Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya Membaca Untuk Otak Anak, Tak Bisa Tergantikan Video

Konten [Tampil]

membaca tak bisa digantikan tiktok

"Membaca buku itu, tidak bisa digantikan dengan TikTok atau menonton film, karena kerja otak itu, hanya bisa dilatih menjadi tajam, kalau otak itu berdialog. Jadi, pemikiran anak akan tumpul, bukan bodoh ya. Tapi jadi tidak cukup kritis dan tajam untuk meng-konfrontasi kesadaran kita, dengan masalah-masalah yang ada."

Ada yang sudah pernah membaca tulisan di atas? atau mungkin mendengar sendiri si pemilik pertama kali kalimat itu muncul, ada di video media sosial?.

Yup, kalimat tersebut diucapkan oleh seorang filsuf, ilmuwan bahkan pejuang kemanusiaan, Ibu Karina Supelli.

Ketika pertama kali muncul video itu, saat saya kebingungan mencari ide yang menarik buat ditulis hari ini. Saya langsung berseru, kalau ini harus banget ditulis!.

Karena saya sendiri merasakan apa yang dikatakan si Ibu.


Membaca Bikin Imajinasi Lebih Terasah Dari Pengalaman Pribadi

Bagi yang pernah membaca beberapa tulisan saya di blog ini, terlebih di blog saya lainnya, reyneraea.com, mungkin pernah membaca cerita saya di masa kecil yang suka banget membaca.

Saking sukanya membaca, dan kebetulan ortu nggak punya uang lebih buat beliin saya buku cerita, akhirnya buku pelajaranpun habis dibaca.

Bahkan, ketika lagi di jalan dan nemu kertas potongan yang ada tulisannya, pasti saya pungut dan baca tuntas.

Dan dari pengalaman tersebut, saya tumbuh jadi sosok manusia yang lebih mudah memahami sesuatu melalui tulisan, ketimbang visual.

Terlebih didukung dengan salah satu sifat negatif saya, nggak sabaran, nggak percayaan pulak. Jadi, setiap kali saya liat sebuah informasi menarik dari video pendek, entah di instagram atau Tiktok. Langsung deh saya tutup medsos itu, dan auto buka google. Googling dan cari informasi lewat bacaan.

Meskipun kegiatan membaca setelah saya menua ini jadi sebuah hal yang tidak lagi semenarik ketika kecil. Mungkin karena saya lebih butuh menulis, dan seringnya menulis adalah cara saya untuk membaca alias bantu saya untuk terus bisa membaca.

Tapi, masih teringat banget bagaimana sensasi membaca sejak kecil dulu. Hal yang paling menyenangkan adalah, ketika saya membaca lalu berimajinasi seolah bacaan itu menari di depan mata saya. Terbayang-bayang bahkan sampai terbawa mimpi.

Dan jujur, sensasi itu tidak pernah saya dapatkan ketika saya menonton film, padahal nonton film juga merupakan salah satu hobi saya.

Nggak tahu ya, saya belum googling lebih dalam tentang sisi ilmiah yang menjelaskan hal ini. Apakah benar membaca itu memang bikin orang lebih mudah memahami sesuatu secara konkrit ketimbang nonton video.

Yang saya tahu, hal yang dirasakan memang persis seperti kata ibu Karina Supelli, di mana ketika membaca, otak kita tuh diajak untuk berdialog, karena yang bekerja langsung kan cuman mata dalam menangkap tulisan.

Jadi, masih ada kerjaan lain yang harus dilakukan sebelum semua cerita tulisan itu benar-benar sampai dengan detail ke pikiran. Yaitu bagaimana saya berimajinasi menggambarkan apa yang saya baca itu.

Beda dengan menonton, tubuh dan indra kita dimanjakan banget, di mana bukan sebatas tulisan, tapi kita udah dikasih tahu, kayak 'gini loh penampakannya'.

Ibaratnya, kalau membaca itu, kayak kita menulis artikel secara natural. Sementara menonton, kayak kita menulis artikel tapi minta bantuin AI kek si ChatGPT *eh, hahaha.

Bukti lainnya yang bisa saya tangkap dari perkataan ibu Karina tersebut adalah, apa yang saya baca tuh jauh lebih bisa disimpan otak saya, ketimbang apa yang saya tonton.

Saya udah menonton begitu banyak film, tapi percaya atau enggak, banyak loh yang saya lupa. Entah lupa judul (wah ini mah udah pasti lupa, hahaha), lupa ceritanya, lupa kalau udah ditonton jadinya ditonton berkali-kali, sambil menikmati alam bawah sadar berbisik.

"Ih kayaknya kok saya udah pernah nonton ini ya!"

Suatu saat, saya pernah menyortir benda-benda nggak penting untuk dibuang aja. Salah satunya ratusan DVD yang dulu sering saya beli ketika ngemall. Dan saya kaget, ternyata benar kalau film yang pernah saya tonton sambil mikir, keknya pernah ditonton deh. Ya emang udah pernah, tapi saya nggak ingat dengan jelas, hahaha.   

Tapi fun fact-nya, saya bahkan masih mengingat beberapa buku yang pernah saya baca ketika masih kecil dulu. Kayak buku Tom Sawyer, ada pula buku berjudul Tirta yang menceritakan bagaimana perjalanan air dari awan jatuh ke bumi, lalu mengalir ke sana ke mari sampai akhirnya ke laut.

