Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Beda Pola Asuh, Ibu Pakai Parenting Modern, Ayah Pakai Parenting Jadul, Harus Gimana?

Konten [Tampil]
mengatasi perbedaan pola asuh ayah dan ibu

Perbedaan pola asuh antara ayah dan ibu, sebenarnya bukanlah hal baru, sejak dahulu kala yang namanya pola asuh ayah dan ibu selalu berbeda.

Karena perbedaan inilah, menjadikan kebanyakan parents zaman now,  masih bertahan dengan pola asuh terkuat, yang mereka dapatkan ketika kecil.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu yang membahas tentang pola asuh anak atau parenting juga ikut berkembang.

Para parents jadi mengerti, bahwa untuk menciptakan anak-anak dengan mental yang sehat, dibutuhkan kerja sama dari pola asuh yang kompak, antara kedua parents.

Hal itu, menjadi angin segar buat tumbuh kembang anak, tapi sekaligus jadi masalah tambahan bagi sebagian pasangan, khususnya yang kedua parents, tidak kompak untuk selalu belajar dan update serta upgrade mengenai pola asuh anak yang sehat. 


Perbedaan yang sering Terjadi antara Pola Asuh Ayah dan Ibu


Pada dasarnya, perbedaan yang paling mendasar dalam pola asuh ayah dan ibu, dikarenakan kuatnya pengaruh pola asuh orang tua para parents di masa kecil parents.

Pola asuh ini bisa dibilang pola asuh yang jadul.
Tidak salah sih sebenarnya, tapi juga udah nggak zamannya untuk tetap dipertahankan.
Dunia udah berubah dong ya.

Masa iya, kita masih mau mendidik anak kita, kayak didikan di zaman kita dulu, enggak nyambung dong ya!

Saya jadi ingat didikan mama saya, juga 11 12 dengan nasihat bapak mertua.
Di mana, jadi orang irit itu penting banget.

Jadi, sebisa mungkin jangan mager dan hindari mengandalkan uang terus.
Misal, kita mau bepergian ke suatu tempat yang nggak jauh-jauh amat.
Cuman sekilo, dua kilo.

Daripada naik kendaraan yang pastinya akan ngeluarin biaya lagi, mending jalan kaki aja.
Ditambahin juga dengan embel-embel.
"mama dulu ke sekolah jalan kaki sampai puluhan KM, biasa aja tuh, padahal jalanannya bebatuan, tidak semulus sekarang!"
Si Rey, sejak dulu pasti membantah,
"Mama! zaman dulu itu, memang nggak ada kendaraan! jadi mau nggak mau ya harus jalan kaki! sekarang udah banyak kendaraan Ma, dan tidak semata manja, tapi demi efisiensi waktu!"
Nah loh!

Terlepas dari pola asuh jadul, tapi secara garis besar perbedaan pola asuh ayah dan ibu itu, dipengaruhi oleh gender.

beda pola asuh orang tua

Ibu, cenderung mendidik anak dengan lembut, karena ibu adalah perempuan.
Sementara ayah, cenderung mendidik anak dengan keras, karena ayah laki-laki.


Ayah mendidik dengan 'keras'


Kecenderungan mendidik anak dengan keras ini, mungkin dipengaruhi oleh gaya pengasuhan zaman dahulu, di mana anak lelaki itu, harus kerja di luar rumah.

Dan seperti yang kita ketahui, di 'luar rumah' itu bukan main 'kejam' dan 'berat'nya.
Karenanya, ayah selalu mendidik anaknya dengan 'keras' juga.

Misal, 
  • Anak berantem dengan temannya, ayah biasanya akan cenderung menyuruh anak untuk membalasnya dengan pukulan.
  • Anak jatuh, ayah akan semakin membentak dan menyuruh segera bangun.
  • Anak melakukan aksi berbahaya, kayak manjat-manjat dan lainnya, ayah pasti akan mendukungnya, dengan anggapan kalau jatuh itu namanya belajar.
  • Anak bersedih, ayah akan mengejeknya dan memaksa untuk jangan sedih, lelaki jangan cengeng.
  • Dan lain sebagainya, intinya kebanyakan ayah selalu mendidik anak dengan keras, kecuali satu hal, tentang uang! di mana ayah jarang melatih anak untuk bisa manajemen keuangannya, meskipun ada juga ayah yang mengajarkan hal itu, contohnya ayah mertua saya, meskipun tetap aja, caranya sedikit ekstrim. 
Pada intinya, beberapa pola asuh ayah mungkin bagus ya, apalagi kalau dia mendidik anak lelaki, dan sebagai parents yang berkiblat pada parenting Islami, saya setuju banget dengan didikan anak harus sesuai fitrahnya, di mana anak lelaki harusnya ya lebih kuat dari perempuan, karena lelaki adalah pemimpin.

