Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Diare Pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Konten [Tampil]
diare pada bayi

Parenting By Rey - Diare pada bayi merupakan salah satu hal yang bikin saya parno sekaligus panik, maklum ya saya memang tipe ibu yang mudah terserang rasa panik.

Karenanya, ketika anak-anak saat bayi, mulai menunjukan tanda-tanda diare, udah deh saya sibuk mencari cara mengatasi diare pada bayi dan dengan obat diaren pada bayi, tentunya.

Ketika si kakak masih bayi, dia berkali-kali terkena diare, bahkan pernah sekali di opname di Rumah Sakit, saking saya khawatir takut dia dehidrasi.

Beruntung sih, adiknya nggak terlalu sering bikin khawatir dengan masalah diare pada bayi, meski waktu bayi, antara 0-6 bulan, si adik sibuk ngerjain kami dengan pup mencret mulu hingga 10 kali setiap harinya.

Akan tetapi, karena BBnya tetap naik, nggak ada keluhan lainnya, terpaksa kami hanya sabar mengurusnya aja, dan Alhamdulillah pupnya normal sekali sehari ketika usia 6 bulan, atau ketika mulai mengenal MPASI.


Diare pada Bayi si Kakak


Saya hampir lupa tepatnya, usia berapa si kakak bayi ketika pertama kali mengalami diare pada bayi.
Kalau nggak salah saat itu usianya 9 atau 10 bulanan.

Obat diare pada bayi

Kami sedang berada di Jombang, Jawa Timur saat itu, ketika saya mulai bereksperimen memberikannya sayuran lainnya sebagai MPASI nya.

Saya memberikannya bayam, namun ternyata perutnya belum sanggup menerima bayam yang kurang halus saya hancurkan bersama buburnya.
Alhasil, si kakak bayi mulai diare, sampai berkali-kali sepanjang hari.

Kami lalu kembali ke Surabaya, karena bingung di Jombang mau ke mana, dan si kakak punya dokter spesialis anak langganan di Surabaya.

Tapi ternyata sesampainya di Surabaya, eh si kakak langsung membaik.
Kamipun nggak jadi membawanya ke dokter.

Beberapa hari kemudian, si papi mendapatkan panggilan interview dari Jakarta, dengan berat hati dia meninggalkan kami, karena si papi tahu banget, saya nggak betah sendirian ditinggal di rumah mertua.

Ternyata bukan hanya saya, si kakak bayi juga ikutan sedih kayaknya.
Dan begitulah, setelah papinya pergi, eh si kakak malah mulai diare lagi, kali ini bersamaan dengan muntah-muntah.

Paniklah saya, takut dia dehidrasi.
Malamnya, bersama eyang putri alias ibu mertua, kami membawanya ke dokter.
Oleh dokter anak, si kakak bayi diberi obat pereda muntah, Zinc, penurun panas, dan lainnya saya lupa.

Sayangnya, si kakak bayi tetap diare dan muntah-muntah sepanjang malam.
Duh sedih, panik, karena si papi juga nggak ada di rumah mertua.

Alhasil keesokan harinya saya putuskan ganti dokter sekalian di rumah sakit, dan nurut aja kalau diminta opname, ketimbang si kakak bayi dehidrasi kan ye.

Kami menghabiskan waktu 3 malam di RS Haji Surabaya, dengan perasaan nggak karuan.
Karena dokter anaknya begitu cerewet maksa saya menyusui si kakak, karena memang si dokter tuh mendukung ASI buat anak-anak.

Pun juga, perawat-perawatnya kurang ramah waktu itu.
Pernah suatu pagi, perawat tersebut bolak balik menusuk tangan dan kaki si kakak mencari celah buat ambil darah, santai aja gitu bahkan mereka bercanda mau melubangi kaki si kakak bayi.

Sumpah ya, kalau enggak ditahan si papi, sudah saya jambak tuh perawat-perawat.
Sayang waktu itu medsos belum seheboh sekarang, di tahun 2011.

Ponsel saya pun, belum punya fitur yang bisa dengan mudah mengambil video kayak sekarang, kalau enggak? duh viral deh, hahaha.

Karena nggak tahan dengan kecerewetan si dokter, di mana bukan hanya memaksa saya kasih ASI ke si kakak bayi, sementara ASI saya nggak memuaskan si kakak.
Pun juga si dokter cerewet untuk hal-hal lainnya, ditambah perawat yang sungguh kurang ramah, akhirnya kami putuskan keluar dari RS meski si kakak belum fit benar.

