Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak Tidak Percaya Diri, Ini Penyebabnya

Konten [Tampil]
penyebab anak tidak percaya diri

Parenting By Rey - Membangun sikap percaya diri pada anak itu penting banget, dan sebaiknya memang dilakukan sejak dini.

Dan ini, PR terbesar saya sebagai seorang mami buat kedua putra ganteng saya, di mana kadang saya secara tidak sadar malah menghancurkan sikap percaya diri anak, huhuhu.

Padahal ya, maksud saya sama sekali nggak seperti itu, tapi lama-lama saya baca dan saya amati perkembangan si Kakak, khususnya.
Menyedihkan sekali, karena dia tumbuh jadi anak yang bisa dikatakan 'jagoan kandang' alias kurang percaya diri, huhuhu.

Bersyukur banget deh saya, yang Tuhan takdirkan berada di posisi ini sekarang, di mana dengan menjadi blogger dan sering menuliskan pengalaman pribadi, secara nggak langsung memaksa saya untuk belajar lebih banyak lagi, khususnya untuk pengasuhan anak-anak.

Keluarga memang adalah pendidik pertama dan utama, untuk anak-anak.
Sebagai pembentukan pribadi dan karakter setiap anak yang akan menjadi seorang individu.

That's why, how lucky i am, karena saat ini saya bisa mengasuh dan mengawasi anak-anak sendiri, dan tau apa yang harus saya lakukan dan perbaiki, jika memang ada yang anak-anak butuhkan.


Tentang Sikap Percaya Diri pada Anak


Sikap percaya diri pada anak adalah, salah satu faktor terpenting dalam hidup setiap anak. Di mana, sikap percaya diri tersebut bukan hanya mempengaruhi pencapaian prestasinya, tapi juga berperan besar bagi kemampuan sang anak melihat dirinya sendiri.

Karena itulah, sebagai Parents, kita wajib banget berperan aktif dalam menumbuhkan sikap percaya diri pada anak. Dan salah satunya tentu saja dengan percaya bahwa proses belajar dan kemampuan anak itulah yang akan meningkatkan kepercayaan dirinya.


Apa arti sikap percaya diri pada anak


Arti dari sikap percaya diri pada anak adalah, bahwa anak bisa yakin tentang dirinya dapat ataupun mampu melakukan sesuatu apapun itu.

Dan adapun dasar dari bagaimana kita bisa menumbuhkan sikap percaya
diri pada anak adalah, memastikan agar anak merasa aman dan nyaman atas dirinya.


Apa manfaat sikap percaya diri pada anak


Adapun manfaat dari sikap percaya diri pada anak itu banyak, di antaranya:

  • Anak jadi bisa bersosialisasi atau menjalin pertemanan, di mana anak akan senang jika bertemu teman baru, karena bagi anak hal itu akan memberikan pengalaman berbeda yang menyenangkan.
  • Anak jadi bisa melihat diri secara lebih positif, dan hal ini bisa terjadi jika anak bisa menilai kelebihan dan tentunya kekurangan pada dirinya sendiri.
  • Anak jadi lebih siap dalam menghadapi tantangan, yaitu anak bisa dan mampu memaksimalkan semua kemampuan dirinya, dalam menghadapi tantangan apapun. Misal, anak berani ikut pemilihan calon ketua kelas, tentu saja hal ini dimulai dengan kemampuannya dalam berani untuk mengeluarkan pendapat yang baik.


Contoh percaya diri pada anak


Lalu penasaran kan ye, gimana sih contoh atau ciri-ciri anak yang punya sikap percaya diri itu? apakah anak kita udah termasuk anak yang punya sikap percaya diri?

Dan contohnya adalah:
  • Anak akan fokus pada kelebihannya dan juga berusaha untuk selalu bisa mengatasi kekurangannya. Hal ini akan mempengaruhi keinginannya untuk mencapai kesuksesan dengan tinggi, dan anak akan selalu berusaha cari tahu, gimana sih cara mengatasi masalah apapun yang dihadapinya.
  • Anak jadi lebih berani dalam mengambil sebuah risiko. Hal ini dikarenakan anak yang punya sikap percaya diri lebih suka tantangan dan tentunya berani mencoba hal-hal baru.
  • Anak jadi lebih berani untuk jujur mengakui ketika dia belum memahami sesuatu. Karena anak yang sangat percaya pada kemampuan dirinya, tahu bahwa mengakui hal yang belum dia pahami, sama sekali tidak akan mengganggu harga dirinya.
  • Anak akan terus belajar dan pantang untuk menyerah. Karena anak percaya dengan proses belajar, di mana hal itu termasuk pelajaran ketika dia mengalami kegagalan.