Tapi, di beberapa poin lainnya, pola asuh ayah yang keras itu, sepertinya terlalu berlebihan untuk diterapkan di zaman sekarang.


Ibu mendidik dengan 'lembut'


Jika ayah mendidik dengan penuh tegas dan keras, kebalikan dari ibu.
Ibu biasanya akan mendidik anaknya dengan penuh kelembutan, mengajarkan welas asih, layaknya bagaimana rata-rata perempuan zaman dahulu dididik dan diharapkan.

Misal, 
  • Anak berantem dengan temannya, ibu biasanya cenderung mengajarkan anak untuk bersabar atau menghindar.
  • Anak jatuh, ibu biasanya akan memeluk anak, dan menghiburnya.
  • Anak melakukan aksi berbahaya, ibu auto panik dan melarang, atau memperingatkan bolak balik.
  • Anak bersedih, ibu akan memeluknya dan mengajaknya berbicara agar bebannya terurai.
  • Dan lain sebagainya, namun untuk masalah uang, kebanyakan ibu lebih tegas, dan mengajarkan anak untuk bisa lebih peduli manajemen keuangannya. 
Sama juga ya dengan ayah, ada hal-hal positif yang singkron dengan pola asuh zaman sekarang. Tapi nggak semuanya, beberapa hal juga malah bikin anak tumbuh jadi anak yang bermental lemah, hehehe.

Dan yang paling penting adalah, perbedaan pola asuh tersebut, membuat anak jadi bingung dan mulai membentuk perbedaan dalam benaknya, mencari-cari mana pihak ortu yang memberikan dampak paling menguntungkan pada dia. 


Cerita Berbeda Pola Asuh dengan Pasangan


Lalu bagaimana cerita pola asuh saya dengan papinya anak-anak dalam mendidik anak-anak?
Nggak usah nanya sebenarnya, dari beberapa tulisan saya di tema artikel, parents pasti udah bisa menebak, kalau kami tak mungkin bisa kompak dalam mendidik anak.

Ye kan, mendidik anak itu tahap lanjutan kan.
Tahap pertama itu, perbaiki hubungan dengan pasangan.
Itu seharusnya yang wajib dilakukan dahulu.

Tapi, seperti yang sudah sering saya tuliskan, hubungan kami itu, udah ruwet kek benang yang dibuat main meong, diuntel-untel, sampai akhirnya ruwet dan sulit dibenerkan, bahkan digunting sekalipun, tetep kusut.

So, udah bisa ketebak banget.
Tentu berbeda banget lah, dan nggak ada yang mau ngalah, hahaha.

Sejujurnya, kalau dari saya, 'tidak mau ngalah' itu, bukan berarti karena saya keras hati ya.
Percayalah, saya seorang wanita yang keras kepala banget nget.
Tapi hati saya lembut, jadi saya biasanya mudah untuk mentolerir hal-hal yang masih masuk akal, meski awalnya saya tidak setuju.

Masalahnya adalah perbedaan saya dengan pasangan dalam mengasuh anak tuh bagaikan langit dan bumi, dan saya sulit mentolerirnya.

Dampak beda pola asuh orang tua terhadap anak

Apa-apa saja perbedaan pola asuh kami?


Saya punya prinsip, parents adalah contoh terbaik, sementara papinya anak-anak menganggap anak harus mengerti kondisi parents-nya


Ini adalah perbedaan prinsip pola asuh saya yang paling besar.

Di mana, saya mati-matian mencambuk diri, untuk menjadi peri buat anak-anak, jadi malaikat lah, agar, biar kata nggak bisa jadi malaikat, tapi jatuhnya nggak jauh-jauh dari parents yang baik.

Jadi, saya selalu berusaha mencontohkan anak untuk melakukan hal baik.
Saya ingin anak disiplin, ya saya dulu yang harus disiplin.
Saya ingin anak-anak rajin shalat, ya saya dulu yang rajin shalat.

Saya ingin anak-anak jadi anak yang shalih, ya saya dulu yang jadi manusia shaliha, shalat tepat waktu, rajin ngaji, berpuasa dan semacamnya.

Pokoknya, saya benar-benar mencambuk diri, agar anak-anak bisa mencontoh saya, atau kalaupun memang nggak bisa benar-benar mengimbangi anak, setidaknya saya tidak memperlihatkan hal yang sebaliknya di depan anak-anak.

