Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tips Mendampingi Istri Korban KDRT Agar Terbebas Dari Suaminya

Konten [Tampil]

tips dampingi korban kdrt

Membantu korban KDRT lepas dari jerat kekerasan yang dialaminya itu susah-susah susah, gampangnya susah, hahaha.

Sudah banyak terjadi di masyarakat, semua cerita KDRT seringnya berakhir menyedihkan. Kalau bukan menyedihkan bagi si korban. Ya menyedihkan bagi netizen yang geram karena keputusan akhir korban yang ujungnya memilih balik lagi, dan bertahan dengan suami yang kasar.

Masih ingat kasus menggemparkan dari peristiwa laporan penyanyi dangdut Lesti Kejora ke polisi akan dugaan menerima kekerasan dari Rizky Bilar, sang suami.

Luar biasa reaksi netizen, hampir semua pihak mendukung Lesti dan salut akan sikapnya yang melaporkan suaminya ke polisi.

Seiring waktu, netizen mulai kesal karena tidak ada statement apapun dari Lesti akan kasus yang menggemparkan tersebut. Yang akhirnya memecah 2 kubu dari netizen, di mana satunya mendukung Lesti memaafkan suaminya. Kubu lainnya mendukung Lesti segera berpisah dari suaminya yang kasar tersebut.

Dan boom! Lesti akhirnya muncul di publik dengan ditemani ayahnya, Endang Mulyana. Yang berakhir dengan mencabut laporannya dan membebaskan suaminya dari jeratan hukum KDRT.

Bukan main sakit hatinya netizen, dan saya cuman mesem-mesem aja, karena sudah menduga sejak awal kalau akan berakhir damai, hahaha.

Setelah itu, masih banyak kasus-kasus KDRT khususnya yang dialami oleh istri, bahkan ada yang berakhir menyedihkan.

Sebut saja kasus pembunuhan sadis yang dilakukan seorang suami bernama Nando, kepada istrinya Mega di Bekasi. Ditemukan fakta bahwa ternyata sebelumnya, sang korban sudah pernah melaporkan tentang KDRT suaminya ke polisi. Sayangnya, konon laporan tersebut tidak lantas diproses entah karena apa.

Kasus KDRT yang baru-baru saja menghebohkan dunia media sosial juga belum lama terjadi. Dialah dokter Qory, yang awalnya dilaporkan oleh suaminya sendiri bahwa dia menghilang.

Tidak lama terkuak fakta, bahwa ternyata istrinya menghilang karena sering mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami. Mirisnya, ternyata dokter Qory saat itu sedang mengandung 6 bulan.

Netizen miris, sedih dan kesal setelah mengetahui, kalau dalam rumah tangganya, dokter Qory lah yang bertindak sebagai tulang punggung. Suaminya menganggur dan bergantung seutuhnya pada pemasukan dari dokter Qory.

Dengan posisi tersebut, sungguh netizen geram, melihat kebodohan yang dilakukan dokter Qory membiarkan suaminya melakukan KDRT padanya.

Meski demikian sebagian netizen mendukung sikap sang dokter untuk melaporkan tindakan kasar sang suami ke kepolisian. Bahkan netizen berusaha menggalang dana sebagai modal agar dokter Qory bisa lebih mandiri dan tidak lagi memikirkan suami kasarnya itu.

Sayangnya penggalangan dana itu nggak berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian dibatalkan karena merebak kabar jika dokter Qory akan mencabut laporannya di kepolisian dan memaafkan suaminya.

Tidak terperikan geramnya netizen, sementara seperti biasa, si Rey cuman mesem-mesem aja. Karena sudah menduga sejak awal.

Tak semudah itu memisahkan korban KDRT dari pelakunya, butuh waktu banget. Setidaknya sampai si korban benar-benar siap meninggalkan suaminya, bukan karena dorongan orang lain, tapi karena kesadarannya sendiri.

Keburu metong dong, kayak korban yang akhirnya dibunuh dengan sadis oleh suaminya yang kasar.

Ya emang! karena butuh orang yang benar-benar peduli, untuk bisa membantu korban KDRT lepas dari kekerasan yang ada. Bukan hanya orang yang cuman bisa berkomentar doang.

Di sisi lain, beberapa hari lalu tuh saya nonton serial 'Merajut Dendam' di aplikasi Vidio. Dan ternyata serial ini bagus dong, bercerita tentang KDRT mental. Dan iyes! meski si istri itu pintar, bahkan lebih pintar dari sang suami yang sering selingkuh itu. 

