Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suami Tidak Pernah Melibatkan Istri Dalam Keputusan Rumah Tangga

Konten [Tampil]

tidak pernah melibatkan istri

Suami tidak pernah melibatkan istri dalam semua keputusan penting rumah tangga, ternyata menjadi masalah bagi banyak istri di zaman sekarang, dengan tingkat kondisi dan mental yang beragam tentunya.

Hal ini terungkap, setelah kemarin saya sempat menge-post sebuah cuplikan film 'Noktah Merah Perkawinan', adegan Ambar yang sedang curhat di penasihat pernikahan.

"Kami menikah 10 tahun, saya nggak pernah merasa dianggap sebagai pasangannya. Apa salah kalau saya ingin dilibatkan dalam hidupnya, dalam setiap masalah yang dia hadapi? Kita bisa hadapin apapun itu sama-sama"

"Kamu sudah pernah belum, mengutarakan kegelisahan itu ke dia?"

"Banyak masalah di antara kami yang nggak pernah selesai, karena dia memilih untuk diam, atau kabur di tengah pembicaraan!"

"Apa perasaanmu, pada saat Gilang diam, maupun kabur di tengah-tengah pembicaraan kalian?"

"Capek Mbak, saya benci, dianggap orang yang terus menerus menuntut dalam hubungan ini, lama-lama saya benci sama diri saya sendiri!"

Demikian cuplikan percakapan Ambar yang diperankan oleh Marsha Timothi dengan penasihat pernikahan yang diperankan oleh Ayu Azhari. Udah berasa dejavu kek dulu curhat ke psikolog juga dah.

Percakapan tersebut, sengaja saya posting di WA story, karena amat sangat related dengan perasaan saya, di mana selama belasan tahun pernah menikah, satu-satunya masalah utama yang menjadikan keluarga hancur berantakan, ya karena itu.

Saya pikir, film tersebut dibuat amat sangat related dengan kisah pribadi saya, nyatanya saya GR, karena film tersebut ternyata me-representatif-kan kisah, banyak banget para istri yang dibuat merana karenanya.


Suami yang Tidak Pernah Melibatkan Istri Dalam Keputusan Rumah Tangga, Ternyata Masalah banyak Istri Zaman Sekarang

Tak disangka, beberapa menit paska saya menge-post video tersebut, ketika membuka aplikasi WhatsApp lagi, sedikit terkejut karena ada beberapa chat masuk, baik dari beberapa teman yang saya kenal dekat, maupun beberapa yang saya tidak kenal dekat, hanya sekadar saling simpan kontak aja.

suami egois

"Ini aku banget :("

"Kok mirip aku sih :("

"Sama persis kayak masalahku :("

"Dia adalah aku :("

Dan masih banyak lagi, yang rata-rata mengomentari adegan Ambar curhat ke penasihat pernikahan tersebut.

Saya tertegun melihat beberapa chat yang masuk tersebut, nggak menyangka sama sekali, kirain kisah related yang saya rasakan dari film tersebut, ternyata juga dirasakan banyak wanita berstatus istri di luar sana.

Hal ini penting banget diketahui suami ya, karena menyangkut efek ke sikap dan kemampuan istrinya.

Bahkan beberapa orang sama sekali nggak terduga menyimpan kisah sedih yang sama dengan saya, padahal kalau dilihat sekilas, rumah tangga dan kehidupannya, baik-baik saja, bahkan bikin iri yang ngeliat.

"Soalnya aku nggak mau, orang tahu aku sedih!"

"Ya kan kita mending upload yang bahagia-bahagia saja, yang sedih-sedih kita simpan aja sendiri!"

"Ngapain kita perlihatkan kesedihan, Rey? entar yang nggak suka sama kita, semakin bahagia melihat penderitaan kita?"

Wao, kalau masalah ini memang saya bertolak belakang dengan pola pikir teman-teman tersebut. Di mana saya lebih suka membagikan tantangan kesedihan yang saya rasakan, sementara yang happy-happy lebih banyak saya simpan sendiri, biar orang-orang nggak iri sama saya, hehehe.

Terus, gimana kalau ada yang diam-diam nggak suka sama kita, malah menertawakan dan bahagia karena liat kita sedih?

Ya udah, emang kalau dia tertawa, saya kehilangan uang 100 juta gitu? 

Atau, emangnya kalau dia nggak tertawa, masalah saya jadi kelar?

Pokoknya pola pikir seperti itulah, dan memang beda sih sama kebanyakan orang, tapi sudahlah, mari kita kembali ke topik yang saya pikir sepele, tapi ternyata menjadi masalah banyak orang berstatus istri.

