Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suami Memukul Istri atau KDRT Bisa Diakibatkan Berbagai Hal, Selain Temperamental

Konten [Tampil]

suamimemukul istri atau KDRT fisik


Suami memukul istri lagi trending banget ya, bermula dari kabar mengejutkan yang jujur tidak terlalu mengejutkan bagi saya pribadi, yaitu dari pasangan Leslar atau Lesti Kejora dan Rizky Billar, yang trending di Twitter dan Google sejak kemaren.

Bermula dari laporan Lesti Kejora di kepolisian, yang melaporkan suaminya sendiri, si Billar, karena melakukan KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga secara fisik.

Dari berita yang beredar, terlihat jelas laporannya, bahwa konon Rizky tega membanting sang istri ke kasur lalu mencekiknya, setelah kepergok selingkuh, dan Lesti meminta dikembalikan ke rumah orang tuanya.

Laporan Lesti kejora di kepolisian
Laporan Lesti Kejora di kepolisian

Bukan hanya itu, kejadian yang awalnya terjadi di dini hari tersebut, diulangi lagi ketika pagi hari di pukul 10.00.

Akibat kekerasan tersebut, Lesti dikabarkan dirawat di rumah sakit, dan juga beredar foto terbarunya, di mana ada memar di bagian mata dan bawah pipi.

Kondisi lesti kejora yang lebam karena dicekik dan dibanting Rizky Billar
Kondisi Lesti terkini, sumber dari Twitter

Seram juga sih ya, entah setan apa yang merasuki si Billar sampai seganas itu, apakah dia mabuk, atau memang temperamental?
Meskipun kalau memang dia temperamental, seharusnya kan ada jejak tentang itu sebelumnya di media massa atau jejak digital.

Atau memang hal ini bukan yang pertama kalinya dialami oleh Lesty, hanya saja selama ini Lesty memilih menutupi hal itu?

Entahlah, yang jelas kabar tentang kisruh rumah tangga mereka, menghebohkan jagad media sosial banget, karena as we know, pasangan yang sering dipanggil dengan sebutan Leslar ini, punya fans yang konon terkenal barbar dalam membela mereka.


Suami Memukul Istri dan Pengalaman Melihat dan Mengalami Saya


Tentang suami memukul istri, jujur ini menakutkan sih buat saya, dan merupakan hal yang paling saya hindari maupun wanti-wanti dalam hidup

Anak leslar

Meskipun alasannya mungkin sedikit beda dari orang lain ya.
Karena yang saya takutkan dari lelaki yang berani memukul saya, bukanlah pukulannya.
Tapi takutnya kami saling bunuh, hahaha.

Iya, saya juga temperamental aslinya, makanya saya sering teriak sama anak, karena menyalurkan emosi, takut dipendam lalu mukul anak.

Masalah terbesar lagi adalah, entahlah apa yang terjadi pada saya ini, biar kata saya nggak pernah punya ilmu bela diri, bahkan bisa dibilang wanita letoy, ditiup angin aja hampir jatuh, tapiiii... sekali mukul, itu sakit banget.

Kebayang nggak sih kalau saya nggak sengaja mukul orang terus langsung koit?
That's why saya menghindari banget yang namanya lelaki yang bukan hanya temperamental, tapi juga nggak sabar.

Iya, saya butuh lelaki sabar, karena saya pikir, hanya lelaki super sabar yang bisa menghadapi wanita nggak sabaran kayak saya.

Beberapa lelaki yang saya tolak dulu mengatakan saya sombong, milih-milih lelaki yang kaya, padahal saya milih lelaki sabar, karena saya takut sama lelaki nggak sabar, takut kami saling pukul, hahaha.

Dan hal ini menjadi sebuah perjalanan panjang ketika menemukan jodoh, saya menjalani hubungan pacaran selama 8 tahun, sampai akhirnya menikah dengan papinya anak-anak.

Dan percayalah, selama 8 tahunan itu, semua hal sudah saya lakukan untuk mengetes, sampai di mana kesabaran dia menghadapi saya.

Dan selama 8 tahun itu, nyatanya dia bertahan dong.
Meski saya salah menyimpulkan, kirain dia beneran sabar dan bertahan, ternyata dia cuman diam aja, wakakakak.

Setelah menikah, kenyataannya dia akhirnya menyerah dengan sikap saya yang berlawanan dengannya, bahkan di tahun ke-5 pernikahan kami.

Meskipun akhirnya sempat kembali lagi seperti lelaki yang sangat manis dan idaman saya banget, karena selalu mengalah karena dia hebat (iya, lelaki hebat sebenarnya bukanlah lelaki yang terlihat tegas dengan keras membentak istri, tapi bagaimana lelaki yang bisa menghadapi istrinya dengan lemah lembut, karena dia berhasil menaklukan amarahnya, demi istri tercinta).

