Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sebelum Punya Anak, Terima dan Maafkanlah Orang Tua

Konten [Tampil]
Menerima dan memaafkan orang tua

Parenting By Rey - Zaman sekarang, banyak banget ilmu-ilmu parenting atau pengasuhan yang beredar dan mudah didapatkan di mana saja.

Saya rasa, itu adalah sebuah kemajuan dan kabar baik untuk generasi yang akan datang.

Bagaimana tidak?
Akhirnya akan tumbuh para generasi dari anak-anak yang diasuh dan dibesarkan dengan lebih baik lagi.

Tumbuh kembang anakpun jauh lebih baik, karena selalu mendapatkan perhatian lebih bagi orang tua.
Sehingga hal-hal yang bisa dicegah, akan lebih dini terdeteksi.

Dan bukan hanya itu, perkembangan mental anak pun, seharusnya jauh lebih baik, karena banyaknya orang tua yang lebih sadar akan ilmu pengasuhan yang lebih baik lagi.

Harusnya sih begitu.
Tapi, sepertinya nggak melulu begitu.


Anak-Anak Di bawah Pengasuhan Ibu yang Tertekan


Bahkan sebelum adanya pandemi, banyak ibu yang mengeluh, karena merasa gagal menjadi ibu yang baik buat anak-anaknya.

Tidak terkecuali saya.
Sekuat tenaga mengubah mindset bahwa anak-anak butuh ibu yang baik dan ada buat mereka.
Nyatanya, tak jarang saya juga menjadi monster yang menakutkan buat mereka.

Terlebih di masa pandemi ini.
Rasanya, saya sering ketakutan dengan perkembangan mental anak-anak, khususnya si kakak.

Si Kakak yang sudah berusia 10 tahun, sudah setahun belakangan ini, kesehariannya hanya berputar di rumah saja.

Berkutat dengan sekolah online, beberes rumah yang menjadi tugasnya, berantem dan sering jadinya disalahkan karena adiknya jejeritan.

Dalam hati saya, ingin memaklumi, bahwa si kakak juga manusia, dia juga butuh dibela, tapi ujung-ujungnya, dengan pemikiran bahwa menyalahkan si adik yang baru 3 tahun itu adalah sebuah kesia-siaan, terlebih saya butuh waktu yang banyak untuk hal-hal lain, jadilah mengambil jalan tercepat, dengan meminta si kakak mengalah.

Iya, saya tahu itu salah, tapi entah mengapa selalu saya lakukan.
Kondisi adalah salah satu alasan yang bisa dijadikan kambing hitam.

Tapi, ketika saya mencoba menggali diri sendiri lebih dalam.
Saya jadi menyadari satu hal, yaitu ketika saya marah kepada si kakak, satu hal yang paling menguasai pikiran saya adalah, waktu kecil, saya nggak nyusahin mama dengan hal seperti itu, dan orang tua bakalan marah besar, kalau saya berantem apalagi sampai jejeritan bersama saudara sendiri.

Iya, saya membandingkan masa kecil saya, dengan masa kecil si kakak.
Padahal ya, beda kondisi!
Dan beda personalnya kan ye!
Hiks.


Belajar Menerima dan Memaafkan Orang Tua


Inner child.
Mungkin itu bahasa kerennya, yang terjadi pada saya, dan menjadi salah satu penyebab saya menjadi ibu yang kayak monster, dan lebih sedihnya adalah, saya menyadari kalau itu salah.

Sebelum menjadi orang tua

Saya menyadari, kalau anak-anak bukanlah saya, dan anak-anak sama sekali tidak bertanggung jawab atas apa yang saya alami di masa kecil dulu.

Semua hal yang saya alami dulu, ketidak bahagian yang mungkin saya rasakan.
Kesedihan, kesepian dan segala hal yang nggak menyenangkan untuk dikenang, adalah murni antara saya dan orang tua.

Lalu, apa yang harus saya lakukan?
Menyalahkan orang tua?
Saya rasa itu bukan jalan keluar yang bijak.

Lama saya termenung akan hal tersebut, sambil dikejar-kejar oleh sisi dalam diri saya yang lain, yang mengatakan bahwa saya tak boleh terlalu lama membiarkan hal salah ini terjadi, dan saya harus segera mencari jalan keluarnya, sampai saya semacam mendapatkan notice dari pencarian saya.

Adalah sebuah jawaban, bahwa yang harus saya lakukan adalah, tak perlu berusaha melupakan semua kejadian masa kecil saya, tapi berusaha menerima semuanya sebagai bagian hidup saya, dan memaafkan orang tua untuk semua hal yang mungkin saja mereka tak sadar melakukan hal tersebut, karena ketidak tahuan mereka akan ilmu pengasuhan atau parenting yang juga harus memperhatikan mental anak.

Otak manusia memang dirancang oleh Sang Pencipta untuk selalu mengingat semua hal yang pernah dialaminya, sampai nanti mungkin manusianya pikun atau amnesia.

Karenanya, adalah sebuah kemustahilan memaksa diri untuk melupakan hal yang bikin kita sedih sampai terbawa dalam rekaman pikiran kita hingga saat telah menjadi orang tua, dan tanpa sadar menyalahkan anak akan perasaan sedih kita itu.

Karenanya, belajar menerimanya, lalu memaafkan orang tua yang sebenarnya, bahkan kita berikan semua maaf kitapun, tak bisa membalas semua jasa mereka yang telah susah payah mengandung dan membesarkan kita.

Dengan memaafkan kedua orang tua kita, secara tidak langsung membuat mental kita jadi lebih baik, berhenti menyalahkan masa kecil sendiri, apalagi sampai memberikan efek negatif ke anak-anak, yang seringnya banyak orang tua tak sadar akan hal itu.

Memaafkan, siapapun itu, akan membuat batin kita tenang.
Dan menerima semua pengalaman hidup kita di masa kecil, akan membuat kita tak mudah meledak dan menyalahkan orang lain, termasuk anak, ketika ada yang memicu kita hingga mengingat hal tersebut.

Karenanya, menurut saya, salah satu hal yang penting, yang harus orang tua siapkan sebelum mempunyai anak adalah, dengan menerima masa kecil atau masa lalunya sendiri, dan memaafkan pola asuh orang tua yang menurut kita salah.

Karena, sehebat apapun ilmu parenting atau pengasuhan di masa sekarang, tak akan ada artinya, kalau memang diri kita sebagai orang tua, khususnya ibu yang notabene lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak di rumah, ternyata masih menyimpan kenangan buruk di masa kecil, dan selalu meledak jika anak tak sengaja menjadi pemicunya.

Ketika kita meledakan emosi pada anak, saat mereka menjadi pemicunya, dan itu memang tak bisa kita hindari.
Maka kacaulah semua ilmu parenting yang kita pelajari dan ketahui.

Dan menurut saya, itulah hakikatnya, mengapa anak butuh ibu yang bahagia.
Bukan ibu yang hanya bisa bahagia, kalau dibahagiakan.

Tapi ibu maupun ayah, yang selalu bisa bahagia, dan menganggap anak adalah sumber kebahagiaan nya.

Demikianlah.

Sidoarjo, 7 April 2021


Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "Sebelum Punya Anak, Terima dan Maafkanlah Orang Tua"