Beberapa buku cerita atau novel yang pernah saya baca ketika dewasa juga masih diingat ceritanya. Entahlah, mungkin itu yang dinamakan imajinasi yang bekerja mendeskripsikan tulisan atau cerita yang saya dalam bentuk visual di pikiran, bikin otak jadi lebih lama menyimpannya.

Mungkin loh ya!.  


Pentingnya Membiasakan Anak Membaca untuk Melatih Otaknya

Berawal dari pengalaman tersebut, membawa saya menua dengan jadi ibu yang lebih mendorong anak-anak suka baca.

pentingnya membiasakan anak membaca

Cara saya sebenarnya enggak terlalu strict banget memaksa anak wajib membaca. Tapi bisa dibilang pemaksaan secara halus, hahaha.

Saya selalu membatasi semua aktivitas anak lainnya, selain membaca. Screen time hanya boleh weekend atau saat terpaksa saja. 

Aktivitas main lain yang anak-anak suka sebenarnya ada, seperti main monopoli, atau main mobil-mobilan, main Uno.

Itupun saya batasi.

Mereka juga jarang main ke luar rumah, apalagi si Adik yang merupakan generasi pandemi di rumah aja mulu ya. Jadinya dia tumbuh jadi anak yang mencintai di rumah aja. 

Bahkan ketika diajak jalan-jalan, dia selalu minta mau pulang, lebih suka main di rumah, entah itu main mobil-mobilan, atau semata cuman bercanda sama kakaknya.

Nah, karena itulah, si Kakak yang sejak kecil sering diajak jalan-jalan, jadi bosan di rumah saja. Maka pelariannya ya ke buku, dan si Adik meniru kakaknya dengan sangat baik, hehehe.

Dan begitulah, berawal dari (mungkin) sedikit meniru hobi maminya yang ketika kecil suka baca, ditambah lebih banyak porsinya pelarian dari bosan di rumah nggak boleh ngapa-ngapain. Jadilah mereka, anak-anak yang suka membaca, terlebih maminya juga mendukung penuh dengan memotivasi mereka agar jadi anak gemar membaca

Menurut saya, penting banget membiasakan anak untuk membaca, karena di zaman sekarang tuh, literasi sudah sangat minim.

Ditambah dengan gempuran video pendek di medsos yang lebih menarik bagi banyak orang. Padahal nggak semua video yang beredar di medsos itu bisa dipercaya kebenarannya.

Video panjang membosankan, video pendek tidak bisa memuat semua informasi yang benar. Buat saya, yang paling bisa dipercaya tuh membaca artikel di website terpercaya, dan bisa dicocokan dengan beberapa artikel lainnya.

Untuk itu, wajib banget punya literasi yang baik, bermodalkan suka baca.

Di sisi lain, saya bisa merasakan bagaimana bisa dengan lancar berdiskusi dengan si Kakak, ketika dia membaca buku, ketimbang dia menonton sebuah video pendek.

That's why, saya mengamini bahwa apa yang dikatakan ibu Karina Supelli itu memang benar karena saya rasakan sendiri pengaruhnya di anak-anak yang suka baca..


Sisi Negatif Anak Menonton Berdasarkan Pengalaman MamiRey

Nah, alasan utama mengapa saya lebih mengarahkan anak-anak untuk suka baca ketimbang screen time even alasannya untuk belajar, bahkan si Kakak misalnya yang suka banget baca Gramedia Digital. 

Karena kerasa banget bagaimana fokus anak-anak tuh auto hilang ingatan ketika mereka sedang memperhatikan layar gadget. 

tips anak suka baca

Mau main game kek, mau baca di Gramedia Digital kek, nonton YouTube kek. Masya Allaaaaah, maminya sampai bertanduk karena ngajak ngomong mereka, kagak dibalas dong.

Apalagi diminta melakukan sesuatu, boro-boro bilang, 

"Entar!"

Yang mana kalau mereka berani entar-entar udah keburu jadi singa maminya. Eh yang ini malah sama sekali nggak dengar loh.

Beneran serem juga screen time atau video membajak semua perhatian anak-anak sehingga fokus mereka cuman 1 aja, ya screen gadget itu saja. 

Lebih kesal lagi maminya, ketika akhirnya mereka udah selesai screen time, kalau ditanya sesuatu tuh kayak nggak nyambung. Dan diajak diskusi tentang film yang mereka tonton misalnya, jawabannya cuman sebatas filmnya aja, nggak ada kreatifitas berpikir untuk mengembangkan cerita film dalam hal-hal keseharian semacam mengambil hikmah dari film tersebut.

Setidaknya, dari cerita pengalaman itulah yang membuat saya lebih suka mengarahkan anak-anak ke hobi membaca. Meskipun dengan pemaksaan secara halus.

Bukan berarti menyimpulkan bahwa anak-anak yang belajar dari video itu buruk ya. Bisa jadi kan pengalaman orang lain dalam membersamai anak-anaknya, berbeda dengan saya.

Kalau parents lainnya, gimana nih?


Surabaya, 29 April 2024

Parenting By Rey - Reyne Raea

Sumber: 

  • Opini dan pengalaman pribadi
  • IG @bukukompas
Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "Pentingnya Membaca Untuk Otak Anak, Tak Bisa Tergantikan Video"