Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jangan Buru-Buru Urus Cerai Saat Sudah Tak Sejalan Dengan Suami

Konten [Tampil]

jangan-buru-buru-urus-cerai

Panggil saya bucin, tak masalah, tapi saya tak pernah berhenti untuk menyeru kepada para wanita, khususnya berstatus istri, untuk,

"Jangan buru-buru urus cerai, ketika merasa sudah tak sejalan dengan suami!"

Loh kenapa, Rey?

Banyak alasannya!

Baca juga : Pernikahan Tak Bahagia, Cerai Tidak Selalu Jadi Jalan Terbaik


Alasan Mengapa Cerai Seharusnya Jalan Paling Akhir dan Dipersiapkan

Sebenarnya alasannya besarnya satu sih, karena saya sering baca curhatan di grup FB Single Mom Indonesia, di mana banyak banget curhatan betapa beratnya hidup setelah bercerai itu.

Dramanya nggak pernah putus, padahal sejatinya, bercerai bukannya untuk melepas drama dan kepedihan, bukan? 

jangan-buru-buru-urus-cerai
Tapi, saya ingin menjelaskan secara logika juga, meski kita para perempuan, selalu pakai hati melulu.


1. Ingat, menikahnya ribet dan ngabisin duit

Bahkan untuk mewujudkan sebuah pernikahan yang paling simple sekalipun, tentu saja ada selalu ada rasa ribet-ribetnya di sana.

Mulai dari perkenalan keluarga, lalu berdamai dengan hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Misal, ada kata-kata dari calon mertua, ipar dan keluarga pasangan yang menyinggung kita. Tapi toh terpaksa kita maafkan dan terima, karena mau menikah kan ye.

Sampai yang paling menyita pikiran dan segalanya, UANG!

Khususnya yang menyelenggarakan acara resepsi yang lumayan ya, sampai tahap mewah. Apa nggak sayang tuh duit jutaan, puluhan juta, hingga ratusan juta, raib tanpa bekas?.

Mengeluarkan uang sebanyak itu, apalagi kalau sampai berhutang, tapi akhirnya memutuskan segera gagal?


2. Bercerai, belum pasti langsung bahagia

Khususnya, bagi yang segera mengurus perceraian, di fase dia marah banget sama suaminya. Lalu akhirnya membabi buta untuk segera mengurus perceraian. Terlebih ada anak-anak pulak, dan si istri nggak punya kemandirian finansial yang cukup.

Setelah surat cerai di tangan, terus apa?

Suami, eh salah, lelaki, jarang banget ada yang bisa bertanggung jawab sepenuhnya membiayai anak-anaknya, paska perceraian. Apalagi kalau anak-anak ikut ibunya, dan keuangan si laki nggak yang berlimpah ruah. 

Selain itu, kehidupan paska bercerai juga tidak semudah pikiran kita, ada fase di mana si wanita bakalan berseteru dengan pikirannya, karena trauma dari perceraian itu.

Hal ini tentunya akan mempengaruhi kehidupannya dalam sosial. 

Banyak banget curhatan di grup SMI, di mana para single mom jadi stres, karena terpaksa menumpang ke rumah ortu, lalu akhirnya ortunya jadi sensi suka marahin anaknya lah, suka ngomel lah.

Baca juga : Masalah Single Mom, Bercerai lalu Tinggal di Rumah Ortu dan Tidak Akur


3. Kehidupan setelah bercerai itu tidak lebih mudah, karenanya persiapan itu penting

Ini, menyambung dari poin 2 di atas sih, bahwasanya kehidupan setelah bercerai, tidak selalu lebih mudah dari saat menikah.

Akan selalu ada ujian-ujian yang menguras kesehatan mental kita. Masalah finansial, terutama kalau ada anak, di mana sering terjadi ibulah yang terpaksa membiayai anak-anaknya.

Kalaupun ada ibu yang memaksa untuk ikut hukum sebenarnya, baik secara agama maupun hukum negara, di mana anak-anak adalah tanggungan ayahnya.