Dia juga punya ibu dan adik yang selalu support apapun keputusannya. Punya anak-anak yang sangat mencintainya.

Tapi dia nggak bisa dong ninggalin suaminya. Diam aja tuh meski bertahun-tahun tahu persis kalau suaminya bolak balik selingkuh dengan banyak wanita di luar sana.

See, nggak mudah tauk membuat istri korban KDRT bisa lepas gitu aja dari suaminya.


Fakta Penyebab Istri Korban KDRT Sulit Lepas dari Suami Kasar

Pada dasarnya, bukanlah hal mudah bagi seorang istri (khususnya) untuk bisa lepas dari hubungan toksik dengan suami yang kasar.

korban kdrt butuh dukungan

Saya sendiri sering mikir, udah bertahun-tahun nggak pernah lagi akur dengan papinya anak-anak. Sampai-sampai beberapa teman selalu gemas dan menyarankan untuk bercerai.

Jujur saya nggak mau, alasannya saya belum punya penghasilan cukup untuk membiayai hidup kedua anak saya.

Tapi, di sisi lain saya kembali berpikir, benarkah jika memang akhirnya saya punya penghasilan tetap setiap bulannya. Di mana penghasilan itu sudah cukup bahkan lebih stabil dalam membiayai hidup sendiri dan anak-anak. Apakah saya berani dan sanggup hidup sendiri?.

Kayaknya nggak semudah itu deh, terlebih dalam kondisi saya yang memang sudah nggak punya siapapun selain anak-anak. Mama dan kakak sudah menganggap saya nggak ada di dunia ini. Bapak yang selalu membela saya juga sudah nggak ada di dunia ini.

Dan sepertinya, meski kami nyaris nggak pernah lagi ada komunikasi, tapi sedikit banyak saya masih merasa 'punya seseorang', saat ini.  

Dan dari pengalaman sendiri, serta melihat banyak kasus dan pengalaman orang. Saya bisa menyimpulkan, bahwa penyebab istri korban KDRT sulit meninggalkan suaminya, dikarenakan:


1. Istri korban KDRT sulit meninggalkan suaminya karena punya mental issue

Kalau menurut saya, dari pengalaman diri sendiri misalnya. Sebenarnya istri-istri yang sulit melepaskan suaminya meski abusive itu, karena si istri punya mental issue yang membuatnya tergantung secara mental kepada sang suami.

Ada yang punya luka batin masa kecil, dan suaminya melengkapinya mengisi kekosongan yang inner child-nya butuhkan. 

Kalau sudah begini, jadinya kayak anak kecil sama ibu atau ortunya. Mau sekasar dan sejahat apapun ibu atau ortunya, si anak tidak akan pernah bisa diajak menjauh dari ibunya.

Ini sering terjadi di dunia nyata loh, liat aja tuh anak kecil, mau kita bentak dan gebukin sekalipun, abis itu datang lagi mereka memeluk maknya atau ortunya.

Para korban KDRT ini, hampir sama seperti itu kondisinya.


2. Istri korban KDRT sulit meninggalkan suaminya karena manipulatif

Sudahlah si istri punya mental issue yang membuatnya nggak bisa jauh dari suaminya, meski dikasarin. Suaminya yang mungkin sama-sama punya mental issue, juga susah lepas dari istrinya yang selalu memaafkan sikap kasarnya.

Jadinya muncullah niat untuk mempertahankan si istri, dengan cara manipulasi, biar apapun yang dia lakukan, istrinya nggak akan pernah meninggalkannya.

Semakin sulitlah si istri meninggalkan suaminya, meski udah bonyok-bonyok, baik mental maupun fisik.


3. Istri korban KDRT sulit meninggalkan suaminya karena masih mencintai suaminya

Fakta yang paling masuk akal juga, yang menjelaskan alasan mengapa seorang istri sulit meninggalkan suaminya meski KDRT. Karena masih cinta.

Udah deh, kalau udah ngomongin cinta, digebukin sampai berdarah juga dirasa sebagai bukti cinta ala physical touch, hahahaha.

Tapi, sejujurnya masalah cinta begini jauh lebih mudah dihadapi. Yang perlu dilakukan adalah berikan waktu, sampai semua rasa sakitnya memudarkan cinta di hati si istri.

Kalau si istri udah mati rasa, percayalah, akan lebih mudah untuk menyelamatkan si istri dari suami abusive-nya.

