Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengatasi Depresi dengan Pola Pikir

Konten [Tampil]
Mengatasi Depresi dengan Pola Pikir

Parenting By Rey - Kalau dipikir-pikir, semua sumber depresi itu memang bersumber di pola pikir kita sendiri. Tentunya dengan berbagai kondisi yang terbentuk sejak kita masih kecil.

Ini yang saya simpulkan sementara ketika berkali-kali saya merasakan serangan depresi, bahkan sempat berhadapan dengan psikolog, baik berbayar maupun tidak, baik online maupun offline.

Btw, topik tentang depresi ini saya tuliskan, terinspirasi dari tulisan MakPrem di blognya www.ceritaarni.com .

Dari salah satu postingannya di blog tersebut, yang mengulas tentang buku Anger Management, sontak membuat saya membaca sambil mengira-ngira, bahwa semua manusia itu sebenarnya punya sisi depresi, atau setidaknya pernah merasakan depresi.

Seperti MakPrem, panggilan kami kepada blogger asli Bali yang telah menyatu dengan Sulawesi *tsah, hahaha.
Kalau mengenal dirinya sekilas, seolah MakPrem adalah seorang yang tanpa beban, apalagi depresi.
Nyatanya MakPrem juga seseorang yang moody, di mana salah satu sifat yang paling dekat dengan depresi itu, menurut saya adalah moody.


Apa itu Depresi?


Dikutip dari Alodokter, bahwa depresi adalah gangguan suasana hati (mood) seseorang, yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam dan rasa tidak peduli
Semua orang pasti pernah merasa sedih atau murung, namun seseorang bisa dinyatakan mengalami depresi, jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

Bentar-bentar...
Makanya nggak ada yang percaya kalau saya merasa depresi, lah orang saya bisa berubah-ubah dalam waktu dekat.

Saya bahkan merasa diri, kalau punya gejala bipolar, tapi menurut beberapa psikolog yang saya temui, saya sehat-sehat saja, dan nggak mungkin mengidap bipolar.

Saya hanya meyakini aja perkataan psikolog tersebut, dan menganggap bahwa saya bisa berubah-ubah dengan cepat, karena saya tipe orang yang mudah bosan! hahaha.

Bukan hanya terhadap suatu hal saja saya merasa cepat bosan, merasa depresi pun saya bosanan, hahaha.
Makanya, kalau saya udah merasa nggak baik-baik saja, saya selalu doing something, nggak akan diam saja.

Entah itu curhat di facebook, hahaha.
Atau curhat di blog *makanya blognya penuh curhatan terooosss.

Depresi sebenarnya sangat berbahaya, terutama jika dibiarkan berlanjut, dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Karena depresi bisa menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Depresi juga bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, termasuk wanita khususnya ibu-ibu zaman now. Biasanya, depresi pada wanita lebih dikaitkan dengan perubahan hormonal, termasuk menstruasi, kehamilan, setelah kehamilan, atau menopause. 

Sayangnya, sampai saat ini belum ada penelitian yang jelas, untuk memastikan penyebab lebih seringnya depresi terjadi pada wanita atau ibu-ibu.


Mengatasi Depresi dengan Pola Pikir


Berbekal rasa kebosanan saya, yang tidak betah hidup tak nyaman.
I mean, nggak nyaman karena merasa ada yang salah dengan sikap saya, yang suka ngamuk karena nggak sabaran, meledak-ledak, dan membuat anak-anak takut, hiks. 

Saya jadi berusaha keras untuk menemukan kenyamanan di hati.
Salah satunya adalah, dengan mengobati apa yang salah di hati saya.

Sudah bosan rasanya saya menyalahkan orang-orang atas suasana hati saya, apalagi yang saya salahkan justu seringnya, orang-orang terdekat saya.
Pasangan dan anak-anak.

Lalu saya menyadari, kalau mereka hanya pemicu dari apa yang salah di pola pikir saya.
Lalu saya bereaksi berlebihan, dan berlebihannya ke arah negatif pula, ckckckck.

Saya jadi rajin mencari kesembuhan buat perasaan tak nyaman di hati saya.
Mengunjungi psikolog, ikut seminar atau pelatihan tentang mental health baik berbayar maupun yang gratisan.

Membaca kisah-kisah orang yang berjuang dalam depresinya, menonton konten-konten yang membahas tentang depresi.