Demi hal itu, si ibu akhirnya rela meninggalkan anaknya untuk bisa hidup bersama keluarga ayahnya. Apakah semua udah aman?

Belom!

Si ibu akan menghadapi kecaman baru dari masyarakat, sebagai ibu yang kejam dan tega pada anaknya. Ya begitulah hidup.

Karenanya, bercerai seharusnya sama dengan menikah, wajib dipersiapkan dulu.

Baca juga : Bercerai Seharusnya Sama Dengan Menikah, Wajib Dipersiapkan


Jangan Buru-Buru Urus Cerai Ketika Sudah Tak Sejalan Dengan Suami, Lakukan ini Terlebih Dahulu

Lalu, kalau udah merasa tidak bisa sejalan lagi dengan suami, masa iya harus tetap bersabar? Bukankah seumur hidup itu terlalu lama, Rey?

jangan-buru-buru-urus-cerai

Ya boleh saja cerai kok, kan juga nggak dilarang oleh Allah, kecuali agama tertentu ya.

Namun, alih-alih langsung gedubrakan ke Pengadilan Agama untuk urus surat cerai. Akan lebih bijak, cantik dan cerdas, kalau melakukan hal ini dulu.


1. Pastikan sudah mandiri finansial

PUNYA UANG DULU, MOMS!

Bukan uang untuk bayar biaya perceraian ya, saya kadang sedih sih kalau liat ada beberapa orang yang ngebet urus surat cerai, padahal mereka nggak punya uang sama sekali.

Ini maksudnya bagi yang punya suami, tapi masih sedikit banyak menyumbang uang buat kehidupan keluarga ya.

Lah, karena kesal dan marah, langsung mengebu-gebu ke pengadilan agama, rela meninggalkan rumah dan mengajak anak-anaknya.

Beberapa hari kemudian, datang surat panggilan gugatan cerai ke suaminya.

Rasakan! 

Demikian pikir sang istri.

Iya, untuk sesaat, suami pasti akan marah, karena merasa harga dirinya terluka, lalu kangen sama anak-anaknya, dan merasa sedih kalau nggak bisa ketemu anak-anaknya.

Tapi, percayalah!

Ada banyak kasus, lelaki hanya akan sedih di awal-awal saja, seminggu dua minggu berikutnya, ya cari perempuan lagi lah! bikin anak lagi lah!.

Selesai kan masalahnya, hahaha.

Lalu bagaimana kondisi si wanita yang membawa anak-anaknya semua pergi itu? Udahlah nggak punya penghasilan, terpaksa menumpang di rumah ortu atau keluarga.

Tapi, bahkan yang keluarga kita super kaya kayak raja minyak dari Medan *halah. Kalau ada yang numpang kelamaan di rumahnya, apalagi bawa anak-anaknya yang aktif, ya lama-lama kan eneg juga.

Jadilah, merasa nggak betah tinggal di rumah ortu sendiri, mau pergi tapi nggak punya pemasukan sama sekali. 

Ketambahan ternyata mantan suami udah punya calon buat dinikahinya, lalu mulailah kiriman uang untuk anak-anak jadi goyah. Sampai akhirnya lepas sama sekali.

Si wanita? cuman bisa kebakaran jenggot sendiri, mau digugat, emangnya semudah itu menggugat lelaki yang melupakan tanggung jawab ke anak-anaknya?.

Kalau mudah, nggak akan ada buanyaaaaakkkk single mom memilih merelakan, ketimbang mental terganggu mengurus nafkah anak dari ayahnya itu.

That's why! Ngapaiiiinnn mengebu-gebu banget ke pengadilan agama, ketika merasa masa depan dengan suami udah nggak bisa dipertahankan.

Emangnya selembar surat cerai, yang diterima dengan ketawa lebar oleh beberapa wanita di konten medsos itu, akan bisa mencairkan duit setiap bulannya mengalir ke rekening kita?.

Terus, gimana dong?

Kecewa berat dengan suami? ya buka kaptop lah! cari kursus apa saja yang sesuai dengan hobi yang kita sukai. Kalau merasa secara online agak sulit, ya udah cari kursus offline langsung.

