Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sule dan Suami Mendiamkan Istri adalah Bentuk KDRT

Konten [Tampil]
Sule dan Suami Mendiamkan Istri adalah Bentuk KDRT

Sule, sang komedian tanah air, lagi jadi sorotan hampir semua orang akhir-akhir ini, karena berita mendiamkan istri yang punya masalah dengan anak kandungnya, dan berujung sang istri, Nathalie Holscher mengajukan gugatan cerai di pengadilan agama.

Dan di Parenting By Rey kali ini, mau nggak mau saya ikutan bahas tentang masalah yang relevan dengan hal tersebut, karena saya juga sedikit banyak pernah bahkan sering dan sedang mengalami hal serupa.

Suami Mendiamkan Istri dan Hukumnya Dalam Agama


Didiamkan suami? duh kayaknya udah kenyang banget deh saya.
Bahkan, seingat saya, sejak menikah tahun 2009 silam, setiap kali ada masalah, sayalah yang harus berjuang melawan rasa kesal, untuk membuka percakapan, sehingga masalah selesai.

Serius, saya nggak pernah ingat sama sekali, punya suami yang mau mendatangi dan mengajak ngobrol secara dewasa, dari hati ke hati.
Saya diam, ya udah dia lebih diam lagi, kayak nggak ada masalah sama sekali.

Sule dan Suami Mendiamkan Istri adalah Bentuk KDRT

Dan lucunya, bahkan ketika saya mencoba membuka percakapan, dia malah beralasan, kalau sayanya terlalu lebay, hal yang bukan masalah saya jadikan masalah, jadi itu salah saya sendiri, yang cari-cari masalah.

Benarkah?
Masalah yang dianggap dia bukan masalah itu adalah..
Ah, sejujurnya malas diungkapkan di sini, kasian bikin wibawanya makin jatuh, hehehe.
Dan kata orang bijak itu adalah aib yang nggak boleh dibuka.

Padahal kalau kata saya, aib itu sesuatu kekurangan yang tidak bisa dihindari oleh seseorang.
Tapi, kalau sesuatu yang sengaja dilakukan berulang dan merugikan orang lain, bahkan orang terdekatnya?

Itu, aibnya dari mana ya?

Intinya, masalahnya banyak, dan yang lebih penting adalah, bagaimana merencanakan hidup dengan baik, agar anak-anak jangan jadi korban keegoisan ortu semata.
Ya mengenai uang, sikap dan lainnya.

Hal-hal demikian, pengennya mengalir aja kayak air, jadi ketika tunggakan SPP anak bejibun, tagihan demi tagihan menumpuk dengan makin banyak, maunya air juga kali ya yang selesaikan, hahaha.

Tapi, lupakan, saya nggak fokus di masalahnya, karena buat apa juga dijabarkan secara detail ya, mending fokus ke solusi dan hikmahnya.

Nah, biasanya kalau saya udah nggak tahan dengan keputusannya yang suka santai meski ketumpahan tagihan dari segala arah, dan ujung-ujungnya saya stres begadang karena panik cari uang buat bayar ini itu, saya tentu saja marah, ngajak ngobrol di WA agar meminimalisir pertengkaran didengar anak, eh nggak dibalas.

Dibaca aja jarang-jarang, tapi kalau update status di WA, scrolling media sosial, rajin betul.
Karena kesal, saya memilih diam, dan makinlah dia diam juga, begitu aja sampai berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.

Bahkan ketika sebelum puasa, sampai puasa hingga lebaran, nggak ada komunikasi sama sekali loh, meski anak butuh ini itu, dan dia santai aja tuh.

Iya, i know semua akan mengatakan ini toksik banget, aslinya saya pun malas banget membuka komunikasi, tapi gimana dong, mau gimana-gimanapun status orang tuanya, anak-anak tak akan pernah bisa dipisahkan dari saya maupun papinya.

Terlebih, saya belum mampu, membiayai semua kebutuhan anak-anak, apalah saya nggak punya siapa-siapa, ortu yang tinggal mama saja, udah nggak menganggap saya ada, keluarga sama sekali nggak ada yang bisa atau mau bantu.

