Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

4,5 Tahun Bersekolah di Sekolah Dasar Islam

Konten [Tampil]
pengalaman sekolah di SDIT raudlatul jannah sidoarjo

Parenting By Rey - Tahun ini, sudah 4,5 tahun si kakak bersekolah di sekolah dasar berbasic Islam, yaitu SDI Raudlatul Jannah Sidoarjo.

Dan saya baru ingat dong, kalau beberapa waktu lalu, bahkan udah sering, ada beberapa orang yang menanyakan, apa aja yang didapatkan anak, saat bersekolah di SDI Raudlatul Jannah.

Secara ya, SDI si kakak itu tergolong nggak mahal sih buat kami, tapi muahaaalllll (bahahahaha), terutama buat kondisi kami saat ini.

Tapi, Alhamdulillah ya, di antara banyak perbedaan saya dengan pak suami, hanya masalah sekolah anak ini saja yang kami sejak awal udah sepemikiran.

Bahkan, ketika pandemi ini menyerang, dan kondisi ekonomi kami benar-benar di bawah, semua keluarga menyarankan agar si Kakak pindah sekolah negeri aja, Alhamdulillah pak suami masih bergeming, beliau tetap bertahan, agar si Kakak menuntaskan sekolahnya di SDI Raudlatul Jannah, bagaimanapun caranya.

Alhamdulillah.
Allah selalu saja tak pernah tidur melihat niat kami, demi si Kakak bisa tumbuh dalam naungan pembelajaran Islam.
Sekaligus, membuat saya selalu ibu, jadi lebih baik, karena malu kalau nyuruh anak jadi anak sholeh, tapi saya ibu durjana, hahaha.


Alasan Menyekolahkan Anak di Sekolah Dasar berbasic Islam


Sebenarnya alasan menyekolahkan anak di SDIT, udah pernah saya bahas deh di postingan tentang memilih sekolah Islam atau sekolah negeri dulunya. 

Alasannya sangat sederhana, yaitu karena baik saya maupun pak suami, adalah sama-sama orang tua yang gagap agama Islam, meskipun terlahir sebagai muslim.

Mungkin banyak yang mengatakan, mengapa nggak orang tuanya saja yang belajar Islam dan mengajari anaknya?

Memangnya situ mau bayarin? dan kerjain pekerjaan saya setiap harinya, ketika saya kudu belajar Islam setiap harinya? hahaha.

Nggak ya, bagi kami, menyekolahkan anak langsung ke sebuah lembaga yang bisa mengajarkan anak tentang Islam secara benar adalah pilihan yang paling memungkinkan, ketimbang saya dan paksu kudu belajar agama dulu, lalu ngajarin ke anak-anak kami.

Udah nggak memungkinkan sih ya, terlebih apa yang menjamin kami bisa jadi guru yang baik dan benar, dibandingkan para ustadz/ah di sekolah yang kesemuanya tuh bergelar sarjana dan bersertifikasi, hahaha.

Jadi, kami memutuskan, si kakak belajar langsung ke ahlinya, kami sebagai orang tua ikutan belajar dari belakang.

Selain itu, sekolah Islam, akan membantu memberikan lingkungan Islami kepada anak, terlebih si kakak sekolah full day kan, jadi sebagian besar kehidupannya tuh dibatasi oleh lingkungan Islami.
Yang membuat si kakak jadi ikutan terbiasa menjadi muslim sejati.

As we know kan ye, dunia sekarang itu serem banget .
Jangankan dunia yang luas, si kakak dulu pernah ikut mengaji di masjid kompleks ini aja, udah cukup membuat dia pulang dengan membawa kata-kata kotor.

  

4,5 Tahun di Sekolah Islam, Bagaimana Perkembangan Anak?


Si kakak sudah hafal berapa juz?
Udah banyak pasti nih?

Oh kata siapa?
Surat pendek aja belum ada yang bisa dia hafalin dengan sempurna, selain surat-surat Qul itu, hahaha.

Iya, si kakak hanya bersekolah di sekolah dasar Islam, bukan di pesantren, jadi jangan membayangkan dia auto jadi anak alim dan 'kolot', hahaha.

Saat ini, si kakak udah kelas 4 SD dan berada di semester 2.
Dan saya akan membahas, apa saja sih yang kakak dapatkan atau yang membentuk diri si kakak, setelah bertahun sekolah di SDIT Raudlatul Jannah Sidoarjo?