Dari komentar beberapa teman tentang video yang saya share tersebut, saya jadi tahu kalau ternyata masalah suami yang patriarkis itu banyak macamnya, dan percaya atau tidak, hal ini kebanyakan terjadi pada suami yang beristrikan ibu rumah tangga.

Yup, ini juga yang saya rasakan, dulu ketika masih bekerja dan punya gaji tetap, semua masalah rumah tangga selalu saya update, sama-sama dihadapi, dengan pendapat saya yang amat sangat penting buat suami dalam mengambil keputusan.

Setelah jadi ibu rumah tangga, perlahan-lahan semua masalah rumah tangga lepas dari pengetahuan saya, mulai dari hal-hal kecil, sampai akhirnya berkembang jadi hal besar, seperti:

  • Saya nggak tahu suami kerja di mana?
  • Saya nggak tahu gaji suami berapa?
  • Saya nggak tahu berapa hutang suami? 
  • Saya nggak pernah lagi dikasih gaji secara utuh, hanya sesekali dikasih uang makan.
  • Saya tidak pernah lagi bayar listrik, air, bahkan tidak tahu posisi tagihan tersebut kayak gimana?
  • Dan masih banyak lagi.

Dan percaya atau tidak, saya bukanlah satu-satunya yang mengalami hal tersebut, di mana suami tak peduli perasaan istrinya. Ada beberapa istri yang juga mengalami hal yang sama, meskipun dengan kondisi dan tingkat ketahanan hati yang berbeda ya.

Ada yang merasa sedih dan hampa, karena merasa hanya diperlakukan sebagai pelengkap saja oleh suami, apa-apa diputuskan sendiri, istri tahu beres saja.

Meskipun memang hal itu membuat dia benar-benar tahu beres, dan fokus ke hal-hal lain yang bikin dia senang, karena semua permasalahan sudah diberesin suami, tapi tetap saja hal itu membuatnya sedih, karena dia ingin terlibat langsung sebagai partner hidup dalam rumah tangga, bukan semacam pelengkap, meskipun tujuan suami adalah baik, agar istrinya tak perlu bersusah payah memikirkan masalah berat di rumah tangga.

Ada juga yang mungkin terlihat sepele, misal suami yang tetap menyerahkan beberapa hal tentang rumah tangga, tapi semacam didikte, misal dikasih uang belanja, tapi sudah lengkap beserta barang yang hanya boleh dibeli bulan tersebut.

Sepele ya, maksud suami mungkin agar keuangan termanajemen dengan baik, tapi di mata istri itu menyakitkan, karena suami tidak melibatkannya dalam menyusun keuangan.

Bukan hanya masalah keuangan saja yang membuat para istri merasa tidak dilibatkan sebagai pasangan atau partner dalam kehidupan, termasuk dalam memutuskan sesuatu. Anak sekolah di mana? mereka berlibur ke mana misalnya, dan semacamnya.

Hal itu, bagi sebagian istri menjadi hal yang menyedihkan buat mereka, terlebih ketika ada satu dan dua istri mencoba mengutarakan kegelisahan hatinya, reaksi suami juga di luar harapan istri.

Ada yang cuek dan kabur nggak mau dengar, ada yang balik menyerang karena merasa dirinya diserang atau dihakimi istri padahal tujuannya baik, ada juga yang menganggap istri berlebihan.

Hal tersebut terjadi berulang kali, sehingga beberapa, eh kebanyakan istri memilih diam saja memeluk luka hati dan kekecewaannya sendiri, tak mau membuat orang lain melihat kesedihannya, meski hatinya hancur.

Menyedihkan sih ya.

Kirain, saya aja yang semenyedihkan ini, ternyata banyak juga temannya.


Maksud Baik dari Suami yang Tidak Pernah Melibatkan Istri Dalam Keputusan Rumah Tangga yang Kurang Tepat

Sebenarnya ya, saya sudah merenungi, baik melihat dari point of view para suami yang 'benar', maupun POV suami 'nggak bener', maksud para suami yang memutuskan sendiri semua masalah rumah tangga itu, adalah baik adanya, demi melindungi istrinya.

perasaan istri

Para suami berpikir, sebijaknya mereka tidak membebani istri untuk hal-hal yang lain, khususnya jika istri adalah ibu rumah tangga, para suami mengerti, bahwa tak boleh meremehkan pekerjaan rumah tangga yang dilakukan istri di rumah. Sebagai ibu rumah tangga itu, sudah cukup melelahkan dan menyita semua fisik dan mentalnya.

Para suami tersebut merasakan tidak tega, jika harus menambah beban istri, untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dihadapi atau menjadi tanggung jawab suami atau lelaki.

