Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bibit Bebet dan Bobot Dalam Memilih Pasangan untuk Mudahkan Hidup

Konten [Tampil]

bibit bebet bobot memilih pasangan

Bibit, bebet dan bobot dalam memilih pasangan hidup, mungkin sudah jarang kita dengar di masa sekarang. Meskipun sejujurnya masih ada dan berlaku di masyarakat.

Hal ini tergerak di benak untuk saya tulis, karena semalam saya nonton film Vietnam yang berjudul Mai. Dan beberapa hari lalu saya membaca curhatan seorang single mom yang merasa anaknya ditolak oleh calon besannya.

Saya langsung teringat, di mana dulunya menjadi sosok wanita yang sangat menolak penilaian orang terhadap ke-3 hal tersebut. Menurut si Rey remaja dulu, hal ini nggak adil, ketika menilai seseorang bukan dari hatinya dan dirinya saat ini.

Sekarang, setelah berpuluh tahun kemudian, si MamiRey ingin menertawakan si Rey remaja yang sungguh naif dulu.


Cerita Orang-Orang yang Kesal Atas Bibit, Bebet dan Bobot Dalam Memilih Pasangan Hidup


Anak Single Mom Cerai Hidup Ditolak Calon Mertua Karena Status Ibunya 

Saya lupa sih cerita ini saya baca di mana, apakah di Threads atau di grup FB. Di mana beberapa waktu lalu, saya membaca curhatan seorang single mom, yang anaknya ditolak secara halus oleh calon mertuanya, setelah tahu status ibunya sebagai single mom cerai hidup

cerita bibit bebet bobot pasangan

Alasannya, single mom cerai hidup itu, biasanya problematik, di mana keras kepala, mudah menyerah dan seringnya hal itu ditiru oleh anaknya.

Si calon mertua tidak mau pernikahan anaknya gagal, hanya karena mengulang cerita ibunya, sehingga menolak dengan halus demi kebaikan anaknya.

Bukan main sedihnya sang ibu, menganggap orang selalu memandang rendah status single mom. Padahal menurutnya tidak selamanya single mom yang cerai hidup itu berpisah karena dia mudah menyerah. 

Seringnya, keputusan untuk bercerai demi mental yang lebih sehat.

Tapi gimana sih ya, menyadarkan orang-orang yang nggak ada di posisi tersebut, mereka tentunya sulit untuk menerima hal-hal yang belum pernah mereka alami.


Mai, Cerita Wanita dengan Masa Lalu dan Keluarga Problematik ditolak oleh calon mertuanya

Ada yang sudah nonton film Mai di Netflix?. Saya tahunya dari beberapa review di TikTok yang mengatakan film ini menyedihkan.

Penasaran dong, akhirnya saya nonton.

Film ini bercerita tentang wanita yang berusia 37 tahun dan punya masa lalu, ketika remaja dia dijual oleh ayah kandungnya sebanyak 2 kali sampai hamil dan lahirlah anaknya.

Anak tersebut berkelamin perempuan, tapi sayang memilih jadi perempuan yang lesbian. Demi mencari uang, anak tersebut akhirnya ditinggalkan bersama ayahnya yang hobi banget berjudi dan punya hutang banyak di rentenir.

Mai jatuh cinta dengan lelaki tampan tetangganya di flat. Lelaki tersebut ternyata anak orang kaya yang manja dan hidup bebas dengan uang dari ibunya.

Ketika sang lelaki berhasil menaklukan hati Mai, diajaklah ke rumah orang tuanya, dan tentu saja ibu dari lelaki tersebut menolak hubungan mereka mentah-mentah.

Alasannya memang sangat halus, tapi ujungnya si ibu ingin melindungi anaknya agar tidak menderita karena harus masuk ke keluarga yang super problematik si Mai ini.

Siapa yang nggak shock, ketika si ibu kaya ini, di mana dia merupakan single mom yang membesarkan anaknya sampai sukses. Tapi anaknya memilih wanita yang masa lalunya kelam, hamil dari lelaki yang membeli keperawanannya. Anaknya berkelamin ambigu pulak, ditambah ayahnya yang suka banget berjudi.

Tentu saja bibit, bebet dan bobot si Mai tidak masuk dalam idaman si calon mertua.


MamiRey dan Bibit, Bebet, Bobot memilih pasangan hidup

Saya coba mengingat-ngingat bagaimana dulunya menilai bibit bebet dan bobot ini dalam memilih pasangan hidup. 

Dulunya, meski saya nggak setuju akan adanya batasan ini, tapi sebenarnya tingkah laku saya mencerminkan pemilihan pasangan tuh minimal harus setara.

Saya nggak mau memilih pasangan yang terlalu kaya, atau terlalu miskin. Saya juga nggak mau memilih pasangan yang terlalu tampan, juga nggak mau sama yang terlalu nggak tampan, hahaha.

Bukan hanya itu, saya nggak mau memilih pasangan yang pendidikannya terlalu jomplang di bawah saya. Kalau di atas saya sih, nggak masalah, hahaha.