Jadi saya benar-benar sendirian di negeri antah berantah ini, tak punya siapapun.
Mau nggak mau, harus membuka komunikasi dengan papinya anak-anak, agar dia tidak melupakan tanggung jawabnya.

Lalu, sebenarnya gimana sih hukum suami mendiamkan istri dalam agama?
Saya bukan ahli agama sih, tapi beberapa kali membaca, kalau di dalam Al Quran, tidak ada perintah mendiamkan istri, selain memukul istri (itupun jika memang istrinya bersalah yang tak bisa ditolerir).

Dari logika saja, tidak ada kebaikan yang didapat dari mendiamkan istri, apalagi kalau itu sengaja dilakukan untuk menyusahkannya.

Dan agama Islam khususnya, selalu mengatur umatnya untuk menjalankan hidup yang terbaik, manalah mungkin memerintahkan suami mendiamkan istri tanpa ujung?
Buat apa?

So, saya rasa ini adalah sebuah kesalahan terbesar seorang lelaki yang berstatus istri, mendiamkan istri terlebih jika istrinya berstatus sebagai seorang ibu, yang menjadi ibu dari anak-anaknya.
Dampak stresnya akan dipikul oleh anak-anaknya.


Sule dan Suami Mendiamkan Istri adalah Bentuk KDRT


Sesungguhnya, suami yang mendiamkan istri juga termasuk dalam tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) loh, karena dengan mendiamkan istri, sama saja dengan menyakiti istri secara nyata dan perlahan-lahan.

Sule dan Suami Mendiamkan Istri adalah Bentuk KDRT

Terlebih, mendiamkan istri tanpa ujung.
Itu sama saja tidak menghargai istri.

Apapun alasannya, jika memang harus mendiamkan istri, lakukan dengan tenggat waktu, agar ada penyelesaian, bukannya muncul masalah baru dalam hubungan.

Meskipun, dalam kenyataannya, suami yang mendiamkan istri itu, tak lepas dari karakternya sendiri.
Sule misalnya, masalahnya dengan istri pertama (yang terlihat di mata awam) sudah bisa ditebak, yaitu kebiasaannya yang cuek terhadap perasaan istri, lalu istri protes, eh malah didiamkan.

Dalam rasa kecewa dan kesalnya, istri pertamanyapun bertemu sosok laki-laki lain, yang meskipun mungkin tidak lebih baik, tapi cukup untuk mengisi kekosongan hatinya akan cueknya suami terhadapnya.

Dan begitulah, terjadilah perceraian.

Lalu, datanglah wanita baru, yang mungkin saja terpikat dengan harta serta sikapnya yang lebih kebapakan dan terlihat bijak.

Sayangnya, wanita baru yang hadir itu, Nathalie, tak mau belajar dari hubungan lama lelaki duda tersebut.

Atau mungkin di mata orang awam, istri yang berselingkuh itu adalah kesalahan istri semata kali ya, suami adalah satu-satunya korbannya.

Dan akhirnya, terjadi lagi kan.
Berkali-kali mereka punya masalah, dan Sule memilih mendiamkannya.

Dan menurut saya, memang karakter Sule sih yang kayak gitu, dalam sebuah wawancaranya di sebuah podcast yang banyak beredar di media sosial, Sule mengatakan bahwa, dia tak mau memaksakan sesuatu yang bukan miliknya sepenuhnya, termasuk istri.

Yang penting adalah dia tidak mengkhianati, tidak menyakiti fisik dan tidak tak bertanggung jawab.

Ucapan Sule itu, membuat saya berpikir, memang manusia nggak ada yang sempurna sih ya.
Memang dalam hidup ini, ada sesuatu yang harus kita hadapi dengan 'how we deal with it!"

Selama kita nggak berjuang untuk semua hal ya, saya pikir kita sebagai wanita atau istri, harus lebih pandai memanajemen hati, untuk bisa membahagiakan diri sendiri, dan tidak meletakan kebahagiaan kita secara utuh pada orang lain, termasuk suami.

