Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sebelum Punya Anak, Pahami Berbagai Hal Ini, Agar Nggak Shock Setelahnya

Konten [Tampil]

sebelum-punya-anak

Sebelum punya anak, semestinya banyak hal penting, yang harus dipahami, mengerti sepenuhnya, oleh pasangan suami istri. Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya ibu depresi, dan berujung pada kegagalan rumah tangga.

Btw, tema ini saya pikirkan penting untuk dibahas, setelah viralnya masalah awet muda karena childfree yang di opinikan oleh Gitasav.

Saya merasa, banyak hal-hal positif yang sebenarnya bisa diambil, dari viral kasus awet muda tersebut. Dan ini sangat penting, karena kalau melihat kebanyakan aksi protes. Sepertinya memang beberapa ibu merasa tersinggung dengan tulisan Gitasav, karena itu benar adanya.

Sayangnya, mengeluhkan lelah mengurus anak itu memang masih tabu banget ya. Dan saya juga agak heran, ketika banyak wanita-wanita yang paham akan kesehatan mental, dan mengajarkan bahwa.

Salah satu cara berdamai dengan beban mental, khususnya perasaan tidak bahagia dari memiliki anak, karena lelah itu. Dengan cara mengakui, lalu belajar menerima sehingga tercipta rasa syukur.

Setidaknya, begitulah yang selama ini saya lakukan, dalam proses keluar mandiri dari perasaan stres bahkan merasa depresi. Karena anak.

Iya, saya tahu, punya anak memang cuman pemicunya, ada masalah lain di dalam diri saya, maupun ibu lainnya.

Tapi, lelah mengurus anak itu emang nyata. Dan nggak akan pernah bisa terasa ringan, kalau kita tidak bisa bersyukur.

MASALAH BESARNYA ADALAH, EMANG GAMPANG BERSYUKUR? SYUSYAAAAHHH BEIBEH!

Pret lah orang yang suka menasihati orang lain buat bersyukur, buat saya orang bersyukur itu menerima keadaannya dan keadaan orang lain.

Kalau dia udah menerima keadaan orang lain, dia pasti paham bagaimana jatuh bangunnya proses menuju rasa syukur yang mindfulness.  

Alias, orang yang selalu bersyukur dalam hidupnya, nggak bakal menasihati orang lain untuk bersyukur, dengan cara yang terlalu frontal, seolah memaksa.

Ah, ini jadi bahas apaan sih? back to topic deh, hehehe.

Jadi gitu ya, menurut saya, kasus viralnya si Gitasav, di mana katanya awet muda karena childfree. Dan menurut saya itu bener adanya, biar kata nggak sepenuhnya, anak yang bikin ibunya cepat tua.

Ah tapi emang anak-anak itu bikin mood ibunya berasa roller coaster nggak sih? Sebentar kesal sampai mau jadi singa, sebentar kemudian ngakak dengan tingkah pola lugu yang gemesin.

Punya bayi juga gitu, coba deh liat bayi yang unyu, gemoy, gemesin. Duh rasanya pengen dicipok basah mulu dah dedek bayinya.

Tapi percayalah, dibalik imut gemoy wajah dan bentukan bayi itu, tersimpan kelakuannya yang bikin orang tua, khususnya ibunya, hampir gila, hahaha.

Karenanya, saya ingin mengajak para pasangan muda, bahkan para wanita khususnya ya. Karena punya anak di zaman sekarang itu, banyakan keterlibatan ibu ketimbang ayah.

Yang hamil, yang badannya berubah, yang perutnya gatal ketika hamil, digaruk terus strechmark. Dan percayalah, menghilangkan strechmark itu susaahhh beibeh!. Kecuali punya kulit yang melar kek si Rey, hahaha.

Yang mabok karena mual, yang payudaranya jadi turun karena menyusui, yang ketek dan berbagai lipatan lainnya akan menghitam karena hormon. Dan lain sebagainya. 

Jadi, menurut saya, Gitasav ya nggak salah memilih childfree. Dan menurut saya, pilihan childfree itu juga adalah hak semua wanita. Orang, yang hamil dan melahirkan kan wanita.

Dan kalaupun, pilihan childfree memang terlalu tabu dan sulit dilakukan oleh wanita. Iya loh, percaya deh hanya sedikit wanita yang tidak diberi anugerah menginginkan anak kayak Gitasav loh.

Karena semua wanita itu, Allah karuniakan hati yang mencintai anak, melebihi cinta ayah terhadap anaknya.

