antar anak sepagi mungkin, dan jemput anak se molor mungkin, tanpa berlebihan sehingga membebani guru-guru anak yang kudu pulang segera.

Meski saya bisa jadi sosok yang ramah dan banyak ngomong, tapi percayalah. Pada dasarnya, saya adalah tipe ibu-ibu yang lebih suka menyendiri, nggak terlalu suka terlalu dekat dengan semua orang. Terutama ibu-ibu di sekolahan anak.

Jadi, tips ala MamiRey ini bisa juga dikatakan sebagai tips ibu-ibu introvert bisa berbaur dan berkomunikasi dengan ibu-ibu di sekolahan anak. 


Ketika Harus Kumpul dan Berkomunikasi dengan Ibu-Ibu di Sekolah Anak

Iya, sejujurnya ini adalah kondisi terpaksa. Di mana saya yang menjadi single fighter mom pejuang LDM, harus antar jemput anak sekolah, khususnya si Adik, setiap hari.

Dengan profesi saya sebagai mom freelancer, tentunya punya kebebasan lebih dalam momen antar jemput anak, baik ke sekolah, maupun mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sekolah.

Meski demikian, saya bukan tipe ibu-ibu yang nongkrong di sekolah menunggu anak pulang sekolah. Alih-alih demikian, mending saya melipir ke suatu tempat untuk bisa membuka laptop dan mengetik artikel di blog.

Jadi, kegiatan utama saya setiap hari adalah, mengantar si Adik sekolah dalam kondisi sudah rapi dan cantik, membawa tas berisi laptop dan perlengkapan lainnya. 

Setelah mengantar si Adik ke sekolah, sayapun melipir ke suatu tempat, entah di McD yang merupakan salah satu tempat kerja ternyaman dan termurah di sekitar sekolah si Adik. Atau ke perpustakaan yang juga tidak jauh dari sekolahan si Adik.

Nantinya, ketika waktu pulang si Adik tiba, baru deh saya jemput dia ke sekolahnya. Itupun kadang saya molorin beberapa menit, saking seringnya saya datang tepat waktu, tapi anak-anak belum pulang.

 Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya saya tidak punya kesempatan untuk bertemu dan mengobrol dengan ibu-ibu lain di sekolahan. 

Akan tetapi, ternyata ada kesempatan lain yang mengharuskan saya kudu ngumpul dan berkomunikasi dengan lainnya. Salah satunya adalah ketika harus mengikuti kegiatan sekolah anak-anak, yang harus dihadiri ortunya.

Sebagai contoh, ketika momen parents day di sekolahan si Adik, yang isinya adalah kegiatan sekelompok ortu murid, menggantikan guru untuk mengajar anak-anak sehari aja.

Karena momen seperti ini mengharuskan adanya kerja kelompok ortu, jadinya butuh kumpul dan berkomunikasi dong. Karenanya, saat seperti ini, udah nggak ada alasan buat menghindari percakapan antara sesama ortu murid, setidaknya buat saya ya.


Manfaat Tetap Ramah dan Ikut Berkomunikasi Dengan Ibu-Ibu di Sekolah Anak

Meski terbilang intorvert, lebih suka menyendiri, malas kumpul-kumpul ibu-ibu lainnya. Tapi syukurlah saya masih bisa beradaptasi sesekali ikut nimbrung dengan ibu lainnya.

Menurut saya ini penting, dan tentunya berfaedah positif buat saya pribadi.

Di antara manfaatnya adalah:


1. Menambah kenalan dan silaturahmi

Punya banyak kenalan itu asyik loh, setidaknya membuka banyak peluang dan kesempatan lainnya. Demikian juga dengan bersilaturahmi, akan menambah keintiman dalam kenalan.

Bayangkan kalau kita lagi butuh sesuatu, dan ternyata kenalan kita bisa membantu hal tersebut. Tentunya, kenalan akan lebih bisa membantu ketimbang yang belum kenal kan?


2. Melatih public speaking

Ini penting banget loh, dan jujur baru saja saya sadari akhir-akhir ini. Let me tell you a story tentang kehidupan saya belakangan ini.