Intinya, daripada heboh urus surat cerai, mending fokus ke karir diri sendiri dulu. Anggap aja kalau udah cerai, jadi cuman hidup sebagai partner demi anak.

Dan si istri kejar dulu pemasukan tetap, setelah itu, baru deh layangkan surat cerai.

Bisa jadi, ketika istri udah mandiri finansial, eh suami malah berubah jadi lebih baik. Tetap tinggalin? Ya kalau saya sih, ngapain kan ye?

Lanjutin aja pernikahannya, tentunya dengan banyak komunikasi dengan suami, agar kedua belah pihak benar-benar bisa saling menyamakan visi dan misi pernikahannya.

Intinya, kalau ada uang dan bisa membiayai hidup sendiri dan anak-anak secara mandiri, goooo deh urus cerai langsung.

Tapi, kalau ternyata bahkan bayar biaya cerai aja nggak ada duitnya, terus kehidupan berikutnya gimana cobak?

Ini bukan meragukan rezeki Allah ya! Tapi hidup dengan logika, tidak mudah cari duit itu ya, apalagi dengan membawa luka trauma perceraian. 

Baca juga : Istri Harus Punya Uang Sendiri 


2. Jika ada anak, pastikan berpisah bukan karena benci

Manta istri itu biasa, tapi TIDAK ADA YANG NAMANYA MANTAN ANAK!. Bahkan suami jadinya tidak bertanggung jawabpun, lalu akte lahir anak diubah jadi nggak punya ayah, tidak serta merta memutus darah di antara ayah dan anak.

Jadi, tidak ada celah ketika bercerai, nggak akan berhubungan dengan suami lagi, harus berhubungan, terlebih kalau anak masih kecil dan bisa dibilang dekat dengan ayahnya.

Karenanya, ketika bercerai, pastikan bukan karena emosi, agar kita tidak memutus waktu ayah dan anak. Dan juga tidak sakit hati berlipat ganda, karena masih harus berhubungan dengan mansu demi anak.


3. Persiapan mental juga penting

Dan yang pasti, persiapan mental juga penting. Percayalah, tidak mudah melupakan masa pernikahan, semenyakitkan apapun itu.

Akan selalu ada kenangan manis yang hadir, dan akan memporak-porandakan mental wanita. That's why, memberi jeda pada perasaan, dengan menggunakan waktu itu untuk lebih mempersiapkan diri dahulu. Baik finansial, hati yang telah menerima sehingga mentalpun sudah cukup kuat untuk menjalani masa benar-benar lepas dari suami.

Karenanya, jangan kira, wanita-wanita yang bertahan demi anak itu, adalah wanita yang lebih menderita ya. Banyak yang merasa sedih, karena masih menikah, tapi berasa janda. 

Mereka lupa, kalau mereka beruntung dikasih kesempatan untuk latihan dulu. Biar nggak kaget ketika nantinya benar-benar jadi janda atau single mom.

Baca juga : The Real Meaning Bertahan Demi Anak 


Kesimpulan dan penutup

Bercerai atau perceraian, adalah hal yang boleh, tapi dibenci Allah. Mungkin karena itu di agama lain, perceraian adalah sesuatu yang haram.

Sayangnya, dalam hidup ini, ada kalanya perceraian juga harus terjadi.

Namun, kalau menurut saya nih ya, terlebih setelah melihat, mendengar dan membaca curhatan banyak single mom yang ada. Saya jadi ingin menyerukan kepada para istri, agar..

"jangan buru-buru urus surat cerai ya Mom, mending buru-buru jadikan diri mandiri finansial, karena itu hal utama yang bisa kita andalkan setelah bercerai!"

Demikianlah.


Surabaya, 3 November 2023

#FridayMarriage

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikian artikel tentang alasan mengapa jangan buru-buru urus cerai ketika merasa sudah tak sejalan dengan suami, semoga bermanfaat.

Post a Comment for "Jangan Buru-Buru Urus Cerai Saat Sudah Tak Sejalan Dengan Suami"