Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Haruskah Bertahan Dengan Suami yang Kasar dan Bagaimana Menyikapinya

Konten [Tampil]
Haruskah bertahan dengan suami yang kasar

Haruskah bertahan dengan suami yang kasar dan temperamental? rasanya membayangkan saja udah nggak sanggup sayanya.

Tapi, bagaimana kalau seandainya ada yang masih berjodoh dengan suami yang kasar tersebut? kayak kasus Lesti dan Billar atau yang biasa disebut Leslar beberapa tempo lalu, dan bikin saya tertarik menuliskan hal ini dalam Parenting By Rey kali ini.


Bertahan dengan Suami yang Kasar Seperti Keputusan Lesti Kejora


Btw, tulisan ini sebenarnya udah lama ngendon di draft blog, pengen saya publish ketika masa Leslar dihujat se Indonesia, karena Lesti memaafkan Billar yang sudah mengasarinya dengan (terlihat) sadis.

Dicekik, dibanting, udah berasa membayangkan acara smack down nggak sih.
Publik heboh dibuatnya, meskipun sejak awal kasusnya terdengar dan viral, tak sedikitpun terlontar satu kata dari Lesti tentang kejadian tersebut.

Yang ada, berita simpang siur dari berbagai sumber, yang juga tidak bisa dijadikan sebuah hal yang bisa dipercaya, karena memang nggak ada klarifikasi langsung dari Lesti.

Dari awal pelaporan masuk di kepolisian, sampai beredar foto lebam Lesti, lalu dilanjutkan foto Lesti yang tengah dirawat di rumah sakit, beredar pula kabar Lesti mengalami masalah serius yang awalnya katanya pita suaranya terancam lah, lalu tulangnya geser lah.

Namun, belum juga ada tanggapan dari Lesti, eh tiba-tiba beredar video kalau Lesti dan keluarganya pergi umroh, saya yang melihat berita itu sedikit membatin,
"Lah, katanya mengalami cedera serius?"
Lesti, Billar dan Leslar trending begitu lama di twitter, saya yakin di media sosial lain pun sama.

Sampai akhirnya netizen dibuat 'memberontak' ketika beredar kabar, kalau Lesti ternyata memaafkan dan mencabut pelaporannya di kepolisian.

Bukan hanya itu, sebagian netizen menganggap, mungkin cuman memaafkan, bukan kembali hidup bersama.
Nyatanya ternyata hingga saat ini, hubungan Lesti dan Billar baik-baik saja, bahkan Lesti dikabarkan tengah mengandung anak kedua.

lesti kejora dan rizky billar terkini

Karuan saja dia makin dihujat dan dibenci serta di tolol-tolol kan netizen se Indonesia.
Berbagai video kekecewaan terunggah, juga berbagai teori-teori yang mengaitkan tindakan Lesti dalam menjadi korban KDRT, which is menurut beberapa orang mengatakan, kalau korban KDRT baru akan bisa sadar dan berani pisah, ketika sudah 5-6 kali digebukin alias dikasari.

Saya pribadi, yang sejak awal tidak terlalu berekspektasi yang gimana-gimana terhadap kasus Leslar ini, selain saya memang sama sekali nggak terlalu mengikuti berita mereka sebelum kasus KDRT Leslar beredar.

Menanggapi dengan biasa aja sebenarnya, hahaha.

Tapi saya amat sangat memahami keputusan Lesti yang memilih bertahan dengan suaminya yang sepertinya punya masalah temperamen nggak biasa itu.

Karena menurut saya, yang namanya jodoh, rezeki dan kematian itu, nggak bisa kita atur seenaknya, manusia hanya bisa berupaya, dan Tuhanlah yang punya kuasa penuh untuk menentukannya.

Dan menurut saya, bisa jadi Lesti bertahan dengan suaminya yang temperamen dan kasar itu, karena memang jodohnya belum selesai, dia masih ditakdirkan untuk berjodoh dengan Rizky Billar.
Dan saya juga yakin, kalau Lesti sudah memikirkan plus minusnya dia bertahan dengan suaminya tersebut, karena sebelumnya Lesti dan keluarga memang sudah umroh ke tanah suci.

Dan dalam pandangan saya, orang-orang yang berdoa langsung di rumah Allah itu, lebih mudah mendapatkan petunjuk apa yang harus dilakukannya ke depannya, dan mungkin saja, Lesti mendapatkan petunjuk untuk tetap bertahan dengan suaminya, who knows kan ye?