Tapi, batasan memilih pasangan bagi saya, hanya dalam 3 hal tersebut. Ekonomi keluarganya sama, wajahnya standar dan pendidikannya juga sekufu lah. Eh tambah satu ding, saya nggak mau sama pasangan yang 'nakal', yaitu yang terkenal playboy dan semacamnya.

Intinya, saya memilih pasangan hidup tuh harus setara dengan diri saya.

FYI, saya berasal dari keluarga yang nggak sempurna juga sih. Keuangan orang tua saya bisa dibilang nyaris menyentuh kalangan bawah banget, bahkan dulunya pernah di kalangan bawah.

Tapi, dengan kemampuan ortu menyekolahkan saya dan kakak, saya anggap keuangan keluarga saya masuk menengahlah, meskipun rumahnya nggak sebagus ortu lainnya.

Faktor penting dari memilih pasangan buat saya, ortu tidak berhak menentukan bibit bebet dan bobot pasangan pilihan saya. Alasannya, saya udah pilih dengan ketat, dan yakin bahwa bibit bebet bobot yang saya pilih udah cukup.

Jadi, ketika ortu menyoalkan masalah suku, masalah latar belakang masa lalu pasangan, bagaimana keluarganya, saya nggak mau dengar, hahaha.

Bertahun kemudian, barulah saya menyadari, ternyata nasihat ortu itu benar adanya, hehehe. 


Makna Dari Bibit, Bebet dan Bobot Dalam Memilih Pasangan

Sebelum membahas lebih dalam tentang bibit, bebet dan bobot ini, akan lebih baik jika kita memahami makna dari kata tersebut.

makna bibit bebet bobot pasangan

Makna dari Bibit

Bibit biasanya dikaitkan dengan asal usul atau garis keturunan. 

Jika masyarakat dulu menilai garis keturunan terbaik adalah yang memiliki darah biru atau bangsawan. Di zaman sekarang hal tersebut lebih umum, dengan mengaitkan latar belakang keluarga pasangan.

Hal ini menjadi penting, agar bisa mengetahui karakter asli pasangan, di mana hal itu biasanya dipengaruhi oleh pola asuh dari keluarganya.

Saya jadi mengerti, mengapa dulu orang lebih mengutamakan keturunan darah biru. Karena biasanya para keturunan darah biru dididik dengan sebaik mungkin, sehingga tumbuh jadi pribadi yang lebih baik.

Sementara di zaman sekarang, garis keturunan untuk mengenal karakter pasangan, dan menimbang-nimbang, apakah cocok dengan karakter diri kita?.


Makna dari Bebet

Bebet biasanya dikaitkan dengan penampilan diri. Dalam harfiahnya bebet berasal dari kata bebedan atau cara berpakaian.

Hal ini mungkin dikaitkan dengan kebiasaan zaman dulu di mana cara berpakaian menggambarkan kelas sosial setiap orang.

Di zaman sekarang, cara berpakaian hampir diabaikan banyak orang, tapi sejujurnya buat saya pribadi ini tetap penting.


Makna dari Bobot

Bobot adalah kualitas diri seseorang. Biasanya bobot dikaitkan dengan pendidikan, pekerjaan, keimanan hingga perilaku setiap orang.

Hal ini sering menjadi faktor utama dan pertama yang ditanyakan oleh orang tua, ketika tahu anaknya menjalin hubungan dengan seseorang.

Dia kerja di mana? sekolahnya di mana? baru deh nanya ortunya.


Bibit Bebet dan Bobot Dalam Memilih Pasangan untuk Mudahkan Hidup 

Sebenarnya, bibit, bobot dan bebet ini bisa menjadi bukan hal yang penting, selama kedua pasangan saling mencintai dengan kuat.

Demikian, yang pernah saya tanamkan di otak, meskipun untuk menuju cinta itu sendiri, saya sudah mempunyai batasan-batasan tersendiri untuk memilih dengan siapa saya saya harus melabuhkan hati. 

Tapi, setelah menikah beberapa tahun, akhirnya saya sadar, kalau ternyata memperhatikan bibit, bobot dan bebet ketika memilih pasangan hidup itu penting banget. Untuk memudahkan hidup ketika berumah tangga.

Karena setelah menikah, ternyata kita baru menyadari, kalau hidup ini luas dan berat. Ujiannya beragam.

Ketika harus memikirkan kebutuhan tempat tinggal, makan, pakaian, dan pendidikan anak. Ketika rezeki tidak semudah yang kita bayangkan untuk diraih, atau ujian lain datang menghadang.

Kebanyakan manusia mencoba mengurangi beban tersebut dengan kembali ke settingan awal sebagaimana bibit bobot bebet keluarganya.    

Misal, seorang lelaki yang biasa melihat ayahnya memperlakukan ibunya sesukanya, kurang bertanggung jawab secara keseluruhan. Ketika dia berhadapan dengan masalah yang sama, tanpa dia sadari dia akan mengikuti sikap ayahnya dahulu.