Lalu sampailah saya pada satu titik kesimpulan awal, kalau ternyata penyembuhannya itu hanya satu.
POLA PIKIR!

Yup, sesederhana itu sebenarnya.
Ibarat depresi itu adalah Banyuwangi, penyembuhannya si pola pikir itu Bali.
Udah keliatan, tapi mau nyampe ke sana ternyata lumayan rempong juga, bahahaha.

Karena antara Banyuwangi dan Bali itu, ada lautan yang penuh dengan berbagai tantangan.
Kalau nekat berenang, bakalan kehabisan nafas di tengah laut, terlebih kalau tanpa latihan.
Tapi, kalau berhasil, nyampe Bali bakalan bersorak gembira.

BALI..Bali..Bali..

*lah, kenapa kita jadi ngomongin Bali ya, abisnya ingat MakPrem sih? hahaha.

Yup, dari berbagai sumber yang pernah saya baca atau lihat, penanganan masalah depresi itu seringkali memerlukan bantuan medis profesional dari psikolog maupun psikiater.
Hal ini tentu saja dikarenakan untuk mengidentifikasi masalah yang sebenarnya terjadi, serta bagaimana penanganan yang sesuai untuk kondisi yang dialami si pengidap depresi. 

Biasanya,  pendekatan penanganan kondisi depresi ini diperlukan perlakuan secara holistik, baik melalui pengobatan juga psikoterapi.

Nah, yang mengenai mengubah pola pikir ini, biasanya erat hubungannya dengan psikoterapi.
Jadi, psikis kita diterapi, agar bisa mengubah pola pikir yang menjadi sumber kekacauan mental kita tersebut.

Misal, saya yang akhir-akhir ini selalu kecewa dengan pasangan yang menurut saya udah berubah, nggak kayak dulu lagi.
Seketika saya merasa sedih kecewa, dan kadang merasa seperti dendam.
Ingin pergi, tapi nggak bisa.
Jadilah saya berkutat di suasana hati yang nggak nyaman.

Padahal ya, mengatasi keadaan hati saya tersebut mudah, cukup ubah aja pola pikir yang cenderung overthinking ke arah negatif itu.
Pasangan (terlihat) berubah, karena memang sekarang kondisinya sedang tak biasa, banyak tekanan yang pasangan rasakan.

Dan sebagaimana saya merasa depresi, bisa jadi pasangan juga depresi.
Lalu, bagaimana mungkin saya hanya menuntut dia mengerti keadaan depresi saya?
Sementara saya nggak mau tahu keadaan mentalnya yang mungkin juga jauh lebih depresi dari saya?.

Cieeehhh, tumben ya si Mamak Rey ini bijak banget, hahaha.

Mengatasi Depresi dengan Pola Pikir

Lalu, bagaimana sih caranya mengatasi depresi dengan mengubah pola pikir tersebut?
Setidaknya, hingga saat ini, ada beberapa hal yang masih terus saya lakukan, dengan harapan saya bisa mencapai ketenangan hati yang saya impikan, dan tentunya bisa sehat dalam manajemen emosi saya.


1. Terus mengisi waktu dengan hal-hal yang positif


Menyibukan diri dalam berbagai kegiatan positif sangat ampuh buat saya, meskipun kali ini lebih berbeda dari tahun lalu, karena saya lebih memikirkan kesehatan fisik juga.
Jadi, sibuk sih sibuk, tapi saat saya sudah merasa nggak sanggup, saya membiarkan diri saya untuk istrahat, bukannya bikin kopi bergelas-gelas seperti tahun lalu, biar nggak ngantuk, hahaha.

Banyak teman yang penasaran dengan keadaan saya, karena di bulan kemaren saya curhat tentang keadaan saya yang sangat penuh drama di facebook.

Tapi, hanya berselang beberapa waktu, saya udah semacam melupakan kejadian itu, sudah balik jadi si mamak Rey yang ceria.
Yang aktif di banyak hal, bahkan teramat aktif, sampai blog saya jadi keteteran, hahaha.

Beberapa teman bertanya, kok bisa sih mengaku depresi, tapi cepat banget sembuhnya, hahaha.
I told you, saya kadang penasaran apakah saya kena bipolar?
Tapi saya meyakinkan diri, kalau saya nggak bipolar, saya hanya nggak suka hidup nggak nyaman, bosan bertahan pada masalah yang itu-itu saja, makanya kalau saya kegenjet masalah sampai depresi, saya nggak bakal diam, tapi saya bakal lompat yang tinggi, biar bebas dari rasa nggak nyaman itu.