Hal ini sebenarnya banyak terjadi di masyarakat, di mana istri khususnya, yang menjadi korban KDRT, sulit berpisah dengan suaminya, meski mungkin sudah babak belur dengan kekasaran suaminya tersebut.

Banyak alasan untuk tindakan bertahannya itu, salah satunya ya karena anak.
Ini terjadi kalau suami yang kasar itu memang punya peranan penting buat anaknya, entah suami lebih dekat dengan anak, atau juga suami yang membiayai semua kebutuhan anak.
Sementara istri tak punya pemasukan yang bisa diandalkan untuk membiayai anak.

Tapi, selain itu, istri yang bertahan karena KDRT itu, juga memang dari sononya telah takluk oleh manipulasi sang suami.

Saya tahu banget beberapa pasangan seperti ini, baik orang tua saya sendiri, which is bapak saya KDRTnya secara mental ke mama, tapi kenyataannya mama yang saat itu membiayai semua kebutuhan kami, nggak berani juga tuh bercerai dari bapak.

Seorang sahabat baik saya juga mengalami hal serupa, yang ini justru lebih ekstrim sih menurut saya, karena dia bertahan tanpa alasan, untuk seorang suami yang sukanya KDRT mental, bahkan pernah KDRT fisik.

Sementara dia masih punya kedua orang tua yang peduli dengannya, punya rumah ortunya, dan yang paling mencengangkan adalah, dia nggak punya anak dong, tapi masih bertahan.

Tapi, se'aneh' apapun di mata orang lain, saya tetap support sahabat tersebut, dengan rajin mendengarkan keluhan dan curhatnya ketika kami bertemu.

Ya kan, bagi saya, fungsi sahabat dalam kedewasaan itu, adalah memberikan bahu atau bantuan apapun yang kita bisa ketika diminta, kalau enggak ya udah di support aja.

Mungkin karena itu juga saya jadi lebih ke biasa aja menanggapi kasus Leslar ini, apalagi kan, hei! siapa akoh dan siapa mereka? hahahaha.


Bagaimana Menyikapi Bertahan Dengan Suami yang Kasar?


Btw, ini opini saya ya, karena Alhamdulillah saya nggak punya pengalaman KDRT fisik, kalau mental mungkin ya, tapi kan beda sih ya mental dan fisik itu.

Suami kasar apakah harus cerai

Namun, saya jadi punya pemikiran, gimana sih cara menyikapi jika memang ditakdirkan masih harus bertahan dengan suami yang kasar dan temperamen macam si Billar itu.


1. Berdoa


Yang pertama adalah berdoa, agar keputusan kita memilih bertahan diberkahi oleh-Nya.
Dan saya sih sangat yakin, jika jalan hidup yang kita pilih selalu dilingkupi keberkahan-Nya, tak akan ada lagi hal-hal yang perlu kita takut dan sedihkan, insha Allah.

Jadi, langkah pertama untuk memulai kembali hubungan yang sempat bikin kita down dan tersakiti lahir batin karena dikasari suami, ya berdoa agar diberikan keberkahan dan tentunya kekuatan.


2. Pakai momen memaafkan dengan syarat memaksa suami ke psikolog


Langkah kedua adalah cerdas menggunakan momen memaafkan.
Kalau dilihat dari berbagai cerita korban KDRT, bahkan kalau liat kedua orang tua saya, habis berantem tuh, biasanya dimulai dengan momen sang suami minta maaf.

Biasanya, pelaku akan meminta maaf dengan memohon-mohon, mengeluarkan sejuta janji, bahwa tidak akan mengulanginya lagi.

Beberapa teoripun mengatakan hal tersebut sudah menjadi pola pelaku KDRT setelah menyakiti korbannya.

Nah, seharusnya momen ini wajib banget ditindaki dengan cerdas oleh korban atau istri, gunakan momen si suami meminta maaf, untuk memaksanya mau konsultasi ke psikolog.

Karena masalah temperamen itu, nggak akan bisa dikendalikan, kalau hanya dibiarkan begitu saja, butuh bantuan yang pakar di bidangnya, salah satunya psikolog.

Meskipun kita nggak tahu hasilnya kayak gimana, apakah bisa mengubah meski sedikit sikap temperamen suami, setidaknya suami bisa belajar memanajemen emosinya, agar tidak merugikan istrinya atau keluarganya.


3. Paksa diri untuk konsultasi ke psikolog juga


Saya sangat yakin, kalau kasus KDRT itu, bukan semata karena suami yang temperamen, tapi istri juga memegang peranan penting menentukan seberapa parah KDRT yang terjadi.