Anak Tumbuh Tidak Percaya Diri, Ternyata ini Penyebabnya


Jujur, saya begitu malu dan sedih terhadap diri sendiri, ketika membaca dan mencari tahu, eh kebalik.
Maksudnya ketika saya mencari tahu hal ini, lalu membacanya di berbagai artikel yang terpercaya.

contoh sikap percaya diri pada anak

Di mana, apa yang dituliskan dalam poin-poin penyebab sikap percaya diri pada anak, pernah bahkan sering saya lakukan, huhuhu.

Ya Allah, harus banget deh saya sesegera mungkin memperbaiki hal tersebut (kasih semangat dong ke saya, jangan malah dikasih tambahan komen, "makanya Rey, aku aja loh begini!).

Dan beberapa penyebab sikap percaya diri pada anak jadi runtuh, adalah:


1. Sering memberi julukan negatif pada anak


Ini saya banget tau nggak sih!
(Iyaaaa, ibu sempurna, kagak perlu nyinyirin saya, semangatin dong!)

Si kakak merusak barang, udah deh saya bilang dia tukang ngerusak barang, huhuhu.
Padahal kan cukup bilang next hati-hati seharusnya kan bisa Rey! hiks

Dan lagi ya, padahal saya pun juga pernah bahkan sering merusak barang tanpa sengaja, dan ketika itu terjadi, tak ada anak-anak yang protes, apalagi marah, huhuhu.


2. Selalu punya prasangka yang negatif pada anak


Kalau ini sih saya cuman sesekali ya, meskipun kadang juga keceplosan, saking lagi bad mood dan anak mengeluh nggak bisa melulu, hiks.

Misal, ketika si kakak akan mencoba hal baru, lalu dia banyak cerewet, saya auto semacam meragukan kemampuannya dong, dengan kata-kata pedas. 
“Masa gitu aja nggak bisa?"
Ketambahan pula,
"Si Anu aja bisa loh, masa kamu nggak bisa”
Mau nangis, eh udah nangis ya Allah.


3. Selalu melarang anak melakukan ini itu


Ini mah saya banget, kadang bahkan setiap melarang anak, saya sedih sendiri, karena bertanya dalam hati, kalau begini nggak boleh, begitu nggak boleh, masa anak-anak jadi patung aja di rumah? 

Syukurlah untuk poin yang ini, saya udah lebih terbantu dengan sikap si kakak yang sudah lebih smooth membujuk saya untuk menyetujui apa yang ingin dia lakukan.

Seperti kapan hari dia membawa pulang kucing tua yang kotor.
I love meong sebenarnya ya, tapi saya nyaris nggak punya waktu buat nyerokin pup meong.

Tapi karena saya nggak tegas melarangnya, si kakak malah inisiatif mengatur tempat si meong di luar, dimandiin, meski cuman dilap biasa, yang akhirnya saya juga yang mandiin, hahaha.

Demikian juga dengan keinginan si kakak yang pengen disuruh belanja ke minimarket depan kompleks, aslinya sih saya parno, tapi akhirnya berani merelakan dengan pemikiran masih aman, karena ada satpam berjaga di depan kompleks.


4. Selalu bereaksi berlebihan saat anak melakukan kesalahan


Nah ini dia, saya banget dah ini, serasa saya nggak pernah bikin kesalahan,huhuhu.
Padahal, bisa jadi ya anak melakukan kesalahan karena saya juga, hiks.

Tapi, akhir-akhir ini memang saya lebih banyak belajar mengontrol hal tersebut, dengan metode pausing and breathing semampu saya.

Hal ini lebih saya sadari ketika saya melihat si adik yang jadinya cengeng, ketika sama saya dan misalnya dia terjatuh atau kejedot, sayanya bereaksi sampai menjerit gitu, hiks.
Si adik juga ikut menjerit histeris deh.

Giliran sama kakaknya, bahkan jatuh sampai benjol, tapi karena kakaknya diam dan menghadapinya dengan tenang, si adik jadi ikutan tenang dan nggak terlalu cengeng, seolah menyadari kalau itu sepenuhnya kesalahannya.