Para wanita khususnya harus paham dulu, seperti apa kenyataan menjadi ibu itu. Termasuk para ayah juga, atau para suami. Bahwa: 


1. Kenyataan Memiliki Anak Sesuai Kondisi

Jangan terlalu terpesona dengan apa yang ditampilkan di medsos brosis! Kebanyakan yang ditampilkan itu, cuman enak-enaknya doang.

sebelum-punya-anak

Dan kalaupun ada yang enaknya beneran, antara yang tampil di medsos dengan kita, mungkin terpisah oleh perbedaan kondisi.

Jadi, kenali kondisi keluarga kecil dulu, terutama dalam segi materi atau ekonomi. Ini amat sangat penting, karena:


Anak butuh biaya yang tidak sedikit

Setiap anak membawa rezekinya masing-masing, begitu banyak orang mengatakan. Tapi rezeki anak itu, nggak mereka bawa digenggaman mereka ketika lahir.

Nggak ada tuh anak lahir, pas keluar dari dalam perut, pegang ATM dengan saldo milyaran, hahaha. Kenyataannya, ortunya wajib bekerja keras menjemput rezeki anak.

Jadi pret lah kalau ada yang sebelumnya cari duit dengan kecepatan 1km/jam, udah bisa menafkahi istrinya. Pas punya anak, dia tetap bekerja dengan kecepatan tersebut? Siap-siap aja kegenjet kebutuhan hidup.

Baca juga: Konsep Banyak Anak Banyak Rezeki Itu, Kayak Gini!

Karena anak itu butuh duit yang nggak sedikit. Dari dalam perut aja, udah siap memberikan semangat buat ayah ibunya cari duit (ayah saja sih sebenarnya, karena ibu mungkin terkendala mencari duit setelah hamil dan punya anak).

Bayi dalam kandungan, butuh uang untuk ibunya konsumsi vitamin, eh bahkan buat tahu si bayi udah nongol di perut aja, butuh duit.

Beli testpack buat tes kehamilan, bayar biaya kontrol dokter atau bidan setiap bulannya, beli vitamin biar ibu dan janin sehat, zaman sekarang banyak penyakit dan kelainan aneh-aneh, jadi nggak bisa hamil kayak ibu zaman dulu, nggak butuh asupan vitamin.

Pas mau lahir? butuh biaya juga. Kalau ada masalah harus sesar, dan itu nggak murah. Ada BPJS pun harus siapin kemungkinan ada tambahan biaya.

Setelah lahir? butuh perlengkapan bayi, butuh biaya kesehatan, btw bagi yang belum ngeh saya kasih tahu ya. Merawat baby newborn itu nggak mudah!

Baca juga: Pengalaman Merawat Bayi Newborn

Ada begitu banyak masalah yang harus dihadapi, termasuk masalah kesehatan si baby. Bahkan nih ya, masalah pup bayi dan warna pup nya aja, butuh diperhatikan wakakakaka.

Belum biaya imunisasi, mau nggak imunisasi? ya siap-siap aja shock kalau anak kena penyakit aneh-aneh. Dan kalau anak sakit? itu uang semua dong!

Mau imunisasi dan anak rentan terhadap demam? mau nggak mau imunisasi di dokter anak, biasanya efek sampingnya ringan untuk bayi, palingan bapaknya pening, karena isi rekening terkuras, wakakakak.

Lalu, masuk MPASI, masuk GTM, masuk nutrisi yang wajib dipenuhi agar anak nggak stunting dan lainnya.

Sampai akhirnya, masuk ke kehidupan yang lebih nyata.

SEKOLAH ANAK!

Wuihhhh ini paling bikin nangis sih ya. Seriously! biaya pendidikan itu mahaaallll huhuhu. Bahkan mau nyekolahin anak di sekolah negeri yang katanya gratis itu? nggak sepenuhnya gratis tauk!

Intinya, anak itu, amat sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan percayalah, saya paham kalau ada yang meremehkan hal ini. Karena saya dulunya demikian, amat yakin dan berpegang teguh kalau anak pasti ada rezekinya.

Sampai akhirnya punya anak 2, dan jadi depresi mikirin semuanya, terutama masalah uang, wakakakaka.

So, pahami wahai para pasangan muda, punya anak itu, butuh uang yang nggak sedikit.

  

Anak akan menyedot semua waktu orang tua, khususnya ibu

Punya anak masih bisa mengejar impian, bisa banget. Tapi dengan catatan mengorbankan anak, hehehe. I know ini memang terbaca terlalu saklek sih ya, tapi percayalah... Tidak ada teori pengasuhan terbaik yang mengatakan anak akan tetap tumbuh dengan baik, jika ibunya sibuk.