Namun akhirnya kembali menyerah di tahun ke-8 pernikahan kami.
Dia akhirnya sempat menampar saya, hal yang belum pernah sama sekali dia lakukan selama 16 tahun mengenalnya.

Meskipun sebenarnya nggak nampar-nampar banget sih ya, cuman menyadarkan saya yang histeris karena mendekati despresi.

Maklum dia kurang ilmu, jadi istrinya depresi karena keadaan, malah ditampar, dan menolak ketika diminta anterin ke psikolog.

Bukan hanya itu, saya bahkan diancam dengan pisau besar, yang membuat saya harus lari dan butuh waktu yang lama untuk membebaskan diri dari trauma akan itu.

Oh ya, dia ancam saya bukan karena mau bunuh saya ya, tapi dia kesal karena saya bolak balik mengatakan, kalau ada yang salah dengan saya, dan saya takut banget mencelakakan anak-anak sampai mati.

Dasar dianya miskin ilmu kejiwaan, bukannya diantar ke psikolog, malah diambilkan pisau dan nyuruh saya buktikan ucapan tersebut.

Setelah itu, dia pergi ninggalin saya dengan anak-anak, yang ketika itu ada bayi serta si Kakak yang masih berusia 8 tahunan kalau nggak salah.

Hanya Tuhan yang tahu, bagaimana saya menggigil menahan diri untuk tetap waras, biar nggak mencelakai diri dan anak-anak, karena sendirian di rumah, teramat sangat marah, dan sampai hampir berhalusinasi.

Alhamdulillah Allah masih melindungi anak-anak dan saya ketika itu.

Oh ya, ini cerita lalu ya, saya tahu akan mengusik teman-teman pembaca, saya pun nulis butuh menarik nafas panjang berkali-kali, agar enggak terlalu masuk kembali ke masa menegangkan dan berat dalam hidup saya tersebut.

Jadi kalau temans atau parents berpikir, 
"Ih si Rey, kenapa nggak cerai aja sih? you deserve better!"
Saya lelah menjelaskan, jadi Temans sila cari sendiri jawabannya di label 'Marriage' yang ada di blog ini, atau di label 'Marriage' yang ada di blog reyneraea.com.

Alhamdulillah sih, selama saya menikah, hanya itu kejadian yang mungkin masuk KDRT kali ya, bahkan bisa dibilang KDRT fisik dan mental.

Tapi tenang saja, saya yang jadi pelaku KDRT juga pernah, saya bahkan sering mukul kalau berantem, makanya saya lebih suka teriak dan menjauh.
Daripada mukul kan ye, hadeh sama-sama nggak asyiknya sih Rey, hahaha.

Kalau dipikir-pikir, kayaknya saya ya yang temperamental, cuman untungnya saya terlatih jadi wanita pejuang, which is saya menyadari hal itu, dan belajar mengendalikan kelemahan saya tersebut.

Karena ada juga kan, banyak orang yang bahkan menyadari dia temperamental, tapi dibiarin gitu aja, malah minta dimengerti.

Temperamental saya itu, tidak bercokol begitu saja di diri ini, tapi bersumber dari tontonan yang sering saya lihat dan dengar sepanjang hidup bersama orang tua.

Iya, subhanalaaahh banget dah orang tua saya, khususnya bapak saya itu.
Bapak orangnya memang super temperamental, dulu saya benci setengah mati sama beliau.
Karena beliau sukses bikin saya trauma akan banyak hal.

Namun, setelah menikah, saya baru menyadari, betapa bapak saya tak kalah hebat dan membanggakan dibanding ayah orang lain.

Mengapa?
Ya kayaknya mirip saya kali ya.

Bapak itu, menyadari banget sifat atau karakter dia yang temperamental, jadi dia telah mengsiasati sikap itu, agar sedikitpun tidak menyentuh mama saya.

Iya, bapak kalau marah itu, bahkan nyamuk nggak berani lewat.
Ngamuk kayak orang kesurupan, habis semua barang yang ada di depannya hancur berantakan.

Bahkan kadang, barang yang nggak ada di depannya, misal dia marah di ruang tamu, kalau udah habis kursi dan meja dibanting, eh bapak ke dapur deh, cari sesuatu yang bisa dibanting, hahahaha.

Piring, panci dan segala macam terbang ke luar jendela, ampuuunnn bapak saya itu, mama capek dengan barang-barang yang rusak melulu.

Namun, dari semua kesurupannya dari sifat temperamentalnya, saya sekarang baru menyadari, sebenarnya bapak punya kontrol diri yang lumayan loh.

