Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

9 Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosi Demi Kesehatan Mentalnya

Konten [Tampil]
9 cara mengajarkan anak mengelola emosi

Mengajarkan anak mengelola emosi itu penting sih menurut saya.

Beberapa waktu lalu, terjadi sebuah drama sibling antara si Kakak dan si Adik, di mana ketika maminya sedang sibuk menulis di blog, si Kakak sibuk baca komik, adiknya sibuk main mobil-mobilan dan berbagai benda lainnya sendiri.

Nggak ada hujan dan angin, tiba-tiba...
TUK!
Sebuah bunyi ketukan besar disusul teriakan tertahan dari Kakaknya.

Si Adik dooongggg!
Entah, karena gemes atau memang dia kurang kerjaan dan kesepian, tiba-tiba aja, dia mendaratkan sebuah bidak catur di jidat kakaknya.

Auto benjol dah kakaknya, hahaha.

Karuan aja Kakaknya menjerit, kemudian terlihat ingin membalas Adiknya,\.
Saya shock, tapi berusaha menahan omongan.

Detik berikutnya, saya bersyukur karena ternyata si Kakak nggak membalas Adiknya, tapi dia mengambil bidak catur tersebut dan dengan kalau dilihat dari gerakannya, si Kakak hendak membanting bidak catur itu.

Namun, mungkin dari sudut matanya si Kakak tahu, maminya memperhatikan.
Seketika dia berhenti, memandang maminya dengan mata penuh amarah dan air mata, sambil bertanya,
"Mi, Kakak izin banting ini ya!"
Maminya yang masih shock, antara mau ngakak atau melihatnya miris, cuman mengiyakan,

Dan begitulah...
Si Kakak lalu keluar, dan membanting bidak catur tersebut, bahkan menginjak-nginjaknya. 

************************************

Di lain waktu, kebetulan ada papinya.
Saking Papinya nggak pernah ada buat anak-anaknya, alhasil dia nggak tahu, kalau anak-anak, udah punya jam khusus, buat pegang atau main HP.

Selain itu, mungkin karena kurang bonding-nya si Kakak dengan papinya, yang ada si Kakak memang terkesan cuek banget dengan papinya, jarang mau respon panggilan papinya.

Terlebih, papinya emang kurang bisa berkomunikasi dengan baik, yang terdengar di telinga anak-anaknya hanyalah seorang lelaki dewasa yang super berisik dan cerewet, *sigh.

Dan begitulah, ketika jam main HPnya tiba, saya yang galak, bahkan memang nggak pernah mengganggu kalau anak-anak sedang menikmati jam main HP, karena mereka mendapatkan jam itu dengan susah payah, ada banyak syarat untuk itu.

Karenanya, saya hanya berani mengganggu atau interupsi, jika berhubungan dengan shalat, misal di pagi hari si Kakak belum shalat Dhuha.

Nah, si papinya ini, cerewettt aja mulu, nyuruh ini, nyuruh itu.
Dan si Kakak cuek aja dong.
Sampai akhirnya papinya kesal, dan dia menyita HP tersebut.

Dan reaksi si Kakak, astagaaaaa...

Dia marah banget sodara!
Ngamuk, bahkan membanting mobil-mobilan adiknya yang berada di dekatnya.

Takut terjadi semakin kacau, saya menengahi.
Dan nggak ingin si Kakak tertahan menyalurkan emosinya, saya nggak ikutan marah dan melarang ini itu, dan ternyata diartikan si Kakak dengan boleh membanting apapun.

Astagahhh...  
OMG!
Boleh nggak ya bilang ke Allah, kalau saya menyerah jadi ortu?
Banyak banget sih PR jadi ortu itu, huhuhu.

Terlebih jadi ortu berasa single parents, karena yang satu maunya mendidik anak sesuai caranya, yang mohon maaf jadoel banget. 

Hal ini amat sangat mempengaruhi emosi anak, sehingga jadinya ya kayak si Kakak itu, suka banting barang, atau nahan emosi sampai terengah-engah, huhuhu.


Tentang Emosi Anak


Pusing banget rasanya ya Allah, udahlah tiap hari bingung mikirin biaya hidup, biaya pendidikan anak-anak, rasanya kok berat banget gitu ya Allah.
Tapi ternyata, beratnya masih nambah, untuk urusan emosi anak segala.

apa itu emosi anak

Tapi...
Mereka adalah anak-anak saya.
Kalau bukan saya, siapa lagi yang bakalan peduli kepada mereka?
Apalagi, peduli masalah emosi anak, yang mana hal ini masih lumayan awam untuk parents zaman old, kayak bapakeh itu.