Yaitu:

1. Si Kakak mau sholat dengan mudah


Alhamdulillah ya Allah, atas rezeki yang selalu Dia cukupkan buat kami, sehingga meski terseok, selama pandemi ini bahkan berkali-kali menunggak SPP namun selalu saja ditanggapi dengan penuh pengertian oleh pihak sekolah, kecuali mau masuk tema baru sih, hahaha.

Hal pertama yang paling saya syukuri, karena si Kakak bisa Allah izinkan bersekolah di sekolah Islam adalah, karena si Kakak tumbuh jadi anak yang tidak terlalu sulit disuruh sholat.

Iya, bahkan kadang kalau malasnya saya kumat, saya cuman nyuruh aja tuh si kakak sholat, tapi dia mau juga tuh, even kadang sedikit mengeluh, karena saya memotong aktifitasnya yang sedang serius dan fokus, misal lagi enak-enakan baca buku, eh saya udah kek alarm.
"Kak, sholat dong, kan adzan udah sejak tadi, seharusnya kakak yang ingatin mami dong, jangan kebalik gini!"
Mamaknya memang banyak alasan ya, padahal kan memang tugas orang tua mengingatkan, bukan anak, hahaha (semoga kakak nggak baca ini, hihihi).

Meskipun kadang cemberut, tapi si kakak langsung auto bangun, wudhu biarpun kadang nggak sempurna saking terburu-buru, lalu sholat biarpun kadang ya gagal fokus karena adiknya suka gangguin dia.

Yup, dibalik semua kekurangan yang si Kakak lakukan dalam sholat, saya amat sangat bersyukur, karena setidaknya si kakak selalu ingat sholat, dan mudah saat diingatkan.
Semoga hingga seterusnya selalu ingat sholat, aamiin.

Menurut saya, ini adalah kelebihan yang paling saya acungin jempol, karena saya rasa semua juga tahu, anak-anak usia 10 tahun itu, sudah mulai punya pikiran sendiri, sudah mudah sekali membantah, dan yang namanya 'entar-entarannya itu' udah sampai melewati waktu sholatpun, kadang masih 'entaaarr aja' hahaha.

Dan bukan hanya itu, si Kakak juga selalu merasa bersalah meninggalkan sholat, mungkin karena petuah di sekolah itu yang diulang seeeetiaaaapp hari ya cuman sholaaattt dan sholaaattt mulu.
Dan di masa pandemi ini bertambah, karena diracuni maminya.
"Kakak mau main game di laptop? nggak boleh pake laptopnya mami dong, Kak. Nanti rusak. Laptop game itu khusus, Kak. Harganya mahal pula, jadi cocok buat ngegame"
"Kalau mahal, gimana cara belinya dong, Mi?"
"Makanya itu, minta sama Allah, wudhu yang sempurna, sholat yang khusuk, dzikir yang lama, usahakan sering nambah sholat Dhuha dan Tahajud, lalu minta deh sama Allah, insha Allah, Kakak minta apaaaa saja, dikasih oleh-Nya"

Setelah itu si Kakak auto khusuk sholat dan ngajinya, biar kata matre, yang penting ciptain habbit aja dulu, hahahaha.

Nah, entahlah saya bisa dengan mudah mengarahkan si Kakak untuk mencintai kebutuhan akan sholat, jika tidak ada pihak sekolah yang membantu saya ikut menerapkan kebiasaan tersebut.

So, hal pertama yang paling saya rasakan, tentang perkembangan si Kakak bersekolah di SDIT adalah, saat dia jadi punya habbit dekat dengan sholat, insha Allah.


2. Si Kakak jadi bisa baca Al-Quran


Sejujurnya, biar kata saya sering dibilang mualaf padahal saya muslim sejak lahir, akan tetapi saya bisa loh membaca Alquran, dengan tajwid yang lumayan sih ya.

Tapi, jujur saya akui, mengajari anak mengaji itu luaaaarrr biasa sulit, ah mungkin memang saya seorang guru yang buruk, hahaha.

Tapi, thanks untuk sekolah Islam Raudlatul Jannah, yang telah mengajari si kakak ilmu dasar Alquran, dan saya bisa bantuin melengkapinya di rumah.