Misal, saya ingin anak disiplin, melakukan segala sesuatu sesuai waktunya.
Tapi saya sendiri, kehidupannya jauh dari disiplin.
Tidur malam hanya karena scroll HP, bangun siang, subuh terlewat adalah hal biasa.
Lalu pas bangun, kesal liat anak yang udah siang, belum ngapa-ngapain.

Itu mah kelakuan papinya anak-anak banget nget.
Dia suka banget mengasari anak-anak, khususnya si Kakak, jika si Kakak terkesan malas-malasan.
Lah dia sendiri, bangun siang melulu, tidur malam untuk main HP melulu.

Saya sendiri sering tidur malam, tapi sebelumnya udah melakukan pendekatan sama anak, udah dijelasin dengan sounding berulang yang baik, jadi anak-anak udah lebih mengerti keadaan maminya. 


Saya punya prinsip, mendidik anak harus sesuai zamannya, mau nggak mau harus banget belajar ilmu parenting modern, yang Islami tentunya, sementara papinya malas belajar untuk itu dengan 1001 alasan


Klise sih ini ya, masalah banyak para ayah jadul kayaknya, cuman sedikit ayah zaman sekarang yang luar biasa mau bahu membahu belajar parenting terbaru dan Islami.

Dan papinya anak-anak termasuk dalam golongan para ayah demikian, yang malas belajar.
Mungkin, sebagian ayah akan beralasan, kalau para ayah sibuk mencari uang.
Papinya anak-anak juga, kalau dia mau bicara, mungkin itu alasannya.

Tapi yang harus dipahami semua ayah adalah, percayalah...
Bukan cuman ayah yang nggak ada waktu buat belajar karena sibuk cari uang.

Para ibu yang di rumah aja, kerjaannya nggak selesai-selesai tauk, nggak ada waktu juga buat belajar hal demikian.
Itu ibu yang fokus ngurus rumah tangga ya, apalagi ibu yang mengurus rumah tangga dan anak, tapi juga harus cari uang buat kebutuhan hidup kayak saya?

Kenyataannya, saya nggak punya waktu buat itu, jangankan buat belajar ya, buat nemani anak main aja, kadang saya korupsi waktunya, nantilah anak rewel, baru deh saya segera sadar dan memberikan hak anak akan waktu saya.

Tapi kenyataannya, saya nggak pernah berhenti belajar buat menjadi ibu yang baik, yang bisa mendidik dan mengasuh anak-anak sesuai zamannya.

Jadi, sepertinya tidak berlebihan jika saya menyebut ayah yang beralasan sibuk sehingga nggak mau belajar ilmu pengasuhan yang lebih baik, adalah ayah pemalas!

Apa saja sih perbedaan cara mengasuh anak modern dengan jadul?
Salah satunya, dengan cara menempatkan anak sebagai bawahan, di mana anak wajib ikut perintahnya, tapi nggak pernah diajarin tentang itu, boro-boro dicontohin.

Pola asuh begini memang diadaptasi dari pola asuh ayah di zaman dulu, di mana anak harus nurut, titik!

Dan saya pikir, masalah pola asuh kayak gini, juga banyak kan dialami oleh para parents.


Mengatasi Perbedaan Pola Asuh Parents


Yang namanya ayah dan ibu, hanya bertemu ketika sudah dewasa kan ye, tentunya dibesarkan dengan pola asuh yang berbeda antara keduanya.

Wajar banget, jika akhirnya mengalami perbedaan pola dalam mengasuh anak-anak.
Apalagi dalam kondisi saya, ketambahan dengan masalah yang berlarut-larut dari hubungan kami.

Jujur, susah banget untuk bisa mengatasi perbedaan pola asuh saya dengan papinya anak-anak, karena banyak hal.
Salah satunya, papinya anak-anak selalu menghindar ketika diajak berkomunikasi serius.
Dan, pola asuh papinya anak-anak itu, tertanam dalam hatinya yang keras, jadi sulit diubah.

Apalagi, tongkrongan papinya anak-anak memang aneh-aneh ya, alih-alih udah tua dan beruban, jadi berubah fokus ke anak-anaknya saja, eh yang ada semakin alay.

Lalu gimana dong?
Masa iya anak-anak saya biarkan tumbuh dalam pengasuhan yang membingungkan? 

Tentu saja tidak.
Dalam kondisi saya, beruntung banget anak-anak lebih dekat ke saya, daripada papinya.

Sikap papinya, yang makin tua, makin alay, makin berasa kayak abege, itu, sukses bikin anak-anaknya jadi makin menjauh darinya.
Apalagi untuk si Kakak yang memang selalu kena marah papinya, sementara kelakuan papinya bobrok di depannya.