Hayoooo, jika ada suami 'yang bener' membaca pernyataan saya di atas, pasti bakalan setuju banget kan?

Sayangnya, para suami tersebut salah, menikah atau menjalani hidup bersama istri itu, bukan semata memberlakukan tatanan rumah tangga secara default atau umum. Tapi amat sangat wajib menyesuaikan dengan karakter dan perasaan pasangan, dalam hal ini istri.

Karena setiap rumah tangga, seharusnya tidak bisa memberlakukan hal yang sama untuk semua hal, selain yang berhubungan dengan agama ya. Kalau masalah agama, mau pasangan mager lah, dibilang cerewet lah, pas diingatkan shalat, ya seharusnya shalat, karena itu nggak bisa diganggu gugat, ye kan?

Sederhananya gini, jika aturan baku dalam rumah tangga, istri nggak perlu masalah berat rumah tangga, apakah semua suami akan bisa menerima jika diberlakukan aturan baku, istri harus ikut semua kegiatan masyarakat seperti arisan, dan segalanya itu, which is mungkin sebagian tempat memberlakukan syarat arisan dan semacamnya itu, di luar kemampuan suami?

Atau hal-hal semacam itu?

Intinya, seharusnya dalam rumah tangga itu, suami istri adalah partner, yang namanya partner, tentu saja wajib berbagi untuk semua hal, terlebih istri adalah selimut suami, maupun sebaliknya.

Jangan sampai, orang lain malah lebih paham dengan rencana suami, ketimbang istrinya, bukannya apa-apa kan ye, siapa yang menjamin suami berumur panjang dari istri?

Bagaimana jika ternyata suami yang lebih dulu berpulang? Bagaimana nasib istri dalam meneruskan tampuk rumah tangga, sementara dia tak pernah diajak terlibat langsung dalam mengatasi masalah rumah tangga?

Banyak orang berpikir, bahwa istri seharusnya punya penghasilan sendiri, untuk jaga-jaga who knows suatu hari nanti ternyata suami yang berpulang duluan. Padahal bukan uang yang paling penting istri punyai, tapi sikap dalam menghadapi masalah rumah tangga.

Libatkan istri dalam mengambil setiap keputusan, agar ketika suami nggak ada, kehidupan tetap berjalan dengan baik, karena istri tak kebingungan dalam mengambil keputusan.

Ini sama dengan melibatkan suami dalam pekerjaan rumah dan mengurus anak, agar ketika istri yang mungkin berpulang duluan, suami nggak kelimpungan lalu cepat-cepat cari istri baru, saking nggak tahu harus bagaimana mengurus rumah dan anak.

Ini bukan sekadar nggak etis dan setia, istri baru meninggal sudah cari gantinya sih ya, tapi lebih kepada jangan sampai suami salah pilih, dan memberikan ibu yang menyedihkan buat anak-anaknya, hanya karena terburu-buru dan asal dalam memutuskan.

Dan bukan hanya karena masalah tersebut ya, ada lagi masalah yang jauh lebih penting, yang saya alami dalam dunia pernikahan yaitu, ketika suami tak pernah mau lagi melibatkan istrinya dalam setiap keputusan rumah tangga, TAPI TERNYATA DIA NGGAK MAMPU UNTUK MEMUTUSKAN DAN MEMIMPIN SENDIRI, SEHINGGA ALIH-ALIH MELINDUNGI ISTRI, YANG ADA NAMBAHIN BEBAN LAHIR BATIN KE ISTRI.

Itu mah masalah saya sih ya.

Sejujurnya, dalam berumah tangga, saya tuh udah melakukan begitu banyak penyesuaian dan kompromi, meskipun... tentu saja dengan diawali dengan protes dan perlawanan.

Hal ini, karena saya termasuk tipe orang yang selalu patuh pada planing dan realitas. Saya lebih banyak menggunakan logika, meskipun saya seorang wanita, dan logika saya dalam menjalankan rumah tangga adalah saling mengenali kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Saya kenal banget apa kekurangan dan kelebihan suami, dan juga paham betul kalau lelaki memang punya bawaan yang sulit dihilangkan, karena sudah menjadi seperti kodrat bagi mereka, bahwa lelaki itu punya ego yang kuat dalam memimpin.

Oleh karena itulah, saya yang selalu terlalu detail dalam kehidupan ini, memilih jadi ibu rumah tangga, dan memilih mendukung suami dari belakang saja (iya, bukan dari samping malah, tapi dari belakang, dan buat saya it's oke, bukan masalah).