Oh ya, kalau ini mungkin sebagian orang punya cara lain, yaitu manggil guru ngaji di rumah buat ngajarin anaknya.
Kalau saya sih enggak, Alhamdulillah udah diajarin di sekolah, dan setelahnya saya jadi lebih mudah mengajari si kakak lebih lanjut.

Ebentar, sebenarnya sekolah Islam itu nggak mahal-mahal amat ya?
Karena sejak sekolah dong, si kakak nggak membutuhkan biaya tambahan buat les ini itu, bahkan dia keluar dari les kumon, karena mau muntah belajar mulu eh salah, waktunya yang nggak mumpuni, hahaha.


3. Si kakak jadi lebih sopan dalam berkata-kata


Coba bayangkan, jika anak-anak kita sering mengucap.
"Mi, Alhamdulillah Kakak udah berusaha, meski nilainya belum sempurna" (ini kalimat gombalnya, menenangkan maminya, kalau nilainya kurang, padahal ya karena dia malas belajar, hahaha)
Atau, 
"Masha Allah...."
"Insha Allah...."
"Subhanallah...."

Setiap kali berkata-kata, selalu terselip nama Allah, itu rasanya? adeeemmmm ya Allah, segala puji bagi-Nya.

Bandingkan dengan,
"Njirrr...."
"Nyet..."
"Njing..."
"Yolo..."
Yaowo..."

Daaaann semacamnya, khas anak medsos zaman now?

Bahagianya lagi, selama pandemi ini, si kakak menularkan kebiasaan itu ke adiknya.
Sehingga si bocil gondrong itu sering banget bercelutuk.
"Matauwaaaa, meongnya lucu, Mi!" (baca: Masha Allah, kucingnya lucu, Mi)
Percaya deh, hati tuh rasanya meleleeeehh banget, kalau anak-anak semanis itu.


4. Punya adab yang lebih baik sesuai ajaran Islam


Lebih sopan ke orang tua, tidak pernah ngomong kasar kepada saya.
Ya meskipun ini juga termasuk di dalamnya karena andil saya sih, saya selalu nggak suka anak yang nggak sopan, maklum kebawa sejak kecil, saya tumbuh di keluarga yang menerapkan sopan santun kepada orang tua.

Bukan hanya sopan dalam berkata-kata dan bersikap, pun juga si kakak sudah mulai terbiasa mengenal batas antara lelaki dan perempuan, di mana si kakak sudah nggak boleh nyentuh perempuan lain selain maminya.

Hal ini, karena memang di sekolahnya, dibiasakan, sejak kelas 4 SD, murid-murid sudah dikenalkan yang namanya batas laki perempuan, bahkan meskipun online, kelas si kakak udah dipisah dari kelas putri.

Jadi memang, ajaran agama itu diterapkan bener-bener sesuai akidah Islam, dan Alhamdulillah, meski belum sesempurna orang alim, si kakak telah tumbuh dengan terbiasa akan hal tersebut.


Kelebihan lain dan kekurangannya, selama 4,5 tahun di SDIT


Kelebihan lainnya yang khususnya saya rasakan ada di diri si Kakak kayaknya standar sih ya, saya nggak tahu apakah hal ini juga ada di sekolah umum.

Seperti, terbiasa disiplin dengan beeerrrbagai hal dalam pelajaran, di mana di sekolah sering dikasih tugas life skill, mulai dari hal-hal yang sepele tapi bikin mamaknya ini jantungan.

Dari cuci piring, cuci baju, jemur baju, goreng telur, sampai yang palinh serem adalah, kupas pepaya!
Saya sampai nggak mau lihat dong, dan akhirnya di kakak beneran luka, hiks.

Kalau kelebihan life skill gitu sih, tanpa diajarkan juga mamaknya ini udah nyiapin tugas buat si kakak. 
Sejak masuk SD, si kakak udah punya tugas di rumah, di mana bangun tidur kudu beberes, ngelapin debu, sama nyapu dalam dan luar rumah.

Pun juga si kakak wajib cuci piringnya sendiri, kadang juga cuci piring banyak.
Dan sering juga bantuin saya buat mandiin adiknya, hahaha.

Lalu, kekurangannya apa?
Mihil! hahaha
Itu personal sih, buat kami aja kek-nya.

Kalau buat yang lain mungkin biasa aja, karena sebenarnya bayaran berjuta-juta itu, cukup sekali doang, berikutnya bahkan benda-benda kecil seperti lem, kertas dan lainnya, udah disiapin ama sekolah, jadi jarang banget tuh disuruh beli ini itu lagi.