Mengapa?
Karena sejak kenal mama, sampai beliau meninggal, sedikitpun dia tak pernah menyentuh tubuh mama dengan kasar.

Ngamuk ya sama barang, bahkan kalau ngamuk terus mama mendekat dia kabur takut nggak sengaja mukul mama.

Bukan hanya itu, semarah apapun bapak, bahkan yang paling sering terjadi itu, dia ngamuk ketika lagi mabuk, iyaaa... di Buton itu banyak banget orang mabuk, hiks.
Bahkan mabuk pun, dia sama sekali nggak pernah menyakiti tubuh mama. 

Dan yang baru saya sadari adalah, sengamuk apapun bapak dulu, tapi dia masih bisa mengfilter, barang apa yang akan dia banting atau rusakin.
Dia selalu memilih barang milik sendiri atau milik kami.

Saya ingat, ketika mama pertama kali jadi PNS, kami tinggal di rumah milik pemerintah.
Saya juga masih ingat, kalau rumah itu jendelanya kaca, pintunya dari tripleks.

Tapi, semarah apapun bapak, sampai kami pindah dari rumah itu, nggak ada sedikitpun bagian rumah itu yang rusak.

Bapak nggak pernah sama sekali banting pintu rumah itu, apalagi mecahin kacanya.
Tapi, kebetulan kan rumah itu nggak ada dapurnya, bapak bikin sendiri tambahan dapur, dan coba tebak berapa kali pintu dapur hancur dan kemudian dia perbaiki lagi, wakakakakak.


Suami Memukul Istri Bisa Diakibatkan Berbagai Hal, Selain Temperamental


Saya jadi ingat perkataan teman saya, mantan teman kos saya, seorang gadis cantik dari Lombok yang sekarang udah menikah dengan orang Sulawesi.

Leslar menikah

Dulu, saya khawatir ketika dia memutuskan milih tuh lelaki buat jadi suaminya, karena i know so well, kebanyakan lelaki Sulawesi, khususnya Sulawesi Tenggara ya.
Apalagi, teman saya itu berkata, kalau tuh laki emang nggak sabaran.

Tapi toh akhirnya dia berjodoh dengan lelaki tersebut, sekarang udah belasan tahun pernikahannya dan dia tinggal di Sulawesi ikut suaminya tersebut.

Teman saya tersebut, memang sedikit tertutup dengan kondisinya saat ini, tapi nggak sekali dua kali juga dia memberikan saya nasihat sekaligus bercerita tentang kondisinya.

Intinya, dia baik-baik saja, pernikahannya ada up and down, namun dia pastikan kalau dia aman, nggak sampai kena KDRT.

Lalu dia bercerita, sebenarnya suaminya itu juga pemarah, temperamen.
Tapi mengapa dia nggak pernah kena pukul?

Karena dia takut sama orang marah! 

Itu kuncinya, kalau marah, gantian Mbak Rey!
Begitu katanya.

Jadi, kalau suaminya lagi marah, lagi kesal, atau lagi banyak pikiran.
Dia memilih diam saja, daripada kena tonjok, Mbak! demikian katanya.

Dia juga menambahkan, kalau meski sering diam, bukan berarti dia tertekan dan makan hati dipendam sendiri. 
"Ada waktunya kok Mbak, untuk aku bisa sampaikan uneg-uneg diri ke suami, salah satunya adalah ketika suami lagi dalam suasana hati yang baik"
Hal ini juga disampaikan oleh seorang sahabat saya, yang sekarang udah menikah dan tinggal di Tangerang bersama suaminya.
"Nggak ada gunanya kita menyampaikan uneg-uneg sama suami ketika kita marah, dan dia juga marah, laki hanya akan berkelit dan ujungnya marah hingga memukul, atau memilih kabur!"
Dengan sikap seperti itu, teman-teman saya tersebut, Alhamdulillah bisa menjalani pernikahan dengan aman, meski up and down, tapi Alhamdulillah nggak pernah dikasarin secara fisik oleh suaminya.

Berbeda banget ya sama si Rey, yang menikah dengan lelaki limited edition di dunia ini, saking susahnya nyari lelaki yang sabar banget di masa sekarang ini kan.
Eh nyatanya, saya malah yang pernah kena tampar, sampai akhirnya diperlakukan sampai bikin saya jadi trauma sendiri.

Dari situ saya jadi menyimpulkan beberapa hal, bahwa suami memukul istri itu, nggak melulu karena temperamen, ada juga yang karena si istrinya sendiri yang temperamen, yang bikin suaminya benar-benar kehabisan kesabaran, jadinya malah mukul.

Ini yang sering jadi perhatian saya, karena di zaman now, banyak orang yang menerapkan sejuta syarat dalam memilih pasangan hidup, dan banyak juga yang begitu ketatnya menyeleksi syarat yang dia pegang tersebut.