Jadi ceritanya, beberapa waktu yang lalu saya harus bikin voice over sebuah video job. Dan betapa terkejutnya saya, kok jadi kagok dan susah banget sih ngepasin suara yang natural didengar?.

Nggak sampai di situ, saya juga merasa kesulitan ketika harus berbicara di depan orang banyak, bahkan melalui online.

Kayak pas diajak sebagai nge-live di IG, atau ikut webinar. Meskipun sebelumnya udah dilatih mau ngomong apa, eh pas waktu ngomongnya datang, tiba-tiba aja langsung blank.

Ya ampuunnn!
Sampai saya baca-baca sharing beberapa teman, ternyata masalahnya ada di public speaking. Saya tuh ya, udahlah nggak berani ngomong di depan banyak orang, jarang ngobrol dengan orang lain secara langsung pulak.

Jadinya, bahkan kosa kata aja banyak yang saya lupa, kudu mikir lama dulu, bahkan kadang harus browsing hanya untuk mengingat satu kosa kata yang hilang dalam pikiran saya.

Suatu hari, saya ketemu teman blogger, si Dea Merina di perpustakaan daerah Surabaya. Si Dea ini adalah tipe orang yang benar-benar introvert, dan dia cerita kalau kerjaannya tuh di rumah mulu.

Tapi, sesekali dalam seminggu, dia maksain diri buat keluar untuk ketemu orang, biar bisa ngomong, meskipun bukan sama sembarangan orang sih ya.

Dari sharing si Dea tiba-tiba saja saya mulai mengerti, apa masalahnya saya yang sering hang ketika ngomong, apalagi kalau ngomongnya di depan banyak orang.

Sepertinya karena saya jarang melatih pembicaraan dengan orang lain. 

Seketika playlist tontonan YouTube ketika lagi menyetrika pun berubah, jika sebelumnya saya doyan mendengarkan ceramah filsafat, sekarang jadi switch ke tips-tips penting tentang publik speaking ala Irene Lipesik.

Dari situ juga saya mendapatkan tips latihan publik speaking ya kita kudu rajin-rajin ngobrol sama orang lain. Kalau perlu sama stranger, biar terlatih bicara di depan orang yang mungkin baru saya temui, termasuk di depan banyak orang.

Lalu saya membayangkan, selama 6 tahun ke belakang, saya hanyalah ibu-ibu rumahan, yang jangankan keluar rumah ketemu orang lain ya. Keluar pagar buat buang sampah aja, nunggu tengah malam dulu, biar sepi, hahaha.

That's why saya mengatakan, bahwa berkomunikasi dengan ibu-ibu lain di sekolah itu penting, karena bisa jadi latihan publik speaking.


3. Membuka peluang baru

Punya kenalan banyak itu, artinya kita bisa berpeluang lebih banyak juga. Karena seringnya, kenalan baru itu sama dengan membuka peluang baru.

Nggak cuman berkenalan, mengobrol dengan orang baru, bisa jadi memperluas peluang baru untuk kita. Siapa yang tahu kan, ternyata pas ngobrol, eh si kenalan kita malah nawarin peluang penghasilan sesuai kemampuan dan passion kita.

Karena kita tidak pernah tahu, di mana Allah menitipkan rezeki kita. 


Tips Anti Drama Berkomunikasi Dengan Ibu-Ibu di Sekolah Anak Ala MamiRey

Tidak dipungkiri, salah satu penyebab saya, dan mungkin juga banyak ibu introvert lainnya malas berkomunikasi dengan ibu-ibu di sekolah adalah demi menghindari drama di kalangan ibu-ibu.

Iya sih, sayapun agak parno dengan hal tersebut, terlebih selain introvert, saya juga tidak atau kurang menyukai hal-hal yang disukai kebanyakan ibu zaman now, eh sejak dulu ding.

Salah satunya bergosip. 

Atau bisa juga tanpa sadar menyinggung perasaan orang lain, atau disinggung perasaan kita oleh omongan lawan bicara kita para ibu-ibu di sekolah.