Terlebih pakai tambahan les lagi, kalau saya bahkan bukan mikirin duitnya dulu, tapi waktu buat si kakak itu loh, yang kasian banget.

Dan ngomongin tentang kondisi homogen sebagai muslim yang tak pernah bergaul dengan non muslim di sekolah, gimana? 

Ini yang paling diperdebatkan oleh banyak orang yang alergi sekolah Islam.
Menurut kebanyakan orang, kasian banget anak-anak nggak diajarkan tentang keberagaman sejak kecil.
Kate siapa???

Si kakak juga belajar PKN ya kalau nggak salah namanya, yang belajar pancasila itu loh, di mana di pelajaran itu diajarkan kok tentang kerukunan beragama, sotoy deh yang mengira sekolah Islam itu kolot dan tidak mengajarkan toleransi.

Kebetulan tetangga kami non muslim, dan si kakak biasa aja tuh menyikapi mereka.
Bahkan terhadap anjing-anjing yang banyak berseliweran di kompleks ini, si kakak biasa saja.
Tetap menjaga agar dia nggak nyentuh anjing, bukan karena jijik, tapi males aja bersihin najis.
Tapi tetep respek sama teman-temannya yang memang non muslim dan pegang-pegang anjing.


Kesimpulan


Jadi, kesimpulannya, selama 4,5 tahun si kakak bersekolah di SDIT Raudlatul Jannah Sidoarjo, Alhamdulillah dia jadi terbiasa mencintai waktu sholat dan mudah diingatkan buat sholat (eh selain sholat subuh sih, kudu perjuangan banget bangunin dia, hahaha).

pengalaman sekolah di raudlatul jannah sidoarjo

Ngajinya? standar, tapi Alhamdulillah udah lancar membaca Alquran, biar kata belom hafal 1 juz sekalipun, hahaha.

Sikapnya jadi lebih baik dan sopan seperti ajaran kaidah Islam.
Perkataannya selalu bikin hati hangat mendengar si Kakak selalu menyebut Asma Allah.

Sekolah juga tetap mengajarkan perbedaan dan toleransi beragama serta pancasila.
Sehingga si kakak bisa tumbuh sambil menghormati teman non muslim.

Tapi itu yang terjadi pada anak saya ya, nggak tahu kalau anak lainnya.
Karena dulu ya, terus terang waktu awal terpikir mau masukin anak-anak ke sekolah Islam adalah, karena kakak ipar saya cerita, bahwa anak-anaknya jadi suka koreksi dia ngaji, saat tajwidnya salah.

Kalau si kakak sih enggak, soalnya masih lebih lancar saya ngaji ketimbang dia, pegimana dia mau protes dan benerin? hahahaha.

Meskipun, kebiasaan si kakak mencintai sholat itu, ibarat cambuk buat saya untuk lebih bisa sholat dengan khusuk dan tepat waktu, karena sering banget dinasihati si kakak, bahwa:
"Mi, katanya sholat itu penting, apapun yang sedang kita lakukan sebaiknya tinggalkan, jika mendengar adzan!"

Langsung mamak auto keki, hahaha.
Semoga Allah terus mengizinkan, dan memampukan kami untuk terus bisa membayar uang sekolah si Kakak, di sekolah ber-basic agama SDIT Raudlatul Jannah, Sidoarjo.

Mengenai biaya masuk SDI Raudlatul Jannah, akan saya share soon ya.


Sidoarjo, 13 Januari 2021

Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey 

6 comments for "4,5 Tahun Bersekolah di Sekolah Dasar Islam "

  1. Subhanallah, meskipun ditengah krisis gini suami masih tetap ingin anaknya sekolah di SDI. Dan alhamdulillah sudah terlihat hasilnya

    ReplyDelete
  2. Masyaallah betul ini mbk anak2 memang harus dipilih kan tempat yg bagus basic Agama nya karena ditanam kan dari kecil. Saya juga alumni pondok duluh hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waahh, senangnya ya kalau sejak kecil ada di lingkungan yang lebih agamis :)

      Delete
  3. hiiikss, inimi sebenarnya yang saya ingin sekali kemarin Si Kakak masuk di SDIT, biar shalatnya terjaga, secara mamaknya mah masih sering di kali 0, kalaupun nurut mamaknya harus jadi singa dulu baru dia bergerak :|

    ReplyDelete