Padahal, emosi pada setiap manusia itu normal, wajar.
Termasuk emosi pada anak.

Pada dasarnya, semua manusia terlahir ke dunia, bakal berkembang dari semua hal.
Mulai dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga emosi.
Kesemuanya akan berlangsung hingga anak dewasa, lalu menjadi karakter yang kuat dalam hidupnya. 

Nah, untuk pembentukan karakternya, semua tidak lepas dari perkembangan emosi anak, yang terus berjalan sesuai dengan apa yang dirasakan anak, di dalam setiap proses hidupnya. 

Perkembangan emosi tersebut, mengacu pada reaksi anak terhadap berbagai perasaan yang dialami setiap hari, dan hal ini membawa pengaruh besar terhadap cara pandang anak dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, tingkah laku, dan menikmati hidup sebagai orang dewasa nanti.

Perkembangan emosi anak juga sangat berkaitan dengan pengalaman anak ketika mengenali perasaan dan emosi yang dialaminya, memahami bagaimana dan mengapa sebuah hal bisa terjadi, juga mengenali perasaan orang lain, serta akhirnya bisa mengembangkannya. 

Dan ketika anak makin bertumbuh, semua proses perkembangan emosi anak juga akan semakin kompleks, di mana semuanya akan sangat keterkaitan dengan pengalaman hidup yang didapatkannya. 

Karena itulah, perkembangan emosi anak itu penting banget, termasuk di dalamnya bagaimana caranya anak bisa mengelola emosinya, karena semuanya akan berkaitan dengan kesehatan mental anak.


Pentingnya Anak Mengelola Emosinya


Lalu, apa sih sebenarnya pentingnya anak bisa mengelola emosinya?
Banyak ya parents, salah satunya mungkin agar anak mampu mengendalikan diri ketika marah, seperti kejadian si Kakak di atas.

manfaat anak bisa mengelola emosinya

Melihat si Kakak yang ketika marah, melampiaskan ke membanting barang, rasanya kok seram juga ya, takutnya besok-besok setiap marah dia ngamuk dan menghancurkan semua barang.

Sebenarnya, saya bisa saja sih meredam kemarahannya, karena setidaknya sampai saat ini, si Kakak itu masih mau mendengarkan mami, selalu takut kalau mami marah.

Beda kalau sama papinya, dia malah makin ngamuk kalau liat papinya marah.
Hadeh.

Tapi, menurut saya, melarang anak marah ketika dia merasa marah itu, adalah sebuah hal yang sangat buruk, karena anak akan terbiasa memendam kemarahannya, dan bisa jadi akan berujung dengan 'meledaknya' di suatu hari nanti.

Dan untuk mencegah hal yang parah tentang emosi anak, maka itulah pentingnya kita harus bisa mengajarkan anak, agar bisa mengelola emosinya dengan baik, yang bertujuan:


1. Agar bisa mengurangi stress anak


Jangan dikira anak-anak nggak bisa stres ya, sangat bisa dong.

Untuk anak-anak, perasaan emosi terutama yang sangat kuat dirasakannya, akan membuat anak kewalahan dan takut.

Karenanya, dengan memvalidasi apa yang mereka rasakan, termasuk perasaan marah atau kesal, akan membuat anak-anak bisa mengembangkan rasa penerimaan akan emosi tersebut

Dan ketika anak bisa menerima perasaan-perasaan mereka, tidak memendam maupun melawannya, anak akan terhindar dari rasa cemas maupun stres.


2. Agar anak dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya dimulai dari mengenali emosi dirinya


Semua orang, termasuk anak-anak sebenarnya bisa mengerti cara menyalurkan perasaan atau emosi mereka dengan baik.
Namun, untuk bisa melakukan hal itu, langkah pertamanya adalah anak harus mampu mengenali emosinya terlebih dahulu.

Dan untuk itu, dibutuhkan peran parents dalam mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak-anak, entah itu berbentuk marah, senang, sedih dan lainnya. 