Karena itu, bukan hanya suami, istripun sebaiknya konsultasi ke psikolog, agar bisa tahu cara-cara memanajemen emosi.

Setidaknya, ketika suami marah, istri bisa sabar dan diam dulu, nggak ikut-ikutan marah, apalagi ngajukan diri,
"Apa? apa? mau pukul? pukul! sini pukul! ayo pukul aku Mas!"
Familier nggak dengan kalimat itu, hahaha.

Saya sering banget gituin papinya anak-anak dulu kalau marah, nggak heran kalau berantem dijamin papinya anak-anak kabur tanpa kabar berhari-hari, karena kalau bertahan, yang ada habislah saya ditampar atau dipukul beneran, hahahaha.

Padahal, papinya anak-anak itu, dulunya termasuk laki-laki yang lumayan sabar menghadapi saya, tapi toh akhirnya dia nggak tahan lagi dan memilih kabur.

Itu dia maksudnya, mengapa istri pun atau korban KDRT pun, wajib konsultasi ke psikolog atau sejenisnya.


4. Pakai momen memaafkan dengan syarat memaksa suami untuk mau konseling pernikahan


Kalau tadi masing-masing konsultasi ke psikolog, guna manajemen anger masing-masing.
Setelah itu ada lagi yang penting, yaitu konsultasi ke konseling pernikahan.

Di sini pasangan akan diajarkan bagaimana saling menghadapi satu sama lain, agar meminimalisir konflik dan tentu saja bisa lebih akur dan mencapai goal pernikahan yang saling menghargai dan mencintai.


5. Jalani dengan ikhlas dengan niat karena Allah


Apakah dengan mengunjungi psikolog serta konseling pernikahan, semua masalah akan selesai?
Tidak!

penyebab suami kasar terhadap istri

Yang jelas, bertahan dengan orang yang pernah menyakiti kita itu, bikin kita jadi sering merasa trauma dan kesal sendiri.

Alias, kehidupan yang dihadapi setelah KDRT pertama, akan berat banget.
Bahkan mungkin suami akan bisa melakukan KDRT dalam waktu yang dekat, meskipun nggak separah yang biasanya.

Karenanya, selain berdoa, niatkan semuanya karena Allah atau Tuhan.
Jadi, semua tantangan yang kita hadapi, ujung-ujungnya akan mental sendiri, karena kita yakin Allah akan selalu menyertai dan merestui kita.


6. Kenali sifat suami agar meminimalisir temperamentalnya merugikan istri atau lainnya


Seperti yang saya tuliskan di atas, bahwa kadang memang bukan hanya karena suami yang temperamental, kadang juga istri tanpa sengaja memantik amarah suami, apalagi kalau suami pada dasarnya temperamental, duh kelar sudah.

Untuk poin ini, lagi-lagi saya ingat seorang sahabat saya yang menikah dengan lelaki yang menurut saya bukan hanya keras, tapi temperamental juga.

Tapi Alhamdulillah sejauh yang saya tahu, sampai pernikahannya berusia belasan tahun, suaminya belum pernah kasar fisik ke dia.

Ketika saya tanya, sahabat saya itu bilang, mungkin karena dia orangnya nggak seberani saya.
Sahabat saya itu memang sejak dulu, kalau ada orang marah, biar kata dia benar, dijamin dia langsung mingkem ketakutan.
Jadinya siapapun yang marah ke dia, nggak tega marah sampai berlebihan.

Dan mungkin karena itu juga, Alhamdulillah dia baik-baik saja sampai belasan tahun  menikah dengan suaminya tersebut.

Jadi, dengan mengenali sifat suami, kebiasaannya, kita bisa tahu, kapan kita tegas ke suami, kapan juga kita diam agar suami nggak makin emosi dan berujung pada kekerasan fisik yang sampai membahayakan.

 

7. Belajar ilmu bela diri


Last but not least, sebaiknya sih belajarlah bela diri.
Bukan buat berantem ya, tapi untuk melindungi diri, jadi ketika memang suami benar-benar gelap mata sampai berlaku kasar kayak si Billar (katanya ya).

Minimal istri bisa bela diri, jadi nggak bonyok kena bogem suami.

Namun, yang harus diketahui, jangan memakai ilmu bela diri untuk menekan suami ya, karena bisa-bisa jadi fatal, seperti ada yang dengar nggak kasus seorang ayah bunuh anak secara membabi buta di depok beberapa hari lalu?

Usut punya usut, ternyata si ayah tersebut semacam meledak dengan kemarahannya yang mungkin ditahan selama ini.