Yup, syukurlah semua kesibukan saya di bulan ini, meski cuannya jarang, tapi rezeki dalam bentuk lainnya menghampiri saya selalu, salah satunya lebih tenang dan sabarnya saya, meski masih bocor-bocor juga sesekali, hahaha.


2. Berlatih memerangi pikiran negatif, dan menggantinya dengan pikiran positif 


Saya mulai menemukan jawaban dari suasana hati saya yang seringnya jadi memburuk banget.
Tiada lain dan tiada bukan karena dipicu oleh pasangan, dan diperparah oleh sikap anak-anak.

Ya gimana dong ya, pasangan yang dulunya selalu peduli ama saya, nggak pernah lupa hubungi saya, tanya keadaan kami.
Yang pas kalau saya bilang, kalau nggak enak badan aja, udah deh dia bakalan secepatnya datang, meski harus menanggung resiko dimarahin bosnya, hahaha.

Sekarang lebih berubah, memilih kerjaannya.
Pikiran-pikiran negatif berputar di kepala saya, kalau pasangan sepertinya punya wanita lain, dan sebagainya.

Ditambah lagi, anak-anak saya yang keduanya laki, berlarian dan screaming everytime itu adalah hal yang biasa buat mereka.

Itu tuh rasanya, bikin saya ingin berteriak yang kencang.
Eh bukan ingin sih, kadang udah teriak kok, hahaha.
Thanks to tetangga baik hati yang sabar mendengar keberisikan kami.

Saya bosan selalu berada di kondisi seperti itu, sampai saya membaca banyak pengalaman teman-teman, bahwa untuk menemukan solusi kebahagiaan, tak ada jalan lain selain tidak memberi ruang kepada pikiran kita untuk selalu berpikir yang negatif.

Pikirin aja yang baik-baik, pikirin kebaikan pasangan, kelucuan anak-anak.
Terus aja berlatih mengendalikan pikiran, ketika pikiran negatif itu datang, tepis saja dengan semua afirmasi positif.

Hasilnya, Alhamdulillah beberapa waktu belakangan ini, kondisi saya lebih tenang.
Terlebih, sekali lagi saya katakan, how lucky i am memiliki buanyaaaakkk banget teman yang peduli.

Dukungan teman-teman itu luar biasa menguatkan saya untuk bangkit dan memupuk pola pikir positif.


3. Mulai menulis diary


Saya akui, menulis memang adalah jalan terbaik untuk self healing akan mental health.
Selama ini, curhat di facebook itu, beneran ampuh loh bikin saya bertahan.

Tapi memang untuk hal itu, tidak semua hal bisa saya tuliskan, karena bahkan udah saya pilah pilih sebaik mungkin, masih juga terbaca norak bagi sebagian orang.
Untungnya sih, nggak ada yang sampai komentar buruk.
I told you, how lucky i am, Alhamdulillah.

Ketambahan menulis di blog juga, itu lebih bisa menyalurkan uneg-uneg saya.
Tapi tetep aja, masih sulit untuk mengeluarkan semuanya.

Lalu, akhir-akhir ini saya menemukan sebuah aplikasi diary di google play.
Saya download, dan sempatkan mengisinya setiap hari.

Karena bisa dikunci, jadi saya bebas menulis seeesuka saya.
Sebenar-benarnya isi hati saya.
Saya coba urai, apa sih masalah saya, apa yang saya rasakan.

Setelah beberapa hari, saya baca kembali semua tulisan tersebut.
Ajaib, saya jadi menemukan jawaban tepat seperti judul tulisan ini.
Semuanya hanya karena pola pikir, di mana saya membiarkan pola pikir negatif menang terhadap saya.

Ketambahan saya mengikuti beberapa pelatihan terapi mental illness, menyempatkan waktu untuk membaca dan mendengar video tentang mental illness, salah satunya tentang inner child.

Jadilah, semaki menguat saya mengatakan pada diri sendiri, agar saya jangan mau dikalahkan oleh pola pikir over thinking yang sebenarnya cuman pikiran semata. 

So, betapa hebatnya efek dari nulis diary tersebut, dan benar kata banyak orang, kalau pengen tahu apa yang salah dari sebuah masalah, ya CATAT!
Biar bisa dipilah pilih, diurai, sebenarnya masalahnya apa sih?