Demikian juga dengan perempuan, biasanya tanpa disadari akan meniru apa yang ibunya lakukan. 

Itulah yang menjelaskan, ketika raja Charles 3 berselingkuh dari Diana, anak-anak mereka sangat marah dan sedih. Tapi setelah Pangeran William menikah, eh ujungnya ikut-ikutan dirundung rumor perselingkuhan juga.

Kita juga sering melihat, ketika ayahnya tukang selingkuh, akan ada anak lelakinya yang akan selingkuh juga.

Atau ketika ada perempuan yang bercerai dan punya anak perempuan. Cerita kegagalannya dalam membina rumah tangga biasanya dialami juga oleh anaknya.

Itulah mengapa, ada cerita calon mertua yang tidak menerima calon menantu dari keturunan single mom cerai hidup. Meskipun hal ini memang bukan kesalahan dari calon menantu tersebut, tapi tidak dipungkiri, calon mertuanya tentu tidak ingin pernikahan anaknya juga gagal nantinya.

Kalaupun ada yang bisa bertahan dalam pernikahan tanpa menghiraukan keberadaan bibit bebet dan bobot, kenyataannya hidup akan berjalan dengan sangat penuh tantangan.

Karena bisa jadi karakter kita sangat berlawanan dan tidak cocok dengan pasangan. Tapi cinta yang kuat membuat tetap bertahan. Tapi ya jadinya berkali-kali terluka, sampai akhirnya bisa saling sama-sama menurunkan ego. 

Demikianlah, karena pada dasarnya, mempertimbangkan bibit bebet dan bobot dalam memilih pasangan itu, sebagai langkah kita untuk menempuh hidup lebih mudah, di dalam pernikahan.

How about you, parents?


Surabaya, 14 Juni 2024

Parenting By Rey - Reyne Raea

Sumber : 

  • Opini dan pengalaman pribadi
  • https://www.bridestory.com/blog/makna-bibit-bebet-dan-bobot-menurut-filosofi-jawa-dalam-mencari-jodoh diakses 14 Juni 2024 

Gambar: Canva edit by Rey

4 comments for "Bibit Bebet dan Bobot Dalam Memilih Pasangan untuk Mudahkan Hidup"

  1. Betul memang melihat bibit bebet bobot penting untuk kehidupan saat sudah berumah tangga, kalau untuk saat pacaran sih hal-hal itu enggak terlalu terpakai ya karena saat pacaran kan siklus nya lebih ke perkenalan dan having fun. Selain melihat bibit bebet bobot, terpenting kita juga kenali bagaimana kepribadiannya

    ReplyDelete
  2. Aku jd inget cerita ku sendiri pas mau nikah ama raka dulu 😅. Perjuangannya ga mudah. Krn walopun awalnya ortu dia setuju, tapi setelah beberapa tahun dan raka akhirnya jujur kalo aku pernah nikah dulu, hubungan kami lgs ditentang.

    Sebenernya wajar sih, krn ortu mana yg mau anaknya nikah ama janda. Walopun bibit bebet bobot ku ada, tp status janda cerai itu susah utk diterima.

    Kenapa akhirnya ortu raka nyerah dan bisa Terima aku, mungkin krn walopun kami sempet ditentang, putus, tp pada ujungnya balik lagi krn masing2 ga bisa dengan orang lain 😄.

    So akhirnya aku dapat restu mereka.

    Tapi aku sendiri sebelum ama raka, ditentang abis ama mantan sebelumnya. Padahal kalo dibilang itu cowo pengertian banget dan selalu meratukan aku. Cuma krn bibit dari ortunya yg kebetulan pernah 1 company dengan papa ku, dan sempat ketangkap korupsi, papaku nolak tegas. Ga mau aku dengan dia krn menurut papa anak yg makan uang haram ortunya akan membawa bibit ga bagus

    Jujur Rey aku sempat marah, nolak ga mau tahu.. Krn yg salah ortunya kenapa anaknya kena juga.

    Tp bersyukur Tuhan masih nyadarin aku dengan menghadirkan raka kali ya. Yg akhirnya aku pun capek ribut ama ortu masalah si mantan. Ga mungkin juga nikah tanpa restu. Akhir nya aku milih raka drpd mantan yg jelas2 ga diterima ortuku.

    Eh kepentok status jandaku malah ama camer🤣🤣.

    Cuma brsyukur akhirnya diksh restu juga setelah membuktikan kalo kami saling membutuhkan.

    Intinya, buatku 3B itu penting kok. Nanti aku juga ga akan sembarangan ngizinin anakku nikah dengan sembarangan orang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kan, sebenarnya penting banget ya. Saya baru ngeh setelah lamamenikah, wkwkwkw.
      Kalau dulu, saya lebih ke cari pasangan yang setara. Nggak liat ortunya.
      Karena menurut saya nggak adil kita menyamakan anak dengan ortu.
      Eh ternyata bibit ortu nurun ke anak, hehehe

      Delete