Namun seiring waktu, suami memang tenggelam dengan egonya sendiri, yang dimulai dengan 'mengikuti kebahagiaan dirinya' yang ternyata justru membuatnya semakin menemukan kenyamanan sebagai 'seperti lajang'.

Dan semua kompromi saya akhirnya tak berguna, karena suami tak pernah merasa puas hanya dengan satu dua kompromi yang saya berikan.

Mulai dari saya ngotot ikut campur masalah rumah tangga, saya minta pegang keuangan, toh juga saya cuman pegang aja, diaturnya bareng-bareng, saya ajak bikin perencanaan bareng, dan evaluasi bareng juga.

Tapi ternyata, hal itu tidak cukup buat suami, dan mulai meminta lebih, dengan mengatur keuangannya sendiri, dan begitulah, sudah bertahun-tahun saya sama sekali nggak pernah lagi memegang dana rumah tangga yang lumayan, hanya dikasih secukupnya buat makan, bahkan sekadar belanjapun tidak.

Meski panik minta ampun, tapi karena memang tidak bisa diganggu gugat, lama-lama saya longgarkan lagi komprominya, saya mengalah, mengikuti semua maunya.

Dan hasilnya?

Tepat seperti yang saya pikirkan di awal mengalah dahulu, di mana semuanya kacau balau. Dan begitulah, banyak yang bilang, jadi istri tuh nurut aja, toh maksud suami baik, untuk melindungi istrinya, agar istrinya nggak perlu kepikiran masalah berat, biarlah suami yang pasang badan.

Kenyataannya? boro-boro melindungi istri, yang ada nambahin beban lahir batin buat istri. Semua caranya gagal, meninggalkan kekacauan luar biasa di segala sektor rumah tangga, dan karena itu... saya yang mengurus 2 anak seorang diri saja, sudah hampir nggak kuat, terpaksa masih harus ketambahan wajib mencari uang dari rumah, untuk sedikit mengurangi kekacauan yang ada.

Itu loh maksudnya.

Tidak semua istri mempermasalahkan tentang ketidak terlibatannya dalam keputusan besar rumah tangga adalah sikap menuntut berlebihan, sebagian istri melakukan hal itu karena amat sangat mengenali kemampuan, kelebihan dan kekurangan pasangannya.

Selain istri juga tak mau kebingungan, karena selalu ketergantungan pada suami ya. 

 

Tips dan Saran Sederhana Buat Suami dan Istri, dalam Menghadapi Masalah Suami Tidak Pernah Melibatkan Istri Dalam Keputusan Rumah Tangga

Tapi akan lebih bijak, jika kita tidak menghabiskan waktu untuk fokus pada masalahnya saja, membicarakan masalah tanpa solusi hanya akan membuat hati kesal dan mental terganggu.

Saya rasa, akan lebih bijak jika membuat sebuah saran yang bisa dipertimbangkan baik untuk suami, maupun istri, agar masalah salah paham dari kondisi 'suami yang tidak pernah melibatkan istri dalam keputusan rumah tangga' ini bisa teredam dan tidak menjadi sumber masalah besar hingga merenggut kebahagiaan satu pihak.

nasihat untuk suami

Dan untuk suami, sarannya adalah:

  • Cobalah untuk lebih dalam memahami posisi istri yang terluka, sama seperti suami yang punya perasaan, istripun juga demikian, bahkan lebih halus dan mudah terluka karenanya.
  • Jika memang maksud suami ingin melindungi istri, agar tidak perlu ikut pusing dalam masalah rumah tangga yang menurut suami itu berat, udah jadi kewajiban suami untuk memikulnya dan melindungi istrinya, maka katakan hal itu secara terus terang pada istri, speak!. Jika tanggapan istri dianggap selalu menyerang dan tidak bisa mengerti, katakan melalui tulisan, ini zaman modern, ada email, WhatsApp dan lainnya, GUNAKAN HAL ITU!
  • Jika istri masih juga belum puas dengan hanya diberi penjelasan, cobalah berbagi hal-hal yang umum, setidaknya istri diberi gambaran apa masalah yang sedang dihadapi suami, jadi istri bisa lebih paham dan mendukung dengan mengurangi protes mulu akan hal tersebut. 
  • Jika memang terlalu sulit untuk berbagi masalah berat dengan istri, cobalah untuk membuktikan, bahwa suami sangat 'in the control' dalam menyelesaikan semua masalah yang ada, karena sejujurnya alasan terbesar istri ingin dilibatkan adalah, karena hampir semua istri suka over thinking terhadap masa depan.

