Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Pertama Terima Rapor Anak Di SD Kota Baubau

Konten [Tampil]

pengalaman pertama terima rapor anak di sd kota baubau 1

Setelah menunggu 2 minggu paska ujian tengah semester, akhirnya Sabtu kemaren saya berkesempatan ke sekolah si Adik, di salah satu SD Negeri di kota Baubau, untuk menerima rapornya.

Dan syukurlah, hari itu saya diberikan kemudahan sehingga bisa mendampingi anak ambil rapor, padahal saya kerja shift pagi.

Meskipun sehari sebelumnya, saya kebingungan sendiri menanti informasi hari penerimaan rapor, yang akhirnya menjelang magrib baru ada pemberitahuan dari wali kelas si Adik melalui WAG bahwa besok adalah hari penerimaan rapor.

Saya yang baru pertama kali menyekolahkan anak di SDN kota Baubau bertanya, apakah penerimaan rapor ini harus didampingi parents, atau hanya anak-anak saja?.

Paginya wali kelas menjawab, bahwa parents boleh datang, tapi kalau berhalangan, bisa anak-anak saja.

Baca juga : Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak, Yay or Nay?


Setelah bersiap, saya berangkat ke kantor. Saya masuk pukul 08.00 sedangkan waktu penerimaan rapor si Adik adalah pukul 09.00, dan karena kelas mereka dipakai bergantian dengan kelas 1, jadinya saya santai aja.

Namun sayangnya pas nyampe kantor, ternyata ada pasien UGD yang masih dalam tahap observasi, tapi sejak semalam. Saya mulai deg-degan, takut nggak bisa anterin si Adik ke sekolah.

Syukurlah, di pukul 08.30, pasiennya menyelesaikan administrasinya, dan pulang. Sehingga nggak ada tanggungan pasien yang akan berurusan dengan administrasi kepulangan.

Tepat pukul 09.00 saya lega karena ternyata belum ada hal-hal urgent, sehingga sayapun pamit keluar sejenak untuk ke sekolah si Adik.

Hanya sekitar 7 menit perjalanan, kamipun sampai di sekolah si Adik, dan saya shock melihat jalanan depan sekolah penuh dengan parkiran kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

Untungnya kami masih bisa mendapatkan parkir, lalu segera masuk ke dalam lingkungan sekolah.

Akan tetapi, sejak di parkiran sebenarnya saya mulai membatin, bertanya-tanya apakah kami salah informasi, atau kelewat satu informasi, bahwa hari penerimaan rapor harus membawa sesuatu?.

Karena saya melihat semua orang yang datang menenteng sesuatu.

Pas masuk, di pintu sekolah juga saya disambut dengan meja yang penuh dengan kotak makanan maupun sesuatu yang dibungkus. Saya bertanya pada si Adik, apakah gurunya nyuruh bawa sesuatu hari ini?.

Kata si Adik, enggak. Gurunya nggak ada informasi bawa makanan atau semacamnya.

Lalu saya melihat satu ibu yang merupakan teman baik satu alumni STM. Dan dari dialah saya tahu, ternyata meski tanpa pemberitahuan, sudah menjadi kebiasaan di kota Baubau ketika penerimaan rapor harus bawa sesuatu untuk anak makan bareng dan buat gurunya.

Sayangnya saya salah memahami perkataannya (you know orang Buton tuh kalau ngomong kebolak balik kalimatnya), jadi pergilah saya membeli sesuatu di sebuah bakery yang tak jauh dari sekolah tersebut.     

Pas nyampe di bakery tersebut, saya masuk dengan takjub. Bagaimana tidak, rak di bakery tersebut nyaris kosong. Padahal biasanya ada begitu banyak stock kue-kue yang terpajang rapi di raknya.

bakery asia baru batulo

Akhirnya saya putuskan untuk mengambil 1 bolu yang masih hangat sampai kotaknya berembun. Itupun rebutan sama ibu-ibu yang lain.

Baca juga : Ide Kegiatan Anak Selama Libur Sekolah


Saya mulai paham, ternyata sebegitunya antusias wali murid dalam penerimaan rapor. 