4. Mengenal dan mengatasi pemicunya


Mengenali pemicu dari rasa depresi itu penting banget menurut saya, karenanya dari menulis diary itu juga bisa kita ketahui apa pemicunya.

Seperti saya, setiap kali saya nggak bisa tahan emosi tuh, saat saya lapar dan ngantuk.
Kalau udah gitu, si kakak bermuka manyun dikit aja, udah sukses membuat saya kayak singa kelaparan, hahaha. 

So, no more ngantuk malah bikin kopi.
Sekarang, ngantuk ya bobok, biar kata kadang pas bangun saya kaget, takut ada ketinggalan tugas saya di WAG, hahaha.
Tapi dengan keadaan tubuh saya fit, ternyata jauh lebih mudah mengendalikan emosi buruk serta pola pikir yang negatif.


Demikianlah, bagaimana cara saya akhir-akhir ini belajar mengatasi depresi yang saya rasakan dengan mengendalikan pola pikir.
Alhamdulillah, Allah kasih saya sifat bosanan, nggak sabaran.
Yang mana bermanfaat banget buat melompat jika kegenjet masalah.

Itulah mengapa, banyak yang heran, si Rey kok udah kembali ceria, bukannya bulan lalu kondisinya amat sangat memilukan *tsah!

Semoga bermanfaat.
Dan thanks to MakPrem, atas tulisan kecenya yang menghadirkan ide menulis saya kali ini.


Sidoarjo, 18 Maret 2021

#KamisSehat

Sumber: 
  • Pengalaman dan opini pribadi  
  • alodokter.com
Gambar: Canva edit by Rey

39 comments for "Mengatasi Depresi dengan Pola Pikir"

  1. Semoga makin tenang sekarang ya mbak.
    Iya lho, terkadang pikiran negatif perempuan itu bisa berkembang ke mana-mana. Ada pemicu sedikit aja, maka kenangan bertahun-tahun lalu bisa muncul lagi. Misal nih, saya jengkel karena suami lupa beliin pesanan saya saat pulang kerja, martabak manis. Saat jengkel itu maka saya akan langsung ingat kelupaan suami yang lainnya yang pernah terjadi. Padahal kejadiannya udah lama. Lupa mampir apotik beli vitamin, lupa beliin isolasi dan lain-lain.

    Terus mengafirmasi diri dengan pikiran dan hal positif, insyaallah bisa mengusir pikiran-pikiran negatif itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, jadi beruntun ya yang keingat, entah mengapa wanita pengingat sejati.

      Meskipun sebenarnya pria juga sama, hanya saja beda caranya mengingat dan melampiaskan :)

      Delete
  2. Terima kasih banyak informasinya mbak..

    Secara teori emang mudah ketika kita bilang "ubah pikiran negatif jadi positip". Tapi pada pelaksanaannya susah kaliii.. perlu pengalaman dan jam terbang juga biar "auto-positif" tiap menghadai depresi..

    Kalau saya, ketika agak setress, saya bawa tidur mbak.. setelah bangun, biasanya pikiran agak jernih dan bisa secara sadar untuk "tetap positif" walaupun belum "auto"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi betul banget, auto itu akan sulit, tapi bisa dengan membiasakan secara konsisten :)

      Delete
  3. Depresi dan penjelasannya cukup jelas dan mudah dijumpai apalagi masa pandemi.

    ReplyDelete
  4. saya pernah baca ini:
    Dunia ini dipenuhi orang yang tidak akan berubah
    tidak perlu melawan
    tidak perlu membuat mereka mengerti
    teruslah melintas, di jalan yang kamu lewati

    Karena banyak orang depresi gara gara omongan orang lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah bener Mba, daripada sibuk menunggu orang berubah, mending kita mengubah pola pikir :)

      Delete

  5. Anyway..... Alhamdulillah wa syukurilaaahh, Hanya ALLAH yg memberikan hidayah dan membolak/i-kan hati kita semua ya Mba.
    Semogaaaa selalu sehaaattt jiwa raga ya, untuk kita semua.

    Memang, kondisi jaman sekarang serba nggak ideal dan tdk nyaman.
    Yg biasa sabar dan positive thinking aja terkadang diserang anxiety attack mengarah depresi kok :D

    Bismillah, semoga ALLAH lindungi kita selalu ya

    ReplyDelete
  6. Depresi memang nyata adanya, dan itu berbeda dengan stres. Tapi sebagian orang menganggap depresi itu mengada-ada, cengeng, bahkan nggak beriman.