Dan untuk istri, saya pikir beberapa saran ini akan bisa sedikit membantu, mengatasi masalah ketidak bahagiaan karena suami tidak pernah melibatkan istri dalam masalah maupun keputusan rumah tangga, yaitu:

nasihat untuk istri

  • Cobalah memahami maksud suami, dan berpikir positif terhadap apa yang dilakukan suami, serta jangan pernah putus mendoakan suami untuk semua tindakannya yang bermaksud melindungi istri. 
  • Sampaikan segala kegelisahan diri dengan santun dan asertif, kalau merasa sulit diterima secara langsung, cobalah dengan cara penyampaian tulisan, atau juga melalui voice note di chat, dengan demikian suami bisa memilih waktu yang tepat untuk menyimak kegundahan hati istri.
  • Cobalah berkompromi dengan keputusan suami, terlebih jika memang semua yang dilakukan suami terbukti sangat bertanggung jawab, untuk menghilangkan hati yang merasa terluka akan keputusan suami yang ingin melindungi istrinya, coba alihkan ke hal lain yang positif, misal lebih fokus kepada apa yang sedang dilakukan, kalau yang dilakukan adalah mengasuh anak, coba pelajari ilmu parenting yang mumpuni, percayalah ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan di dunia ini, terlebih kalau semua masalah utama rumah tangga sudah di-handle sepenuhnya oleh suami. 


Penutup

Hidup adalah pembelajaran, itu yang sering saya pahami selama ini.

Tak pernah putus waktunya belajar, bukan dalam lingkungan sekolah saja.

Menjadi istri, juga merupakan masa belajar yang tidak berujung, belajar berkompromi, belajar memahami, menghormati dan segalanya.

Karena, tidak selalu, kondisi suami yang tidak pernah melibatkan istri dalam keputusan rumah tangga adalah hal yang negatif, kebanyakan sebenarnya dilandasi oleh maksud baik dari suami, meskipun mungkin caranya seperti tidak menghargai perasaan istri.


Sidoarjo, 20 Januari 2023

Sumber: Opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey

Demikianlah artikel tentang masalah rumah tangga atau tepatnya masalah bagi banyak istri yang jarang suami sadari, yaitu suami tidak pernah melibatkan istri dalam keputusan rumah tangga, semoga bermanfaat.

4 comments for "Suami Tidak Pernah Melibatkan Istri Dalam Keputusan Rumah Tangga"

  1. Setiap rumah tangga punya problem masing2. Tak ada yang sempurna 100%. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Saya malah merindukan suami yang bijak, mengambil keputusan sendiri. Tapi, dianya yang terlanjur dimanja. Segala persoalan sering menyerahkan pada bininya. Terima kasih telah berbagi informasi ananda Rey.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkwkw, ternyata nggak asyik juga ya Bu, jadinya tergantung banget ke istri :D

      Delete
  2. Kisah suami yg terlalu patriarki ini, ingin aku ke papa ku. Bangettttt. Papa tuh menganggab mama ga becus urusan uang. Yg diakuin papa cuma mama jago masak. Udh itu aja. Jadii, semua uang itu papa yg pegang. Papa yg atur. Sampe mama pernah curhat ke aku. Cuma bedanyaaa, walopun papa gitu, dia beneran mampu utk mengontrol semua urusan rumah tangga. Jadi bukannya kabur2an juga.

    Tapi tetep aja, buat mama, ga dilibatkan sedikitpun dlm urusan apapun, itu bikin sakit hati. Papa kalo beli ruko buat bisnisnya, langsung beli aja, ga pake ngomong. Dia kerjasama Ama orang lain utk bisnis A, juga langsung main hajar. Mama ga dianggab.

    Sbnrnya aku kesel tipe cowo begini. Jujur ya Rey, Krn melihat papa begitu, makanya aku emoh nikah Ama yg sama sukunya kayak papa wkwkwkwjwk. Takuuuut, diperlajuin kayak gitu juga 😔. Bersyukurnya Raka ga begitu. Dia selalu ngobrol dulu utk keputusan apapun di rumah tangga. Krn bener katamu, kalo ada apa2, dan istri ga tahu, itu lebih beresiko dan bahaya. Tau2 suami meninggal ninggalin hutang, kan kalang kabut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah, di sisi lain, saya baru aja mau bilang, yang penting pinter ngelola duit Mba.
      Dan papanya memang pinter ya kelola duit.
      Cuman bener juga sih ya, kebayang sih kalau kita nggak pernah dilibatkan dalam hal-hal yang besar.
      Jadi ingat cerita film Apa ya judulnya yang main Tika Panggabean, yang ikut dan manut saja suami semua yang atur :(

      Delete