Sampai akhirnya, dia merasa nggak bisa menemukan lelaki impiannya.
Tanpa disadari, ternyata bukan karena nggak ada lelaki impiannya, tapi juga masalahnya ada di dirinya sendiri.

Ya kayak si Rey itu, cari suami sabar, pada akhirnya menyerah dalam kesabarannya, menimpali sikap temperamen saya tersebut.

Secara umum, mungkin penyebab suami mukul istri, bisa saya simpulkan dari keadaan berikut:
  • Memang temperamen dan tidak bisa menguasai sikap temperamennya.
  • Istrinya yang temperamen, sehingga suaminya habis kesabaran, atau kadang nggak sengaja menangkis pukulan istri, malah istri yang kena pukulan.
  • Istri protes berlebihan di waktu yang tidak tepat, misal suami sedang banyak pikiran.
  • Istri depresi dan suami tak punya ilmu dalam menghadapinya 

Dari berbagai penyebab suami memukul istri tersebut, saya pikir hanya mencari lelaki dengan karakter tidak temperamental, tidak cukup membuat istri aman dari pukulan suami.

Butuh beberapa hal lagi yang harus disepakati bersama, misal saling memberitahukan karakter masing-masing, dan memberitahukan batas kesabaran masing-masing, jadi masing-masing pasangan, tahu kapan saatnya mengajukan komunikasi, kapan harus menundanya.

Karena tadi itu, kebanyakan kasus suami memukul istri yang seperti kondisi Lesti dan Billar ya, karena komunikasi yang tidak tepat waktu, tempat dan caranya.

Meskipun kita semua tahu, ada pihak yang jelas-jelas salah, misal si Billar memang benar-benar selingkuh.

Namun, balik lagi seperti kata sahabat saya, nggak ada gunanya mengkomunikasikan isi hati kita, ketika situasi tidak mendukung.
Yang ada, kitanya bonyok.

Begitulah, menikah memang memaksa manusia untuk menjadi pribadi yang lebih sabar.
Makanya sudah dijelaskan di berbagai agama, kalau menikah itu bukan semata hidup hahagia dengan pasangan pilihan kita, yang kita cintai.

Tapi menikah itu adalah ibadah yang paling sulit dalam hidup, karena waktunya seumur hidup.


Penutup


Suami memukul istri atau melakukan KDRT fisik ke istri, apapun alasannya adalah salah, dan tindakan pengecut banget.

Namun, sebagai istri, kita juga harus bisa melindungi diri dengan baik, agar tidak jadi samsak suami.
Melindungi diri, tidak semata-mata dengan belajar bela diri, karena saya rasa itu bukanlah penyelesaian yang bijak ya.

Bayangkan, suami mukul istri, istri jago bela diri, auto di smack down balik.
Iya, kalau cuman bonyok, kalau ternyata sampai mati, gimana?
Kita juga kan yang rugi, 

Karena menurut saya, menyelesaikan masalah tanpa kekerasan itu jauh lebih aman dan bijak, terlebih kalau kita udah jadi orang tua dan ada anak yang bisa melihat orang tuanya ketika berantem.

So, perlu banget mengsiasati agar suami nggak sampai memukul, dan istripun juga nggak ikutan jadi pelaku KDRT.

how about you, parents?

Sidoarjo, 30 September 2022


Sumber: Opini dan pengalaman pribadi
Gambar: berbagai sumber

3 comments for "Suami Memukul Istri atau KDRT Bisa Diakibatkan Berbagai Hal, Selain Temperamental"

  1. speechless dong mba baca pengalaman kelam mba rey dan berita akhir-akhir ini. semoga KDRT yang di maksudkan hanya sekali seumur hidup. Tidak untuk ditiru, di cari alibinya apalagi dibenarkan.
    Bagaimana pun melukai pasangan dengan dalih emosi tidak terkontrol bisa membuat luka batin lebih dalam lagi, udah capek fisik capek mental.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Intinya memang butuh kerja sama kedua belah pihak, terutama jika pilihannya mempertahankan hubungan.
      Karena sebenarnya nggak semua orang yang temperamen bisa KDRT, orang yang sabar pun bisa berpeluang KDRT jika istri sering menyerang suami duluan, dan itu masuk di data yang dihimpun oleh Kemenppa

      Delete
  2. Jadi ingat semasa masih muda. Sering berantam ma suami. Jujur. Saya dan suami sama2 bermasalah dalam tempramen. Ujung2 sering ribut. Tapi alhamdulillah tak sampai melakujan kekerssan fisik. Tetapi menurutkuh, batin tersakiti dampaknya melebihi kdrt.

    ReplyDelete