Jadinya, anak benar-benar jadi korban dan sadisnya sampai ke ubun-ubun pula, huhuhu.


8. Bersabar 

 
Ini mah sebenarnya kunci dunia ya, saya sering mendengarkan kajian filsafat, di mana sebenarnya menguasai dunia itu mudah, hanya dengan 1 kunci, yaitu bersabar!

Apah? mudah? hehehe

Baiklah, ini sulit sih, tapi lagi-lagi pikirkan jalan hidup yang memang sudah kita pilih.
Kalau mau bertahan, ya sabar.
Toh hitung-hitung, kalau sabar mah, kita memegang kunci dunia kan, insha Allah.


Penutup


Hidup memang seringnya tidak berjalan seperti harapan kita.
Termasuk harapan dan impian punya pernikahan yang indah, karena menikah dengan suami yang tampan, mapan, sabar, baik dan penyayang.

Sayangnya, seperti kita yang juga penuh dengan ketidak sempurnaan, demikian pula pasangan kita.
Meskipun berbagai kekurangan pasangan, yang paling menyedihkan adalah punya pasangan yang kasar dan temperamen.

Sebenarnya sih, mudah saja mencari jalan keluar, setidaknya di mata orang awam ketika menilai Lesti yang mengalami KDRT.

Kan tinggal cerai ya.
Duit mah Lesti bisa cari sendiri.
Anak, ah gampang, banyak kok yang support dia dan anaknya. 
Namun, kalau memang jodohnya masih ada, mau digimanakan juga, akan tetap kembali bersama.

Tapi tenang saja, masih banyak cara menjalani kehidupan yang lebih baik jika masih ditakdirkan bertahan dengan suami yang kasar, salah satunya adalah memanfaatkan momen memaafkan untuk mendorong suami, maupun diri sendiri, bisa menjadi pribadi yang lebih baik secara nyata.

Jadi, kalau ditanya, haruskah bertahan dengan suami yang kasar? 
Jawabannya adalah, kalau memang masih ditakdirkan berjodoh, ya mau nggak mau jadinya harus.
Tapi cara menyikapi bertahan dengan suami yang kasarlah yang perlu kita lakukan.


Sidoarjo, 04 November 2022


Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey

3 comments for "Haruskah Bertahan Dengan Suami yang Kasar dan Bagaimana Menyikapinya "

  1. Aku juga ga tertarik ikutan ribut di kasus leslar ini, apalagi dengan kemungkinan settingan dan segala macam. Kayak yg kamu tulis, aku pun heran sebenernya cederanya serius atau ga, soalnya udh umroh aja 😅

    Tapi aku pribadi memang dari dulu punya prinsip, ga akan terima kalo sampe punya pasangan kasar Rey. 2 hal yg aku ga bakal mikir lama, udh pasti milih putus atau cerai , itu kalo pasangan selingkuh dan kasar. Bhaaay langsung .

    Sama kayak si mantan suami, kesalahannya 2 pula, udahlah selingkuh pas ketahuan, malah maki2 aku 🤣🤣. Langsung aku minta pengacara papa urus segala surat cerai 😂.

    Cowo yg kasar, susah untuk berubah,. Jadi jangan sampe dia berani mukul awal2, Reus minta maaf, eh ngulangin lagi. Makanya aku lebih milih pisah kalo ketemu yg begini.

    Cuma buat orang2 yg masih mau bertahan, aku ga masalahin juga, toh pasti ada alasan kuat di balik itu. Jadi ga bisa juga aku judge sembarangan. Yg penting kalo ada temenku yg ttp bertahan, aku juga ikut berharap suaminya bener berubah dan ga kasar lagi

    ReplyDelete
  2. Sempat agak kepo sih sama kasus ini, tapi masih bisa tidur nyenyak kok, haha..

    Jadi, selain alasan anak, Lesti juga masih sayang sama Billar, ataaau memang menghindari pisah, karena Allah benci itu. Yg lucu sih netizen ya, katanya Lesti takut nggak bakal ada yg mau sama dia kapan lagi coba dapet suami ganteng, jadi rela digebukin, wkwk..

    Tapi setuju sih sama Mbak Rey, kalau memang jodoh, mau milih pisah pun, pasti akan balik lagi, suatu saat.

    Ini kenapa bisa banyak spekulasinya, karena memang nggak ada penjelasan dari Lest khaan..

    Yaudinglah ya, doain aja semoga ke depannya nggak kejadian lagi, literally mereka bahagia tanpa pukul²an.

    Pesanku satu sih, ayok belajar bela diri, Les, buat jage-jage, hehe..

    ReplyDelete