Sedih banget deh ketika si kakak keluar dari RS, badannya jadi kecil banget, saking BBnya turun drastis dihempaskan Muntaber.

Sejak saat itu, saya semakin protektif terhadap si kakak bayi, nggak mau sembarang memberikannya makanan, atau sekadar mencuci botol susunya.

Alhamdulillah, setelah kejadian itu, si kakak memang pernah diare lagi ketika bayi, tapi Alhamdulillah nggak sampai muntaber lagi dan masuk RS.


Cara Mengatasi Diare pada Bayi


Dari pengalaman diare pada bayi si kakak tersebut, saya jadi lebih paham bagaimana cara mengatasi diare pada bayi, karena diare adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, dan sejatinya dapat sembuh dengan sendirinya.

Cara mengatasi diare pada bayi

Akan tetapi, yang harus diperhatikan dengan seksama adalah, jangan sampai bayi kehilangan asupan cairan dan nutrisi selama diare, apalagi sampai muntaber.

Dan beberapa cara mengatasi diare pada bayi, yang bisa kita lakukan di rumah, adalah:


1. Tetap berikan ASI serta cairan elektrolit


Sebenarnya bayi yang berusia di bawah 6 bulan tuh masih lebih mudah penanganannya, terlebih kalau si bayi memang menyusu ASI ekslusif.

Maka penanganan utamanya adalah dengan tetap memberikan ASI, dan tentu saja tambahan cairan eletronik, untuk mengantisipasi pergantian cairan dan nutrisi yang hilang selama si bayi diare atau BAB.

Bukan hanya itu, ASI juga punya kandungan antibodi yang dapat bantu bayi melawan bakteri ataupun virus penyebab diare. 

Sementara itu, untuk bayi yang berusia di atas 6 bulan, ketika diare, beri ASI secara menerus sambil diselingi pemberian cairan rehidrasi oral, seperti oralit ataupun air tajin.
Hal ini bisa dilakukan setiap kali si bayi BAB atau muntah.


2. Berikan suplemen zinc


Hal lain yang perlu dilakukan dalam mengatasi diare pada bayi adalah, pemberian suplemen zinc. Menurut WHO maupun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), seorang bayi yang mengalami diare akut, direkomendasikan untuk diberikan suplemen zinc hingga selama 10–14 hari.

Adapun dosisnya adalah, untuk bayi yang berusia di bawah 6 bulan, berikan sekitar 10 mg per hari.
Sedangkan pada balita 20 mg per hari. 
Tentunya pemberian dosis ini sebaiknya dikonsultasikan terlebih dengan dokter anak ya.


3. Berikan probiotik


Selain pemberian zinc untuk kondisi diare pada bayi, ada pula riset yang menunjukkan bahwa probiotik dapat mendukung proses penyembuhan, sertapercepat masa pemulihan untuk kondisi diare pada bayi.

Karenanya dulu sering banget kami juga disarankan untuk memberikan probiotik oleh dokter anak yang menangani si kakak bayi ketika diare.

Selain tahu cara mengatasi diare pada bayi, dengan menyiapkan beberapa obat diare pada bayi, yang paling penting buat saya adalah, mencegah agar si bayi maupun anak-anak terkena diare atau muntaber lagi, dengan cara:
  • Disiplin untuk cuci tangan terlebih dahulu sebelum siapkan susu atau makanan bayi, juga saat setelah mengganti popok bayi.
  • Membiasakan sejak dini, agar Si Kecil mau rajin cuci tangan, terlebih setelah bermain, atau menyentuh benda kotor, juga setelah BAB maupun BAK.
  • Telaten beri ASI eksklusif secara rutin.
  • Dan disiplin dalam memastikan kebersihan serta sterilnya botol susu maupun peralatan MPASI yang sering digunakan setiap harinya.
Sesungguhnya, tak ada yang lebih menyedihkan dan menghancurkan hati ibu, ketika melihat anak atau bayi sakit, terlebih terkena diare pada bayi.

Karenanya memastikan untuk mencegah, serta menyiapkan obat diare dan tahu pasti cara mengatasi diare pada bayi itu penting.

How about you, Parents

Reyne Raea untuk #KamisSehat

Sumber:
  • Pengalaman pribadi.
  • https://www.alodokter.com/menangani-diare-pada-bayi
Gambar: Canva edit by Rey

Post a Comment for "Pengalaman Diare Pada Bayi dan Cara Mengatasinya"