Namun ternyata maksud teman saya tuh, beliin 2 porsi, satu buat gurunya, satunya buat anak-anak dimakan bareng.

Saya yang kurang paham cuman beli 1 doang, lagian bolunya lumayan gede seharga almost 50ribuan. Untungnya saya sempat beli 2 jajanan pasar berukuran jumbo seharga 6ribuan per buah dan teh kotak dingin.

bolu asia baru

Setelah antri dan membayar, saya balik ke sekolah si Adik, lalu menyerahkan kotak itu buat si Adik. Teman saya mengatakan bahwa itu buat gurunya, segera saya ambil kembali kotaknya sebelum dimakan si Adik, hahaha.

Ada kali 45 menit kami menunggu, karena kelasnya masih dipakai oleh anak kelas 1, dan setelahnya kami semua masuk.

pengalaman pertama terima rapor anak di sd kota baubau

Namun, karena kursi terbatas, para parents hanya bisa berdiri di samping kursi anak-anak. Sementara gurunya sejenak menjelaskan tentang beberapa informasi penting mengenai rapor anak, di antaranya:

  • Nilai anak-anak tidak diinput oleh guru, melainkan oleh operator sekolah, guru hanya menyetor nilai anak.
  • Tidak ada sistem rangking dan guru tak tahu siapa yang terbaik, yang jelas semua anak hebat.
  • Nilai batas minimum adalah 68, jadi bagi murid yang masih punya nilai mepet atau di bawah itu, harap ditingkatkan.
  • Anak-anak libur sekolah sampai tanggal 4 Januari 2026, masuk kembali tanggal 5 Januari 2026.
Kurang lebih hanya itu sih yang diumumkan, kemudian wali kelasnya membagikan MBG hari Sabtu yang berbentuk jajanan. Ada jeruk yang hijau, roti kecil, kacang goreng 1 bungkus mungil, telur rebus dan susu kotak.

Nah ini alasan mengapa saya nggak kepikiran beliin si Adik makanan, karena kan ada MBG. Ternyata bentuknya jajanan. Kasian sih liat si Adik cuman makan jajan sementara yang lain makan makanan berat. Namun setelah saya tanya, ternyata dia nggak keberatan, toh dia juga berbagi jajanan dengan teman-temannya.

Dan si Adik juga menikmati momen penyerahan bingkisan masing-masing anak ke wali kelasnya. Jadi saya nggak terlalu memikirkan hal-hal tentang makanan.

Setelah penyerahan bingkisan, anak-anak dipersilakan makan, namun tak lama kemudian, wali kelasnya mengumumkan bahwa rapor sudah bisa diambil, karena tahu parents mungkin punya urusan lain.

Dan ternyata, rapornya dibagikan begitu saja, diterima oleh murid-murid, dan parents cuman mengamati saja dari tempat berdiri. Nggak ada sesi diskusi bareng dengan wali kelas one by one kayak yang biasa saya alami ketika anak-anak sekolah di Surabaya.

Menurut gurunya, semua catatan tentang anak sudah ditulis di rapornya.

Saya lalu mengintip rapor si Adik, takjub dengan nilainya yang turun, hahaha.

Ketika kelas 1 semester 1 dan 2, nilainya bagus-bagus, sekarang turun. Saya kaget karena biasanya nilai kesehariannya lumayan bagus, bahkan seringnya punya nilai yang sempurna.

Tapi sudahlah, saya juga males bertanya tentang hal ini, lalu memperhatikan catatan wali kelasnya, yang ternyata si Adik suka bermain di jam pelajaran sekolah.

Setelahnya kami semua pamit pulang, dan begitulah pengalaman pertama saya terima rapor anak di SD negeri kota Baubau. Menurut saya, jika cara pembagian rapor seperti itu, parents sebenarnya nggak perlu datang, karena toh tidak ada sesi diskusi one by one dengan wali kelasnya.

Hanya ada informasi satu arah, yang bisa diberikan di WAG juga sih ya.

Kalau parents, ceritain dong momen penerimaan rapor anak untuk UTS kali ini?.


Baubau, 22-12-2025

Post a Comment for "Pengalaman Pertama Terima Rapor Anak Di SD Kota Baubau "