Ya kayak si Dinda dalam serial Merajut Dendam, yang akhirnya mati rasa setelah bertahun-tahun dikhianati suaminya. Ketika mati rasa, logikanya pun berjalan dengan baik. Dan sukses menendang suami abusive-nya sampai ke dasar jurang. 


Begini Cara Agar Istri Korban KDRT Terbebas Dari Suami Kasar

Selalu ada peluang untuk istri korban KDRT terlepas dari suaminya yang kasar. Namun untuk itu, butuh banget dukungan penuh orang-orang di sekitarnya, khususnya keluarga atau siapapun yang benar-benar peduli dengannya.

cara bantu korban kdrt

Caranya dengan didampingi, sampai si korban KDRT benar-benar merasa kalau ada orang lain yang bisa dia andalkan, selain suami abusive-nya itu. 

Dan untuk itu memang butuh waktu yang tidak bisa hanya sesekali dan sebentar doang. 

Ibaratnya gini, si istri korban KDRT susah lepas dari suaminya, karena emang butuh orang yang selalu ada buat dia. 

Dan di dunia ini, hanya suaminya lah, yang meski abusive, suka selingkuh dan semacamnya, tapi dia benar-benar hadir, nggak cuman hadir dan kasih nasihat mulu, kek orang kebanyakan, hahaha.

Saya rasa, korban KDRT itu nggak butuh nasihat. Mereka butuh kehadiran orang lain secara nyata. Mereka butuh yakin, kalau ada tempat lain yang lebih aman dan nyaman, selain suami abusive-nya itu.

Dan setelah menyadari hal itu, perjalanan hatinya menjadi mati rasa akan lebih cepat terjadinya.

Ketika sudah mati rasa, akan lebih mudah baginya mengedepankan logika. Sehingga dia bisa benar-benar mengatur rencana yang sempurna, untuk bisa lepas dari suaminya tersebut. 

Seperti Dinda dalam serial 'Merajut Dendam', yang akhirnya bercerai dengan suaminya, ketika dia sudah berhasil jadi gubernur.

Juga seperti cerita drakor menggemparkan TWoM. Di mana si istri berhasil meninggalkan suami tukang selingkuhnya, dan berdamai dengan kehidupannya tanpa suaminya.

Dalam dunia nyata saya mengenal sosok seorang teman blogger di Surabaya, kalau nggak salah namanya Dini Surya. Di mana kisahnya juga sangat hebat, dia berhasil menyusun rencana untuk kabur dari suaminya.

Dan setelahnya dia lalu belajar ilmu bela diri, agar bisa menjaga dirinya dan anak-anaknya dari suaminya yang kasar.

Saya pikir, akan sulit bagi Mbak Dini lepas dari suaminya, kalau dia masih cinta suaminya, apalagi nggak ada tempat atau siapapun yang dituju dan bisa membantunya. 

 

Tips Mendampingi Istri Korban KDRT Agar Terbebas Dari Suaminya yang Kasar

Nah untuk itulah, dibutuhkan support luar biasa dalam mendampingi korban KDRT agar lepas dari suaminya.

tips dampingi korban kdrt

Saya menyebut luar biasa, karena sesungguhnya tidak mudah. Nggak bisa hanya dengan hadir sesekali memberikan bantuan.

Nggak bisa hanya dengan memaksa korban KDRT untuk cerai dari suaminya, tanpa didampingi sepanjang perjalanan masa itu.

Bahkan, dikasih uang banyak buat modal hiduppun, kayak dokter Qory. Nggak bisa serta merta bikin korban KDRT bisa dengan bebas melenggang pergi dari suaminya.

Dan menurut saya ini tips, bagi yang memang berniat mendampingi istri korban KDRT terlepas dari suaminya:


1. Kuatkan mental dan niatkan membantu karena benar-benar peduli

Hal pertama adalah kuatkan mental diri sendiri dulu. Amat sangat menguras kewarasan tauk kalau setiap saat kita mendengarkan curhatan apalagi terlibat langsung dalam masalah rumah tangga yang KDRT.

Rasa gemas pengen gebukin suami yang kayak banci itu, beraninya nyakitin perempuan, kan ya. Rasa bete luar biasa ketika setelah kita temani dia mencurahkan semua kesakitannya di KDRT sama suaminya.

Eh besoknya kita liat dia udah mesra-mesra lagi sama suaminya. Duuuhhh lama-lama kita yang depresi, hahaha.