    ReplyDelete
  7. depresi itu ada dan harus segera diatai ya mbak
    alhamdulillah klo mbak Rey sudah menemukan cara yg baik untuk mengatasi depresinya
    tetap semangat ya mbak, semoga selalu diberi kemudahan

    ReplyDelete
  8. enar mbak, semua tergantung cara berfikir kita ya mbak. Karena bahagia itu pilihan. Dan kitalah yang memilih untuk bahagia atau larut dalam kekecewaa.

    Saya kalau udah mulai pusing misalnya memikirkan suatu kerjaan atau hal yang nggak sesuai dengan keinginan saya, langusng ngomoel-ngomel.
    Kabarnya, ngomel ini juga bisa jadi penyembuh depresi xixixixi..
    Tapi kata ayah saya " Iya, yang ngomel bisa ilang stressnya, tapi yang dengerin omelan yang jadi stress" .. Hahahahaha...

    Aku Jawab: "Kan berpasangan itu bukan cuma berbagi kebahagiaan... tapi omelan juga bagi-bagi" hihihihi.. (yg ini tak patut diikuti yaa)

    Btw, Alhamdulillah sekarang udah mulai menemukan obat mengatasi depresi ya mbak.
    Wish you and your family always happy.
    Karena semua pasangan pasti mengalami masa-masa panas dingin. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha, berbagi stres 😅

      Betul Mba, sebijaknya dihadapi dengan jalan yang baik, jangan malah menambah masalah dengan membuat orang juga ikutan stres 😅

      Delete
  9. Eh ngantuk dan laper, itu buatku selalu jd trigger utk berubah menjadi singa mengaum Rey hahahaha . Makanya yaaa, orang2 yg kerjaannya marah, demo Mulu, itu sebagian besar pasti Krn masalah perut. Coba kalo perutnya kenyang, kecil kemungkinan utk ikutan hal2 begitu.

    Iya sih, itu semua Krn pola pikir. Pola pikir positif, bikin mood kita pasti membaik seharian. Coba kalo dr pagi udah mikir jelek, negatif Mulu, seharian ga bakal bener yg dikerjain. Masalahnya kdg susah utk bisa berfikir positif trus2an hahahaha.

    Skr ini yaaa, tiap aku bad mood, aku LG seneng main puzzle 1000 kepingku Rey. Gara2 keracunan mba Eno nulis puzzle wkt itu :p. Aku jd beli puzzle 1000 keping, dan skr aku lagi fokus nyeleseinnya. Lumayan ampuuuh banget utk mengalihkan pikiran dr hal2 negatif. Karena saat mengerjakan itu, aku jd super fokus dan ga teralihkan utk hal2 yg bikin bad mood :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaahh, saya kalau puzzle kayaknya nyerah Mba, bisa-bisa makin stres hahaha.

      Nah iyaaa, mengenal pemicunya dan mencari cara mengatasinya :)

      Delete
  10. Huhu, meski gak sampai depresi, aku sering nih ngerasain stres yang berlarut-larut. Malah sejak awal tahun ini. Sampe-sampe aku ngerasa kayak anak remaja yang labil gitu. Kudu nerapin tipsnya nih. Aku izin save ya gambar ilustrasinya. Supaya bisa aku inget terus. Terima kasih sudah sharing. :)

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah aku jujur sukak banget Mami Rey sudah bisa menulis begini, semoga seterusnya bisa lebih baik ya... Mami rey hebat... Pasti bisa menyeberangi Bali. kalau nggak bisa nyebrang naik pesawat dong wkwkwk...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wakakakaka, repot ama sih ya, ngapain berenang, naik pesawat aja Napa 😅🤣

      Delete
  12. Manusia itu makhluk yg baharu Mbak Rey, jd ndak apa2 kl kita bulan lalu depresi, misalnya, trus bulan ini udah ceria lg. Justru menandakan kita tuh ada ikhtiar keluar dr permasalahan. Semangat Mbasay... We love u 😘

    ReplyDelete
  13. Memang penting ya mengenali diri sendiri. Apa saja yang membuat down, apa saja yang mebuat sedih, dan apa yang biasa dikerjakan untuk meringankan perasan stress atau tertekan. Semua harus ditandai, agar jika akan muncul gejala, kita tahu polanya. Dan tahu harus bagaimana. Susah? Jelaas..maka di situlah pentingnya kita mecari bantuan termasuk dari ahli jika diperlukan.