Jadinya, sayalah yang berperan lebih.
Dengan cara memanfaatkan kedekatan saya dengan anak-anak.
Dan saya lebih mudah menasihati anak-anak, menjelaskan bahwa sikap yang harus ditiru adalah sikap yang baik aja.

Dan tetap mengingatkan ke anak-anak, khususnya si Kakak, untuk selalu wajib menghormati papinya.

Alhamdulillah sih, sejauh ini semuanya masih terkontrol, meskipun jujur kalau ada papinya luar biasa usaha saya untuk bisa membuat anak-anak tetap disiplin sesuai kebiasaan kami bertiga ketika papinya nggak ada.

Anak-anak juga akhirnya mau shalat ke masjid dengan kesadaran diri, meski papinya malah santai main HP. Yang paling menantang adalah, ketika harus berangkat shalat subuh di masjid.
Luar biasa banget membangunkan si Kakak, lalu menungguinya berangkat ke masjid.
Sementara papinya tidur dengan suara ngorok yang bergelagar.

Kalau ditanya, apakah saya nggak khawatir, anak-anak jadi sulit menghargai papinya?
Jawabannya adalah, itu urusan papinya sendiri sih ya.

Saya udah mengambil bagian saya sebagai ibu dengan menasihati anak-anak untuk tetap menghargai papinya, meski kelakuannya bukanlah contoh terbaik.

Jika masih kurang, ya itu urusan papinya.
Toh papinya orang dewasa, dan saya tidak punya kewajiban bertanggung jawab atas sikap anak kepada ayahnya, sementara memang sikap ayahnya bukanlah panutan yang baik.

Tapi, itu adalah bagaimana cara saya mengatasi perbedaan pola asuh, dalam kondisi papinya anak-anak sulit diajak komunikasi yang serius ya.

Alias cara tersebut mungkin hanya sebagai bagaimana saya menyikapi masalah yang besar, sehingga masalahnya nggak terlalu besar.

mengatasi perbedaan pola asuh ayah dan ibu

Namun, ada loh cara yang benar dalam mengatasi perbedaan pola asuh antara ayah dan ibu, yaitu:
 

1. Beragumen di belakang si kecil

Agar anak bisa menghormati pengasuhan ayah dan ibunya, salah satu caranya, jangan berargumen di depan anak.

Misal, pola asuh ayah A, sementara ibu B.
Ketika ayah dan ibu dihadapkan dalam masalah anak secara bersamaan, sebisa mungkin ada yang mengalah sementara, dengan mendahulukan, siapa duluan yang merespon masalah anak.

Jika ayah, ya terpaksa ibu diam dulu, kalau mau protes ke ayah ya usahakan ketika anak tidak melihat atau mendengarkan hal itu.


2. Tetap tunjukan respek ke pasangan di depan anak


Meski berbeda, bahkan kesalnya minta ampun, sebisa mungkin tunjukan respek kepada pasangan kita, terutama di depan anak.
Hal ini penting, karena anak mencontoh parents tentang semua hal. 


3. Ajak pasangan belajar ilmu parenting bersama


Ini adalah solusi terbaik, untuk menyamakan presepsi dalam pengasuhan, mau nggak mau kedua parents harus punya referensi yang sama.

Bahkan ayah dan ibu sama-sama belajar parenting, tapi referensinya beda, ya tetep juga jadi masalah beda pola asuh.


4. Ajak pasangan berkonsultasi ke psikolog bersama


Yang paling mudah sih, ajak pasangan konsultasi ke psikolog bersama, dengan demikian keduanya bisa lebih menyadari, bahwa menyamakan presepsi pengasuhan itu penting adanya.
Sekaligus, bikin hubungan ayah dan ibu jadi lebih kompak.

Penutup

 
Menjadi parents itu memang berat banget.
Bahkan menjadi satu bagian parents aja misalnya.
Kayak saya menjadi seorang ibu yang baik, udah berat banget rasanya.

Apalagi, menjadi tim dalam sebutan parents yang kompak.
Banyak banget parents yang mengalami perbedaan pola asuh dalam mendidik anak.

Kebanyakan sih, ibu zaman now pakai pola pengasuhan yang lebih modern, dan terupdate.
Tapi sayangnya, hanya sedikit ayah yang mau belajar hal itu, sehingga masih banyak ayah yang pakai metode parenting jadul.

Apapun itu, sebijaknyalah kita mengatasinya dengan baik. 


Sidoarjo, 29 Desember 2022

Sumber : opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey

2 comments for "Beda Pola Asuh, Ibu Pakai Parenting Modern, Ayah Pakai Parenting Jadul, Harus Gimana? "

  1. Laki2 umumnya begitu. Keras, cendrung memaksa dalam mendidik anak. Selamat malam, ananda Rey.

    ReplyDelete