Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Moms, Pamer Nilai Raport Anak Itu Nggak Salah Kok!

Konten [Tampil]
Pamer nilai raport anak

Parenting By Rey - Lagi musim terima raport ya, bertepatan dengan kenaikan kelas, dan kelulusan anak-anak sekolah.

Di saat kayak gini, perdebatan masalah pamer nilai raport anak, mulai lagi diperbincangkan di hampir semua linimasa media sosial 
Di sela-sela, banyaknya foto nilai raport anak, foto anak tampil di acara perpisahan kelas maupun wisuda bagi yang udah lulus, disela pula foto-foto mamak-mamak wali murid yang tampil all out bak para mama-mama sosialita.

Tak kalah banyak pula, berbagai postingan dengan tema 'di larang pamer raport anak!' atau 'stop pamer raport anak!' atau juga yang paling bikin kesal (sayanya sih yang kesal) 'Rangking kelas dan IPK atau Nem, sama sekali nggak menjamin kesuksesan anak', beredar luas dan di-share banyak orang.

Saya bukanlah tipe mamak-mamak yang demen share tentang anak, bukan nggak suka, tapi terbatas banget waktunya, hahaha.
Tapi suer deh, lama-lama eneg juga sama postingan yang terlalu mendikte para parents, khususnya ibu-ibu yang share pencapaian anaknya, entah itu nilai raport, atau juga juara kelas anak.


Pamer Nilai Raport Anak, Untuk Apa Sih Moms?


Kalau baca-baca di beberapa postingan yang beredar di media sosial, hingga yang menjadikannya sebuah artikel di beberapa website atau blog, banyak yang mempertanyakan,
"Pamer nilai raport anak? untuk apa?!"
Lah...lah...lah, belom tauk dia! hahaha.

Tentu saja, pamer nilai raport anak itu adaaaa banget dan banyak manfaatnya.
Bahkan ya, manfaatnya itu luar biasa, khususnya buat ibu-ibu rumah tangga, eh bahkan buat ibu bekerja deh. Kagak tau ya buat ayah, karena saya nggak tahu rasanya jadi ayah, hahaha.

Manfaat para moms pamer nilai raport anak, adalah:


1. Sebagai recognisi pencapaian diri


Parents, yang pernah ikutan bisnis Oriflame, yuk tunjuk tangan!
Pasti familier banget kan sama yang namanya recognisi?

Manfaat pamer nilai raport anak buat ibu
Perpisahan kenaikan kelas si Kakak

Itu tuh, pas naik level atau berhasil memperoleh sebuah hadiah program karena penjualannya (atau ordernya) mencapai target, langsung deh dielu-elukan dan dibikinin foto recognisi sama upline-nya.

Bahkan yang naik ke level 3%, di mana bisa dapat komisi penjualan 20-50 ribu (bayangkan! dapat 20ribu loh, direcognisi!).

Dibuatin foto dengan banner yang cakep, diposting di akun media sosial si upline, dikomen dielu-elukan sama banyak rekan bisnisnya.

Luar biasa banget nget, padahal ya cuman naik 3% aja, cuman dapet 20reboan aja, tapi recognisinya luar biasa.

Terus, kalau para moms yang 'we all know' segimananya ya perjuangan para ibu mengasuh anak-anaknya, apalagi membuatnya jadi lebih rajin dan disiplin, sehingga bisa meraih juara atau rangking kelas, atau nilai raportnya memuaskan, bahkan nggak memuaskanpun, apa yang jadi nilai raportnya itu, juga berkat perjuangan para moms kan?

Lalu, kenapa harus salah jika para moms me-recognisi dirinya sendiri, untuk 'pamer' di medsos? 
Plis dah, being ibu rumah tangga dan mengasuh anak sendiri itu luar biasa dong hectic dan perjuangannya, bahkan bagi saya, begitu banyak pekerjaan sulit di muka bumi ini, tapi yang paling sulit adalah menjadi ibu!

Saya bahkan merindukan masa-masa saya lembur ketika kerja dulu, di mana lemburnya kadang sampai tengah malam, bahkan weekend pun masih juga dicariin bos dan sering harus buka laptop buat ngerjain kerjaan.

Itu masih jauh lebih mudah dong, ketimbang mengasuh anak, huhuhu.