3. Agar anak bisa belajar menenangkan diri, dan terhindar dari perilaku tidak sehat di kemudian hari


Ketika anak telah mampu mengenali emosi dirinya, maka anak akan dengan mudah mengembangkan
kesadaran diri, dan tahu hal-hal apa saja yang dapat membuat mereka tenang dan nyaman.

Jadi, ketika anak marah, dia tahu harus bagaimana agar emosi marahnya berkurang, tanpa harus melakukan hal yang buruk, atau bahkan dipendam dan menjadi bom di kemudian hari.


4. Agar anak dapat menjadi diri mereka yang terbaik


Memahami emosi yang kuat akan membebaskan seorang anak mengenali emosi dirinya, dan tidak akan hanya mampu mengabaikan dan memendam emosinya.

Padahal, semua perasaan atau emosi yang tidak terluapkan atau tidak terpecahkan, akan terus ada di alam bawah sadar anak, dan akan menggerus energi mental serta kemampuan internal mereka. 
Dan hal ini tentu saja bisa menghambat perkembangan anak-anak.


5. Agar kesehatan emosional anak terjaga


Kesehatan mental dibentuk dari pengelolaan emosi yang baik pada anak, yang akan berperan penting pada kesehatan mental & fisik anak

Jika anak-anak selalu diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya, maka mereka akan jarang merasakan hal-hal negatif akan diri kita sendiri, di mana perasaan negatif ini biasanya akan menjurus pada rasa cemas, depresi serta masalah kesehatan mental lainnya. 

Hal ini yang biasa terjadi pada orang dewasa, di mana ketika perasaan-perasaannya tidak tersalurkan dengan baik, maka akan muncul mendera secara fisik. 

Dan anak-anak juga bisa merasakan hal yang sama loh, seperti sakit kepala, sakit perut, bahkan tekanan darah tinggi.


6. Agar kesehatan emosional terjaga hingga anak dewasa


Menjaga kesehatan emosional itu sebaiknya dimulai sejak dini, agar lebih mudah.
Karena jika dimulai ketika dewasa, yang ada akan lebih sulit dilakukan.


9 Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosinya


Lalu, bagaimana sih cara untuk mengajarkan anak, agar mampu mengelola emosinya? 
Ada beberapa cara yang bisa kita sebagai parents lakukan, yaitu:

Cara mengajarkan anak mengelola emosinya

1. Melatih anak untuk bisa menenangkan diri


Jika reaksi kemarahan anak masih wajar, sebaiknya parents tetap tenang, jangan lakukan apapun, tapi biarkanlah anak untuk beristrahat sekaligus memberikannya waktu untuk menenangkan atau meredakan amarahnya.

Setelah tenang, ajak anak menjauh dari sumber yang membuatnya marah, dan berikan ucapan yang menenangkan.

Akan tetapi, jika anak bereaksi agresif hingga berlebihan, maka sebagai parents sebaiknya segera turun tangan menghentikannya aksinya. 

Ajak anak untuk mau duduk selama 1-2 menit, agar pikirannya bisa lebih dingin dan tenang.
Ajarkan agar anak bisa mengatur nafas dengan baik, setelah tenang barulah parents ajak bicara tentang solusi dari masalah yang membuat anak marah.


2. Mengajak anak diskusi tentang emosi

 
Anak-anak, seharusnya diajarkan tentang berbagai macam emosi, agar mereka bisa mengenali perasaan yang muncul di dalam dirinya.

Dan hal terbaik untuk mengajarinya adalah, dengan mengajaknya berdiskusi ketika emosi itu muncul, tentunya setelah emosi itu sedikit mereda ya.
Bukan semata emosi kemarahan, tapi emosi terharu, bahagia, sedih dan lainnya.


3. Mengajarkan anak untuk bisa mengungkapkan perasaannya secara jujur


Ajarkan anak untuk bisa mengungkapkan perasaannya secara jujur dan terimalah tanpa meremehkannya.
Misal, anak marah.

Validasi perasaannya tentang marah, jelaskan tentang perasaan marah tersebut.
Sehingga anak bisa mengerti tentang perasaannya sendiri, serta membedakan perasaan bahagia, takut, marah, kesal, gugup, dan sebagainya.

Karena anak yang tidak mengenali perasaannya, akan cenderung melampiaskan perasaan tersebut dengan tindakan seperti, berteriak, memukul, menendang dan semacamnya.


4. Memberikan pujian kepada anak, agar anak lebih tenang


Memberikan pujian pada anak juga bisa menjadi salah satu cara mengajarkan anak agar dapat mengelola emosinya. 