Semua teori parenting mengharuskan bonding ibu dan anak. Meskipun ayah juga harus banget ya. Tapi setidaknya ibu, karena akan lebih baik kalau ayah yang cari uang di luar, ibu yang sama anak di rumah. (ini pola pikir saya berdasarkan hukum Islam ya, bukan untuk diperdebatkan).

Baca juga: Kondisi Single Fighter Mom dan Mencintai 'Patriarkis'

Dan kalau ekonomi keluarga bagus banget sih masih mending ya. Jadi, ibu di rumah pun, masih bisa istrahat, atau setidaknya cuman fokus sama anak. Nggak di-suit-in panci dan piring kotor dan semua pekerjaan rumah yang menyita waktu itu, hahaha.

Kenyataannya, anak sejak terlahir di dunia ini, sudah mengajarkan pada parents-nya, bahwa anak bakal merebut semua waktu parents.

Mulai dari sejak dia lahir, dan sukses bikin ibunya nggak bisa tidur oleh suara tangisannya yang nggak pernah kenal waktu.

Oh jangan lihat si Nikita Willy yang ngajarin anaknya waktu tidur ye, fokus ke kondisi masing-masing aja. Di mana, kita semua pasti sadar kan, kalau ekonomi mostly orang Indonesia itu middle to lower

Yang jelas, sejak lahir, anak akan merebut semua waktu parents, terutama ibu, karena ayah nggak bisa menyusui. Bisa sih asal ada duit lebih, beli pompa ASI, dan frezer serta kantung ASI buat stock ASI.

Kenyataannya, saya sendiri nggak pernah pakai pompa-pompaan, karena sayang aja duitnya dipake buat beli kantung ASI, pompa dll. Dan saya yakin ekonomi saya juga banyak yang menyamai, khususnya di Indonesia.

Menyusui anak tanpa kenal waktu, urusin ganti popok, apalagi kalau anak punya masalah pencernaan kayak si Adik dulu, yang sehari pup sampai up to 10.

Baca juga: Bayi Sering BAB hingga 10 Kali Dalam Sehari

Lalu masuk MPASI, urusin segala macam kebutuhan nutrisi anak, harus seimbang antara protein, vitamin dan lainnya.

Belum lagi kalau anak sakit, demam yang bikin banyak parents khawatir, takut anak panas tinggi dan kejang. Dan lain segalanya yang bikin waktu ibu tercurah sepenuhnya ke anak.

Anak masuk sekolah? sudah lebih ringan? kata siapa?

Pendidikan anak zaman now, beda dengan pendidikan dulu. Kegiatan anak banyak banget, dan rata-rata melibatkan parents-nya

Intinya, anak akan mengubah hidup parents, khususnya ibu, karena waktunya lebih banyak habis buat anaknya.


Anak butuh ibu yang bahagia

Anak-anak, nggak akan peduli apa yang ibunya alami dan hadapi, they just need happy mom, yang bisa nemanin mereka setiap saat.

Masalahnya kan, untuk bahagia itu, nggak semudah bilang dan menuliskan, aku bahagia. Yang anak butuhkan adalah ibu bahagia dalam implementasi mengasuh mereka.

Jadi, anak-anak nggak akan peduli, duit nggak ada atau kesulitan uang, suami berubah atau selingkuh. Mereka hanay butuh ibu yang happy, dan bahagia menemani mereka bermain.

Jadi, pastikan bahagia adalah jalan hidup sebelum akhirnya punya anak. 


2. Sesuaikan Visi dan Misi Tentang Punya Anak dengan Suami

Di poin nomor 1 di atas, hal penting yang harus dipahami calon parents adalah, tentang diri sendiri, baik ibu maupun ayah. Selanjutnya adalah.. tentang kerja sama suami istri atau ayah dan ibu.

sebelum-punya-anak

Pastikan, visi dan misi istri maupun suami itu, sama dalam memiliki anak. 

  • Apa tujuan punya anak? 
  • Bagaimana sistem mengasuh anak?
  • Bagaimana metode pengasuhan yang harus diberlakukan?
  • Apa harapan tentang anak?
  • Dan lain sebagainya.

Pastikan semua itu sudah dipahami, dimengerti, serta disetujui bersama, sebelum punya anak. Jangan setelah punya anak, baru shock dengan harapan berbeda tentang anak dari ayah dan ibu.


3. Niatkan Untuk Allah

Punya anak itu, sama dengan menikah. Bentuknya ibadah.

Dan you know lah yaw... mana ada ibadah yang mudah. Semua syusyaaaahhhh!

sebelum-punya-anak

Karenanya, setelah memahami semua resiko yang bakal dihadapi ketika punya anak, jangan lupakan untuk berniat punya anak, karena Allah.