    ReplyDelete
  14. Siswiyanti Sugi
    March 29, 2021 at 7:27 AM
    Sepakat dengan semua tipsnya, Mak. Semua balik lagi ke pola pikir. Sakit yg kita alami sebenernya juga dari cara kita mikirin shatu masalah. Karena itu perlu berbagi utk dapat perspektif berbeda, minimal dari mereka yg ada di 'luar pagar'. BTW, saya kadang ngalami overthinking juga. Dan sebelum berlarut2, biasanya saya curhat dengan suami atau sahabat2 tepercaya. Kalo ternyata yg dipikirin itu ga bisa dibagi, saya tulis di diary. It works.

    ReplyDelete
    Replies

    Reyne Raea / Rey
    April 8, 2021 at 2:39 AM
    Nah, betul banget tuh Mba, menulis amat sangat membantu.
    Kalau saya, lebih suka menulis ketimbang curhat langsung ke orang.
    Karena saya tidak suka di korek-korek lebih mendalam, kecuali kepada orang yang benar-benar saya merasa nyaman untuk berbagi. Makanya saya lebih suka menulis Dan saya bersyukur banget banyak teman-teman yang memberikan tanggapan dari opininya masing-masing kepada saya melalui kolom komentar. Dan saya merasa dapat pemikiran baru dari komentar-komentar tersebut

    ReplyDelete
  15. Nomor 2 kalau lagi capek susyahnya minta amploppp.. hahah.. bukannya mengalihkan ke berpikir positif, malah kenapa saya terus yang harus mengalah jadinya yang muncul. Wkwk

    ReplyDelete
  16. Setuju dengan menulis diary itu bisa menjadi salah satu penghilang stres. Ini sering saya lakukan dulu saat belum menikah. Jadi kepikiran pengen menerapkan kebiasaan ini lagi deh, kebetulan ada diary kosong di rumah, hadiah lomba saat awal-awal ngeblog dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaahh saya kalau nulis tangan malasnya luar biasa, padahal penting ya, biar nggak lupa cara menulis hahaha

      Delete
  17. yaampuuun Kak Rey, dirimu betul-betul orang yang strooongg, sumpaaah.
    meski bilangnya depresi tapi tidak kelihatan kok, lah bisa jalani hidup (kelihatannya) se happy itu.

    menulis itu memang bisa release stress sekali yessss, bisa jadi self healing juga tentunya, jadiii jangan pernah berhenti menulis ya Kak, tulisan curhat dirimu sekalipun bisa jadi buat orang lain kecipratan rasa bahagianya kok, asliii.

    btw, kalau Mamak Rey jadi singa gimaana ya? :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eaaaakk, bisa aja dirimu say, tengkiu yaaa selalu menampung curcol gajeku juga hahahaha

      Delete
  18. Suka sekali kalimat ta yg ini kak "kalau saya kegenjet masalah sampai depresi, saya nggak bakal diam, tapi saya bakal lompat yang tinggi, biar bebas dari rasa nggak nyaman itu"

    Jarang orang bisa ambil sikap seperti itu. Yang ada biasanya orang kalau depresi langsung down. Pasti yang begitu hasil latihan di kak? Awal-awal mungkin down juga. Tapi krna dirasa-rasa malah merugikan diri sendiri, jadi rubah haluan mi.

    Salam positive thinking.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. HIhihi iya say, semua ada jalannya hingga sampai ke pemikiran seperti itu.
      Alhamdulillah diperkenalkan dengan dunia tulis menulis yang benar-benar membantu banget buat saya.

      Delete
  19. Hahaha jangan percaya klo lihat aku seolah selalu happy. Percayalah, itu pencitraan. Aku hanya jarang mengabarkan kesedihan di medsos. Padahal aslinya, ya up and down juga suasana hati ini

    Tapi memang, semua kesedihan dan kegundahan itu hadir karena kita membuka pintu hati dan membiarkannya masuk. Gpp, sesekali bersedih sah-sah aja kok

    Bersedih seperlunya
    Bahagia secukupnya
    Beesyukur sebanyak-banyaknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya ya, banyakin ke syukur aja, biar makin dikasih bahagia yang sesungguhnya :D

      Delete
  20. Wah menarik, tips yang menulis diary sepertinya harus aq ikutin juga mba :)

    ReplyDelete