Namun sekali lagi, semua itu pilihan sih ya, tergantung kondisi setiap wanita.
Kalau saya pribadi, mendapatkan suami yang cuek dan suka mendiamkan istri kayak Sule, tapi masih mau bertanggung jawab sepenuhnya tentang kebutuhan anak secara penuh, nggak pernah berkhianat, nggak pernah mukul.

Ya, itu berarti, PR terbesar saya tinggal, bagaimana saya membuat suami jatuh cinta pada saya, sehingga mau mendengarkan suara hati dan keinginan saya.

Dan dengan pengalaman hidup saya selama ini, saya pikir itu pilihan yang sangat menarik, ketimbang saya mengejar kebahagiaan yang juga semu, dengan tanggung jawab yang mungkin di luar batas kemampuan saya.

Salah satunya, nafkah untuk anak yang masih butuh kasih sayang dan perhatian penuh saya.

Etapi, balik lagi ya, ini pilihan masing-masing, personal wanita, dan saya memilih berdasarkan kondisi saya sekarang.

Capek banget tauk, harus urus 2 anak seorang diri, dalam keadaan yang sangat terbatas, selalu ketakutan dengan tagihan yang makin menumpuk karena manajemen pembayaran pengeluaran papinya anak-anak yang amat sangat buruk.

Lalu, makin lama kewajiban saya semakin berat.
Udahlah anak makin butuh tenaga dan waktu saya, pun juga saya harus berjuang mati-matian mencari uang buat bayar sekolah anak juga, karena papinya nggak mampu membiayai kedua anaknya bersekolah.

Ini sungguh terasa amat sangat tidak adil buat saya.
Saya harus mengurus anak-anak seorang diri, tanpa bantuan siapapun, bahkan keluarga papinya anak-anak semua di kota yang sama, saya sakitpun nggak ada yang nongol atau peduli sama saya.

Saya juga harus mencari uang buat kebutuhan urgent anak.

Makanya saya mengatakan, andai diberi pilihan.
Punya suami yang suka mendiamkan istri, tapi uangnya banyak, setia dan nggak pernah mukul, nggak pernah ngusir atau menganggap istri adalah orang lain.

Saya pilih yang itu aja ya Allah.
Biar saya punya banyak waktu dan fokus, membuat suami jatuh cinta sama saya dengan mendalam, melalui cara menjadi istri yang baik dan sholehah.

Karena, bukankah tugas istri dalam Islam itu adalah, patuh dan memprioritaskan suaminya?


Penutup


Suami mendiamkan istri memang merupakan sebuah sikap pengecut dari seorang lelaki berstatus suami, dan merupakan salah satu bentuk KDRT dalam rumah tangga.

Meskipun, bisa disimpulkan bahwa kebanyakan suami yang mendiamkan istri itu, karena karakter si suami, yang tak bisa berkomunikasi dengan baik, sehingga memilih diam.

Jika masalah karakter, memang nggak ada cara lain yang bisa dilakukan selain butuh bantuan istri sepenuhnya, agar bisa memperbaiki sikap suka mendiamkan istri tersebut.

Namun kembali lagi, ke pilihan istri, apakah mau bertahan dan memperbaiki hubungan tersebut, dengan cara membantu suami bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

Atau memilih jalan berpisah.

Semua tergantung kondisi masing-masing sih ya.
Kalau saya, tentu saja memilih bertahan, jika suaminya punya banyak duit, setia dan nggak suka mukul, hahaha.

Andai bisa milih gitu ya, hahaha.

Demikianlah, semoga para istri yang sedang berada di masa sakit hati karena suami mendiamkan istri tanpa ujung, bisa diberikan kekuatan, kesabaran dan bisa keluar dari masalah yang bikin sakit hati tersebut, aamiin.
 
Sidoarjo, 15 Juli 2022


Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey

2 comments for "Sule dan Suami Mendiamkan Istri adalah Bentuk KDRT"