Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak Perkecil Fatherless, Yay or Nay?
Minggu ini timeline media sosial dipenuhi dengan pembahasan rapor anak, karena hampir semua sekolah membagikan rapor untuk muridnya pada minggu ini.
Berbagai issue yang berkaitan dengan masalah rapor anak akhirnya menyeruak menjadi perbincangan banyak netizen, salah satunya tentang Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak.
Baca juga : Moms, Pamer Nilai Rapor Anak itu Nggak Salah Kok!
Apa Itu Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak dan Siapa Pencetusnya?
Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak merupakan himbauan yang dari pemerintah melalui Surat Edaran (SE) Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga).
Surat edaran tersebut dibuat sebagai ikhtiar mengurangi tingkat fatherless (kehilangan sosok ayah) di Indonesia, dengan mengajak ayah bisa turut serta dalam pengasuhan anak.
Seperti yang kita ketahui dari beberapa sumber mengatakan, ada sekitar 25% anak Indonesia mengalami fatherless.
Fenomena ini bukan sekadar makna dari anak yang nggak punya ayah, tapi juga anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah dalam kesehariannya, selain memenuhi kebutuhan hidup anak.
Dari fakta tersebut, diterbitkanlah Surat Nomor 14 Tahun 2025 terkait gerakan ayah mengambil rapor anak. Di mana SE ini diinisiasi oleh Kemendukbangga kepada semua kepala daerah. dan berlaku mulai 1 Desember 2025.
Manfaat Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak
Selama ini, momen ambil rapor anak memang selalu didominasi oleh para ibu. Meskipun ada pula beberapa anak yang ditemani ayah, atau ayah dan ibu ketika momen akhir ulangan atau ujian sekolah tersebut.
Dengan Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ini, diharapkan memberi manfaat, seperti:
1. Menambah Peran Ayah Dalam Pengasuhan
Kehadiran ayah di momen-momen penting anak, salah satunya di bidang pendidikan penting untuk membantu anak merasa lebih lengkap. Selain itu, kehadiran ayah dalam segala momen penting anak dapat mendukungnya secara emosional dan meningkatkan rasa aman serta percaya diri.
Selain itu, gerakan ini menekankan bahwa tanggung jawab mendampingi pendidikan anak perlu dijalankan secara setara dan kolaboratif oleh kedua orang tua, tak hanya ibu saja.
2. Menambah Bonding Ayah Dengan Anak
Bonding atau membangun ikatan emosional yang kuat antara anak dan ayah itu penting. Salah satunya dengan hadirnya ayah di momen penerimaan rapor.
3. Meningkatkan Komunikasi Antara Parents (Ayah) Dengan Sekolah
Pertemuan langsung antara ayah dengan guru, dapat membuka ruang diskusi tentang perkembangan belajar, perilaku, dan potensi anak.
Jadi ayah akan mengetahui langsung semua hal tentang anaknya di sekolah melalui gurunya.
4. Membangun Mental Sehat Pada Anak
Seperti yang ditulis di atas, bahwa momen keterlibatan ayah dalam semua hal tentang anak dapat membangun mental yang sehat pada anak.
Anak juga merasa lebih aman, dan menambah rasa percaya dirinya.
Baca juga : Penyebab Anak Tumbuh Tidak Percaya Diri
Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak Perkecil Fatherless, Yay or Nay?
Sayangnya dari semua manfaat positif Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak, terselip protes beberapa pihak. Salah satunya dari dari para orang tua tunggal.
Mereka berdalih bahwa gerakan seperti ini akan melukai perasaan anak yang tak punya ayah, baik yang memang ayahnya sudah berpulang, atau ayah yang tidak bertanggung jawab dengan anaknya.
Benar juga sih.
Saya iseng bertanya kepada si Adik tentang gerakan ini,
"Dek, kayaknya besok tuh teman-teman Adek diambilin rapornya sama ayahnya loh"
"Kenapa emangnya?", tanya si Adik.
"Karena ada himbauan pemerintah agar ayah yang ambilin rapor anak. Adek gapapa kalau temannya diambilin rapornya sama ayahnnya?" tanya saya.
Si Adik terdiam, dan saya tak mau meneruskan pertanyaan tersebut.
Beberapa waktu kemudian, saya kembali menanyakan hal tersebut, di luar perkiraan, ternyata si Adik kesal dan merengek ketika mendengar pertanyaan tersebut.
Ketika saya mencoba mengorek perasaannya lagi, si Adik malah menegaskan agar tak perlu menyinggung masalah tersebut.
Pada akirnya saya menyimpulkan bahwa si Adik memang menyimpan luka, untuk papinya yang tak pernah mau berusaha menghubunginya. Lalu akhirnya sedih melihat teman-temannya didampingi ayahnya masing-masing.
Akan tetapi, ketika hari H penerimaan rapor tiba, ternyata dia santai aja berbaur dengan teman-temannya tanpa terlihat ada kesedihan di matanya.
Kalau menurut saya, gerakan yang dicetuskan oleh pemerintah ini Yay atau Yes banget. Toh gerakan ini hanyalah himbauan, bukan paksaan.
Bukannya mengabaikan perasan anak-anak yang tak bisa didampingi ayahnya, tapi memaksimalkan ayah yang ada untuk bisa lebih peduli, dan menginspirasi ayah lainnya.
Jadi, selama hal itu positif, kenapa enggak?.
How abiut you, parents?.
Baubau, 19-12-2025

Post a Comment for "Gerakan Ayah Ambil Rapor Anak Perkecil Fatherless, Yay or Nay?"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)