Misal, ketika anak marah, kecewa atau semacamnya, pujilah sesuatu hal dari anak yang bisa membuat anak lebih tenang.

Karena kadang emosi anak muncul hanya karena ingin mendapat pujian atau apresiasi dari orang tuanya. 
Akan tetapi, yang harus diingat adalah berikan pujian dalam takaran yang wajar, tanpa berlebihan.


5. Memberikan contoh yang baik kepada anak


Anak adalah pencontoh terhebat, karenanya apa yang parents lakukan ketika marah, akan selalu dicontoh oleh anaknya.

Ini yang menjelaskan mengapa si Kakak marah dan melampiaskan dengan membanting barang, karena dia melihat maminya bahkan papinya melakukan hal yang sama.

Karenanya, sesungguhnya sebelum mengajarkan anak mengelola emosinya, parents juga udah terlebih dahulu belajar dan mencontohkan cara mengelola emosi, khususnya marah, kepada anak dengan baik.

Hal-hal yang buruk seperti, berteriak ketika amarah, membanting barang, sebaiknya hindari, terutama ketika di depan anak.
Contohkan ke anak, bahwa marah itu boleh, tapi dengan santun dan bijak.


6. Memberikan waktu untuk anak agar bisa tenang


Poin ini hampir sama dengan poin nomor 1, di mana cara mengajarkan anak untuk menenangkan diri juga salah satunya dengan memberinya waktu agar bisa menenangkan diri.
Dan ketika hal itu terjadi, hindari menasihati, apalagi mengomeli maupun melabelinya.


7. Dengarkan anak, kurangi nasihat yang tidak tepat waktu


Masih berkaitan dengan poin di atas, ketika anak menenangkan diri, lalu akhirnya anak tenang, parents bisa mencoba menanyakan perasaannya, lalu ketika anak mau bercerita, dengarkan anak dengan seksama, kurangi nasihat,apalagi jika waktunya belum tepat.


8. Punyai sudut atau ruangan tenang untuk anak


Memiliki sebuah ruangan untuk menenangkan diri, atau sebuah sudut di rumah juga bisa, sangat bermanfaat ketika anak butuh untuk menenangkan diri.

Di ruangan atau sudut tersebut, usahakan membuat anak jadi lebih rileks dan nyaman, sehingga anak bisa dengan mudah menenangkan diri.


9. Hindari menuruti keinginan anak demi untuk menghindari keributan


Ini yang paling sering banyak parents lakukan, termasuk saya.
Ketika anak marah, secara nggak sengaja kita mencoba mencari cara agar anak tenang, salah satunya dengan menuruti keinginannya.

Padahal itu salah, biarkan anak tenang meski sumber kekesalannya masih ada.
Setelah anak tenang, barulah apa yang dia inginkan diberikan, tentunya hal ini diberikan setelah anak paham mengapa hal yang membuatnya marah tadi, terjadi. 


Penutup


Manusia, punya cara masing-masing dalam mengelola emosinya, terutama ketika emosi marah melanda. Ada yang melakukan hal-hal yang baik, ada pula yang merugikan orang lain.

Ada yang ketika marah memukul, ketika marah menyalahkan orang lain, ketika marah malah kabur (eh kayak kenal ya orang kek gitu, hahaha).
Bukan hanya anak, orang dewasa juga melakukan hal yang merugikan itu.

Kita tentu nggak ingin kan jika anak kita tumbuh dewasa, dan melakukan ekspresi kemarahan dengan merugikan orang lain, juga dirinya sendiri?

Karenanya itulah pentingnya mengajarkan anak mengelola emosinya sejak dini, agar anak bisa menemukan cara terbaik dalam mengelola emosinya, dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya ataupun orang lain ketika emosi marah, misalnya.

Selain itu, anak yang pandai mengelola emosinya, akan berdampak langsung pada kesehatan mentalnya, dan dibawa hingga dewasa.


Sidoarjo, 21 Desember 2022

#RabuParenting

Sumber: 
  • Opini dan pengalaman pribadi
  • https://www.prenagen.com/id/kenali-perkembangan-emosi-anak-usia-dini diakses 21 Desember 2022
  • https://kumparan.com/kumparanmom/mengajarkan-anak-mengelola-emosi diakses 21 Desember 2022
Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "9 Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosi Demi Kesehatan Mentalnya"