Karenanya, hal pertama yang harus dilakukan adalah menguatkan mental diri, dan memastikan diri untuk selalu ingat targetnya adalah membantu karena benar-benar peduli


2. Selalu ada untuk korban untuk memupuk kepercayaannya

Membantu korban KDRT terlepas dari suaminya yang kasar itu, berarti kita bersaing sama suaminya. Dan membuktikan kepada korban, bahwa bukan cuman suaminya yang peduli sama dia, kita juga jauh lebih peduli.

Untuk itu, wajib banget kita selalu ada, nggak pernah bosan membersamai dan menemaninya melewati masa kelam di hidupnya, untuk bebas dari suaminya.


3. Selalu mendengarkan keluhan korban, dan berikan ide ketika dibutuhkan

Percayalah, orang dewasa itu, sulit menerima nasihat.

Apalagi para korban KDRT.

Nasihat buat mereka tuh terdengar kayak judgemental, yang bikin dia makin berpikir. Bahwa suami abusive-nya jauh lebih nyata, ketimbang orang lain yang omdo dan nggak bisa memahami kondisinya. 

Karenanya, peran hanya mendengarkan itu penting, dan hanya memberikan ide atau nasihat ketika dia minta. Itupun sebaiknya berilah ide yang tidak serta merta memojokan si korban.

Intinya, bikin korban KDRT merasa nyaman dengan orang yang support dia.


4. Selalu mendukung apapun keputusan korban

Yang terpenting juga adalah siapkan mental untuk selalu mendukung korban KDRT dalam memutuskan apapun. Jadi, jangan langsung bete ketika semalaman menemani si korban curhat nangis-nangis. Eh besoknya udah mesra-mesraan sama suaminya, wakakkaka.

Memang nyebelin sih, tapi nggak ada jalan lain, selain merebut simpati dan hati korban KDRT, agar mudah baginya meninggalkan suaminya yang kasar itu.


Kesimpulan dan Penutup

Saya rasa, hingga saat ini masih banyak orang yang nggak bisa benar-benar membantu pelaku KDRT untuk lepas dari hubungan toksik dan berbahaya itu.

Penyebabnya adalah, para supporter tersebut, tidak bisa memberikan apa yang korban KDRT butuhkan. Yaitu ketenangan mental.

Tidak heran, bahkan kasus KDRT yang menggemparkan, sampai bikin netizen menggalang dana untuk modal hidup si korban KDRT. Tidak lantas membuat si korban bisa lepas dengan percaya diri, menjauh dari hubungan toksik.

Karena sebenarnya, bukan hanya uang yang mereka butuhkan, tapi mental yang sehat.

How about you?


Surabaya, 15 Desember 2023

#FridayMarriage at Parenting By Rey

Sumber: 

  • Opini dan pengalaman pribadi
  • Serial Merajut Dendam
  • https://www.antaranews.com/berita/3844674/kemenpppa-dokter-qory-tidak-cabut-laporan-polisi-soal-kdrt diakses 15 Desember 2023
  • https://news.detik.com/berita/d-6925147/suami-sadis-yang-bunuh-istri-di-bekasi-pernah-dilaporkan-kdrt diakses 15 Desember 2023

Gambar: Canva edit by Rey

4 comments for "Tips Mendampingi Istri Korban KDRT Agar Terbebas Dari Suaminya"

  1. Suka gemes ya mbak, ada lagi yang toksik hanya pada istri dan anaknya tapi di luaran suaminya selalu baik bahkan pada mertuanya shg mana percaya orang2 terdekatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang begini ini seringnya bikin depresi istrinya ya Mba

      Delete
  2. Setelah dipikir, aku akhirnya bisa paham saat baca perumpamaan yg dipakai anak kecil yg sering dipukul tapi tetap saja kembali ke ortunya.

    Dan bener Rey, mendampingi korban kdrt ini ga bisa cuma sebentar, apalagi kalo dia sudah mengalami ini lama banget. Pastinya LBH susah untuk membangun kembali kepercayaan dia terhadap orang lain :(. Mungkin memang butuh lembaga khusus yg lebih bisa memahami dan fokus kepada mereka. Tapi terkadang jumlah korbannya dan orang di lembaga itu juga ga balance. Yg bikin ttp aja para korban nya tidak bisa dihandle trus menerus.

    Kita sebagai netizen memang lebih gampang menasehati yaa, padahal nyatanya, disuruh mendampingi trus menerus ya ga mau, Krn kita juga punya kesibukan sendiri. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya Mba, aslinya semua korban KDRT itu punya masalah mental tersendiri, makanya dia sulit mandiri. Biarpun secara fisik kita liat, dia punya penghasilan dan semacamnya

      Delete