Lalu, berani-beraninya orang-orang melarang para moms me-recognisi dirinya sendiri, dengan bentuk mengunggah nilai raport anaknya?

Duh, keterlaluan deh itu!


2. Sebagai penyemangat diri para moms


Ooohhh em ji! i told you, being a mom itu luar biasa banget nget!
Apalagi kalau kitanya mengasuh anak sendiri, nggak dibantu siapapun, termasuk mendampingi anak-anak belajar, belajar semua hal, bukan hanya pelajaran sekolah, tapi juga tentang akhlak, agamanya.

Membuat anak selalu sehat aja ya, itu nggak terjadi begitu saja dong.
Ada begitu banyak perjuangan untuk mewujudkan hal itu.
Apalagi mewujudkan anak berprestasi.

Rasa-rasanya, kadang pengen menyerah aja.
Pengen resign jadi ibu.
Tapi, masa iya bisa dilakukan?

Karenanya, seorang ibu tuh butuh banget yang namanya penyemangat diri, sama kayak para Oriflamers, yang naik level paling rendah aja dikasih recognisi biar lebih semangat, apalagi para ibu yang, we all know perjuangannya untuk mendapatkan anak berprestasi atau sekadar punya nilai memuaskan aja, itu luar biasa banget.


3. Sebagai penyemangat anak-anak


Nah, bukan hanya para moms yang bisa makin semangat dengan memamerkan 'hasil kerjaan' atau 'pencapaiannya' as a mom ya.

Tapi anak-anak, juga pasti akan merasa lebih dihargai, dengan melihat ibunya terlihat bangga dan memamerkannya.
Namun, tentu saja jangan mengabaikan perasaan anak ya, Moms, tanyakan terlebih dahulu pendapatnya tentang menyebarkan hasil raportnya.

Banyak anak yang akan merasa senang, jika hasil kerjanya dihargai parents-nya, dan itu membuat anak-anak jadi lebih semangat mempertahankan prestasi bahkan menaikan semangat belajarnya, agar selalu bisa menyenangkan dan membuat kedua parents-nya bangga terhadapnya.


Pamer Nilai Raport Anak, Nggak salah, Asalkan...


Saya sih percaya, kebanyakan Moms sekarang tuh, udah pada cerdas-cerdas ya dalam bertindak di media sosial, namun ada baiknya saya sedikit membahas tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika hendak pamer nilai raport anak di media sosial, di antaranya:


1. Tanyakan pendapat anak terlebih dahulu


Memang sih, tujuan utama 'pamer' nilai raport anak atau semacamnya (prestasi anak dan lainnya), adalah untuk diri sendiri.
Me-recognisi diri sendiri, menyemangati diri sendiri.

Tips agar pamer nilai raport anak bermanfaat

Tapi, jangan lupakan 'subjek' yang kita pakai untuk recognisi dan menyemangati diri sendiri, yaitu anak.
Biar gimanapun, anak juga manusia, dia punya hak untuk menentukan apa yang dia sukai atau tidak, ketika siapapun menggunakannya sebagai 'alat' untuk sesuatu.

Karenanya, jangan lupa untuk menanyakan dahulu pendapat anak, tentang rencana kita untuk mengunggah nilai raportnya ke media sosial kita.

Apakah dia setuju dengan hal itu?
Hal-hal mana yang dia keberatan, bisa disembunyikan.
Dengan demikian, kita bisa menikmati recognisi diri, tanpa harus 'mengorbankan' perasaan anak.

Untuk hal ini, saya juga gunakan dalam menulis blog, untuk hal-hal yang lebih pribadi ke anak, saya sangat berhati-hati mengunggah foto mereka, hanya yang disetujui anak, yang bisa saya unggah, terutama si Kakak yang memang udah jauh lebih mengerti ketimbang adiknya.


2. Perhatikan data-data pribadi, sebaiknya jangan diumbar


Yang paling penting lainnya adalah, jangan sampai kita mengunggah semua hal termasuk data pribadi anak kita, nomor induknya, alamatnya, bahkan kalau bisa sih tidak menampilkan tempat sekolah anak.

Terutama jika anak-anak bersekolah di kota besar, yang zaman now rawan banget hal-hal yang tidak diinginkan, kayak penculikan.