Punya anak dengan mindfulness karena kita adalah orang pilihan, diberi amanah super luar biasa oleh Allah langsung. Untuk mengandung, melahirkan dan mengasuh titipannya.

Bayangin, TITIPAN ALLAH!

Kita nitip sesuatu yang berharga di bank, pastinya bakal milih bank yang terbaik kan? Nah ini Allah loh. Allah, yang ciptakan kita.

Nitip milik-Nya, ke kita.

Can you imagine hal itu? Bisa bayangkan betapa hebatnya kita di mata Allah, makanya diberi kepercayaan besar mengasuh titipan-Nya?

Karenanya, libatkan selalu Tuhan, dalam mengasuh anak. Maka semua kenyataan yang harus di hadapi di atas. Insya Allah akan terasa lebih ringan dan bahagia selalu yang menyelimuti kita.

  

Kesimpulan dan Penutup

Maksud tulisan ini, mungkin terbaca seperti kampanye childfree. Padahal enggak ya!

Saya, penganut ajaran Allah. Dan Allah sudah mengatur hamba-Nya hidup di dunia ini. Kita lahir, tumbuh dewasa, untuk kemudian harus menikah dan harus punya anak.

Karena untuk itulah kita ada di dunia ini. Dan itu adalah pola pikir saya, bukan untuk diperdebatkan.

Namun, saya juga sangat menghargai pilihan orang lain. Apapun itu, selama tidak merugikan saya, apalagi yang memilih adalah orang dewasa.

Saya yakin dia udah tahu mana yang benar dan salah, dan dia bertanggung jawab atas pilihannya.

Meskipun, saya juga tetap membuka pikiran atas apa yang (mungkin) dijadikan alasan seseorang yang memilih childfree.

Salah satunya ketika dia nggak berani nerima kerepotan mengasuh anak misalnya. Ya memang iya sih. Itu nyata. Punya anak itu emang beneran repot. 

Makanya, niatkan karena Allah, dan ingatlah tidak ada hasil besar untuk hidup yang mudah. Kita hidup di dunia, capek banget mengurus anak, belajar ikhlas menerima anak. Masa iya, hadiah yang Allah kasih, sama besarnya dengan orang yang lebih santai? iya nggak?

Demikianlah.  

Sidoarjo, 10 Februari 2023

#FridayMarriage

Sumber: Opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikianlah artikel tentang hal-hal penting yang wajib dipahami oleh suami maupun istri, sebelum memutuskan punya anak. Semoga menginspirasi.

6 comments for "Sebelum Punya Anak, Pahami Berbagai Hal Ini, Agar Nggak Shock Setelahnya"

  1. Setuju sekali bahwa pasutri yg ingin mempunyai anak harus sudah siap2 jauh sebelumnya. Tahu segala hal konsekuensinya baik dalam artian positif maupun negatif dan juga siap lahir batin menerima dan menjalani konsekuensi itu. Trims mba, tulisan ini mencerahkan...

    ReplyDelete
  2. Bagi saya, orang bilang mau childfree itu agak "menentang" takdir. Emang gimana sih caranya suami istri bisa memastikan gak bakalan kebobolan? Wkwk (maklum, pengalaman kebobolan kb spiral).

    Setuju, punya anak memang mengakibatkan banyak risiko. Tapi ya, namanya hidup pasti ada aja risikonya. Selama sudah tau risikonya sebelum menceburkan diri, sepertinya siapapun akan merasa lebih siap. Tulisan ini cocok buat bahan pertimbangan orang yg blm nikah atau belum punya anak supaya belajar tentang risikonya punya anak.

    ReplyDelete
  3. semua poinnya aku setuju sekali,apalagi semenjak jadi ibu juga memahami ternyata perjalanan menjadi orang tua memang seumur hidup. Ragam emosi kita rasakan setiap lembaran harinya.

    ReplyDelete
  4. Wah iya, benar banget ini mbak
    Memang sebelum punya anak harus banyak yang kita pikirkan ya
    Kadang, banyak yang belum punya visi dan misi
    Aku dulu gitu, hehehe

    ReplyDelete
  5. punya anak itu memang banyak tanggung jawabnya yaa. makanya katanya kalau seorang wanita mau punya anak itu dia harus benar-benar mempersiapkan diri. lah aku yang punya anak umur 30 aja ternyata belum siap dan harus belajar banyak setelah punya anak

    ReplyDelete
  6. Intinya kalo mau punya anak harus udah siap yaa, siap lahir batin, siap ekonomi juga karena punya anak memang gak mudah. Anak gak minta dilahirkan jadi orang tua lah yang bertanggungjawab penuh pada anak

    ReplyDelete