Thanks Kakak, udah ngajarin mami.


5. Memaksa anak untuk melakukan hal di luar kemampuannya


Sepertinya sih ini belum ya, selama ini yang saya lakukan adalah memaksa si kakak untuk menyadari tugasnya setiap hari dalam pekerjaan rumah, baik menyapu, beberes, mengelap debu, hingga mencuci piring bekas makannya.

Saya rasa semua itu memang udah sesuai kemampuannya, hanya saja kadang dia bosan, tapi sayanya tetap menyuruhnya mengerjakan, karena saya ingin hal itu jadi habit buatnya.


6. Tidak memberi anak peran serta tanggung jawab di rumah


Ini nggak mungkin banget, karena sayapun sejak kecil sudah diberi peranan di rumah, di mana saya punya tugas beberes, nyapu, bersihin halaman, dan bantuin mama.

Jadi, si kakak sudah saya kenalkan pekerjaan rumah, sejak dia juga belajar life skill tersebut di sekolah.
Meskipun jujur nih ya, saya nggak suka si kakak nyapu, karena ngasal, tapi biarlah, demi habit yang baik.


7. Hubungan orang tua dan anak kurang menyenangkan


Kurangnya ngobrol dan jarang menemani anak bermain akan membuat jurang di antara anak dan orang tua, pun juga bisa mengakibatkan anak tidak punya sikap percaya diri, karena nggak pernah diajak komunikasi dan bonding dengan ortunya.

Ini masih jadi PR terbesar saya, karena kadang saya terlalu sibuk bekerja, hingga jarang ngajak si kakak ngobrol.


Sungguh ya, artikel kali ini tuh sebenarnya iseng saya cari temanya buat ditulis, tapi ternyata setelah dikulik lebih dalam, banyak banget hal-hal yang bikin saya jleb banget.

Semoga dengan niat, menulis adalah cara saya belajar untuk memperbaiki diri, bisa saya ambil dari artikel tentang anak tidak percaya diri dan penyebabnya.
Karena sungguh, punya anak yang tumbuh tidak percaya diri tuh menyedihkan banget.

How about you, Parents?


Sidoarjo, 18 Agustus 2021

#RabuParenting

Sumber:
  • Pengalaman pribadi
  • https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2020/03/11.-Membantu-Anak-Percaya-Diri.pdf 18 Agustus 2021
Gambar: Canva edit by Rey dan dokumen pribadi

4 comments for "Anak Tidak Percaya Diri, Ini Penyebabnya"

  1. Duh..., apa yang ditulis ananda Rey, sering ditemui dalam keluarga. Tetapi rumah tangga orang kampung zaman dahulu. Terima kasih pencerahannya.

    ReplyDelete
  2. Sbnrnya, tanpa aku baca tulisan ini, aku udh bisa nyebut poin2 apa aja yg jadi penyebab anak ga percaya diri :(. Krn akupun sadar aku samasekali bukan ibu yg baik buat anak2. Emosian, ga sabar, kdg suka melabelin anak juga, pas dia ga ngerti ttg pelajarannya, yg ada aku malah marah seolah itu kesalahan super berat yg dia lakuin :(. Tapi abis marah2 itu, aku nyesel, nangis juga, berdoa lagi minta sabar, tapi ttp keulang.

    Aku sendiri kdg mau nyerah Rey. Ini si Kaka dan Adek akhirnya aku ksh les private Ama guru , saking aku takut selalu marah yg nantinya malah ga bagus buat mereka kan.

    Ntahlah kalo ditanya kenapa ya aku gitu, Trutama ke kakaknya, kalo adeknya aku LBH bisa nahan diri. Apa Krn keinginan utk ga pengen punya anak masih membekas sbnrnya yaaa.. Krn dulu aku kan memang ga pengen punya. Hanya Krn suami aja aku ngalah.

    Ntahlah Rey... Yg pasti aku sendiri masih usaha trus supaya bisa lebih sabar. Walo ga tau sampe kapan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Peluukkk Mba Fan, sama ya Mba, saya juga gitu, padahal ya saya dulu suka banget ama anak kecil, malah punya anak berubah jadi eneg ama anak kecil hahaha.

      Yang penting kita selalu terus berusaha dan belajar jadi ibu yang sabar ya Mba, insha Allah dikasih kemudahan dan jalan :)

      Delete