Bahkan, alamat rumahpun sebaiknya jangan diumbar, untuk menghindari orang-orang berniat kurang baik, punya kesempatan lebih besar untuk berbuat yang tidak diharapkan.


3. Tidak perlu membandingkan dengan orang lain, bahkan anak lainnya


Mengunggah raport anak, terutama ketika anak sedang berprestasi, sebaiknya diniatkan untuk diri sendiri, bukan karena untuk membandingkan dengan anak orang lain, apalagi disertai kalimat membandingkan dengan anak orang lain.

Bukan hanya anak orang lain, sebaiknya hindari juga membandingkan dengan anak-anak kita sendiri lainnya, yang nilai raportnya mungkin tidak sebaik anak yang kita pamerkan tersebut.

Kalau perlu, pamerin juga nilai raport anak lainnya, meski mungkin nilainya tidak sebaik anak yang nilai raportnya lebih bagus.

Dengan demikian, nggak ada anak yang merasa kurang dicintai parents-nya, atau orang lain yang tersinggung karena memang kita benar-benar menyinggung secara terang-terangan.   


4. Tidak melanggar UU ITE dan norma agama


Poin ini berkaitan dengan poin sebelumnya, di mana sebijaknya kita harus tahu batasan dalam media sosial, karena kita diatur oleh UU ITE yang berlaku.

Bukan hanya itu, sebagai umat beragama, kita juga wajib memperhatikan nilai-nilai norma agama yang ada, agar niat 'pamer' kita, tidak mendatangkan masalah baru dalam hidup.


Kesimpulan


Pada dasarnya, pamer nilai raport anak itu sama sekali nggak salah kok, Moms.
Toh raport anak-anak kita sendiri kan ye, beda lagi kalau kita pamer raport anak orang lain, hahaha.

Manfaatnya pun banyak, salah satunya untuk recognisi diri sendiri, sebagai hadiah dari pencapaian kita sebagai ibu. Karena setiap orang kan punya prioritas dari pencapaian masing-masing ya.

Nah, ada ibu yang memang benar-benar fokus memprioritaskan hidupnya untuk anak-anaknya, dan hasil akhir yang dia impikan adalah punya anak cerdas, disiplin, berprestasi, dengan akhlak yang baik.

Lalu, ketika impiannya mulai tercapai, masa iya sih seorang ibu nggak boleh memamerkan pencapaiannya tersebut?

Sementara, kita semua tahu, di media sosial tuh banyak banget yang pamer ini itu, pamer makan di restoran, pamer beli barang mahal, pamer ini itu.
Semua itu kan termasuk dalam pencapaian masing-masing kan ye.

Terus, mengapa ibu, yang job desc-nya paling berat sedunia, dilarang mengekspresikan apresiasi dirinya? 

Tentu saja, semua itu dibatasi dengan hal-hal yang mendasari nilai-nilai hak anak sebagai subjek yang dipamerkan, serta aturan dan UU medsos ya.

So, berilah ruang dan waktu, untuk memahami para parents yang pamer nilai raport anaknya, atau prestasi anak jadi juara atau rangking di kelas, kelulusan dengan NEM atau IPK tinggi, dan lainnya.

Demikianlah.

Sidoarjo, 29 Juni 2022


Sumber: opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey dan dokpri

4 comments for "Moms, Pamer Nilai Raport Anak Itu Nggak Salah Kok!"

  1. Ibu2 muda zaman now memang begitu. Semua jadi konten. Gak rame tanpa update di medsos.

    ReplyDelete
  2. Kalau utk recognisi diri sendiri kenapa harus dipamerin? Sbg guru skaligus ibu, hal yg mubazir melakukan hal ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wajar Mba menganggap hal ini adalah mubazir, karena Mbanya seorang guru. Coba deh jadi ibu aja, ibu rumah tangga semata.
      Yang berjuang dengan pikirannya sendiri, merasa seorang yang gagal dalam hidupnya karena tidak berdaya menghasilkan sesuatu.
      Sebagai seorang ibu dan wanita, saya sangat paham jika ada yang mau pamer pencapaian dirinya. Selama hal-hal yang saya tulis di atas masih diperhatikan :)

      Delete