Karenanya, saya punya cara tersendiri, agar bisa berkomunikasi dengan lancar tapi anti drama dengan ibu lainnya, di antaranya:


1. Hilangkan ego

Tips yang pertama adalah, hilangkan ego terlebih dahulu sebelum memulai komunikasi. Jadi, pembicaraan yang terjadi hanya di lingkup yang ringan-ringan saja. Karena bagi saya itu cuman berkomunikasi untuk mencairkan suasana.

So, mau ke arah manapun komunikasi, saya bisa dengan mudah menjaga hati agar tidak baper, termasuk tidak menyinggung perasaan lawan bicara saya.


2. Selalu merendah

Tips berikutnya agar komunikasi dengan ibu-ibu di sekolah anak tidak pakai drama adalah, selalu merendah dan kalau perlu berpura-pura di bawah lawan bicara.

Buat saya ini penting, karena kita nggak tahu pasti karakter lawan bicara kita. Siapa tahu ybs suka baperan kan, menganggap omongan kita yang mungkin biasa, malah dikira pamer atau sombong.

Jadi, alih-alih sibuk menunjukan betapa luasnya pengetahuan saya, mending bersikap saja seperti orang yang tidak lebih tahu dari ibu lainnya. 


3. Dahulukan mendengar

Bisa dikatakan, semua manusia itu suka didengarkan, tapi jarang yang bisa memahami kalau orang juga butuh didengarkan.

Hal ini bisa terjadi juga di lingkungan ibu-ibu di sekolah anak. Bisa jadi kita terlalu semangat bicara, sampai lupa mendengarkan, yang malah bikin lawan bicara jadi kesal dan bosan dengan semua pembicaraan kita.


4. Tidak mengajari tanpa diminta

Tips berikutnya adalah, tahan diri untuk mengajari, kecuali diminta. Kalaupun ternyata pembicaraan ibu lainnya, mulai jauh dari kebenaran, kita bisa menyampaikan kesalahannya dengan cara sharing cara kita dengan halus.

Misal, ada yang share bahwa MPASI anak itu bisa diberikan meski usia 3 bulan. Kita ingin memperbaiki dengan cara yang halus seperti:

"Wah bisa ya usia 3 bulan dikasih MPASI, kalau anak-anak saya dulu 6 bulan, soalnya saya parno takut lambungnya belum bisa kuat menampung MPASI selain ASI".


5. Validasi perasaannya

Menurut saya, khususnya orang-orang dewasa tuh, bercerita untuk didengarkan, divalidasi perasaannya. Bukan minta diajarin, apalagi untuk disuruh bersyukur, hahaha.

Jadi, ketika ibu-ibu lainnya berkeluh kesah, akan lebih baik jika kita memberikan validasi untuk perasaannya, sehingga yang cerita lebih puas, yang dengar juga nggak bakal terkekang drama nggak penting antara ibu-ibu di sekolah anak. 


6. Beri pujian

Alih-alih mengajari atau menghakimi, mending berikan pujian akan semua cerita ibu-ibu lainnya. Semua manusia, tentunya lebih suka dipuji, ketimbang dihakimi kan?.


7. Hindari berdebat yang tidak penting

Last but not least adalah, sebaik dan sebijaknya untuk menghindari perdebatan, apalagi kalau debatnya sama sekali nggak penting.

Kebanyakan drama sesama ibu-ibu di sekolah itu, dimulai dari sebuah percakapan yang isinya berdebat.


Kesimpulan dan Penutup

Meskipun menjadi sosok ibu yang introvert, tapi ada momen di mana saya terpaksa harus berbaur dan berkomunikasi dengan para ibu lainnya di sekolahan anak.

Sebagai contoh, ketika harus mengikuti kegiatan anak yang melibatkan ortu murid di sekolah. Seperti kegiatan parents day di sekolah si Adik.

Di momen seperti ini, karena semua ibu dalam kelompok tersebut harus terlibat, mau nggak mau sayapun harus bisa bersosialisasi dengan ibu-ibu lainnya.

Lucky me, Alhamdulillah selama ini sih nggak pernah ada masalah yang mengganggu. Karena saya menerapkan komunikasi anti drama dengan para ibu lainnya. 

How about you, parents?


Surabaya, 06 Februari 2024

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: canva edit by Rey

Post a Comment for "Tips Anti Drama Berkomunikasi Dengan Ibu-Ibu di Sekolah Anak"