Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bullying Di Sekolah, Makanan dan Uang Jajan Diminta Paksa Teman

Konten [Tampil]

bullying di sekolah

Bullying di sekolah ini emang selalu bikin banyak parents was-was ya, termasuk saya. Eh salah, maksudnya terlebih saya, seorang ibu yang mudah panik, plus overthinking pulak.

Dan kejadian juga dong, si Kakak mengeluh karena bekal makan siang dan uang jajannya sering diminta paksa oleh teman sekelasnya, duh!.

Jujur, sejak dulu tuh, salah satu hal yang paling saya takutkan ketika anak sekolah adalah bullying. Bukan hanya takut anak saya di-bully, tapi juga takut anak saya mem-bully anak orang.

Dan sudah jadi salah satu doa yang tak pernah putus saya langitkan,

"Ya Allah, jadikanlah anak-anakku, Darrell dan Dayyan, sebagai anak-anak yang berkah. Anak-anak yang tidak pernah dirugikan orang lain, dan juga tidak pernah merugikan orang lain, aamiin"

Doa ini rasanya template banget deh buat saya, mengalahkan doa agar anak-anak bisa jadi orang sukses, di kemudian hari.  

Entahlah, menurut saya tak penting anak-anak jadi orang hebat, kalau selalu merugikan orang lain. Udah jadi target parenting saya banget deh sebagai Ibu.

Bukan berarti anak tak perlu hebat ya. Tapi, sebelum menjadi seseorang yang hebat banget, jadilah anak yang selalu takut untuk merugikan orang lain.

Pun juga sebisa mungkin agar anak-anak tidak dirugikan orang lain, karena ye kan memang gitu seharusnya konsep hidup damai di dunia ini. Pun juga maminya ini agak-agak kek singa kalau lagi marah. Takut maminya ngamuk aja dan bikin heboh, hahaha.  

Karenanya, mendampingi dan mengajarkan anak agar berani melawan bullying sejak dini itu penting banget, terlebih ketika anak mulai tumbuh remaja.


Cerita Kakak Darrell, Makanan dan Uang Jajan Diminta Paksa Temannya

Jadi sejak masuk SMP, kira-kira sebulanan, si Kakak mulai sedikit mengeluh. Kalau kata orang zaman now, mengeluh tipis-tipis.

bullying di sekolah

Dia mengeluh tentang seorang temannya (ada banyak sih, tapi yang paling bikin nggak nyaman tuh satu orang) yang sering banget meminta makanan atau bekal makan siang yang dibawa si Kakak.

FYI, sejak SMP si kakak emang rutin bawa bekal makan siang yang disiapin maminya ini. Biar kata maminya kudu bangun lebih pagi demi memasak bekalnya, lalu ujung-ujungnya bekal si Kakak juga, ya itu-itu saja, hahaha.

Kalau bukan ayam goreng, telur goreng, nasi goreng, mie goreng, kadang-kadang juga spagheti ala MamiRey. 

Namun, siapa sangka? bekal si Kakak yang jauh dari kata estetik itu, apalagi beragam itu. Cuman 3 macam itu doang, nasi plus lauk plus sayur. Ternyata menggoda juga bagi beberapa temannya.

Terlebih, saya nggak tahu sih alasannya apa, tapi memang ada beberapa anak yang nggak bawa bekal makan siang, plus juga nggak dikasih uang jajan yang cukup.

Kasian juga sih sebenarnya, anak-anak tuh masuk pukul 06.30 dan pulang pukul 14.15. Kadang lebih sore ketika ada ekstra kurikuler atau pramuka.

Kan kasian kalau anak-anak harus menahan lapar sesiang itu. Terlebih kalau enggak dikasih uang jajan kan ye.

Akan tetapi, se kasian nya saya sama anaknya orang, jujur saya juga nggak sanggup kalau setiap hari kudu urus anaknya orang juga. Orang ngurus anak sendiri aja udah mau nangis, eh kadang udah nangis sih, hehehe.

Jadi, amannya sih mari kita ngurus anak kita masing-masing kan ye, karena setiap parents punya struggle-nya masing-masing.

Nah, masalahnya adalah, si Kakak ini mengeluhnya hampir setiap hari, dan makin intens aja. Ujung-ujungnya ketambahan uang jajannya juga diminta.

Awalnya, saya pikir si Kakak ini nggak bisa nolak, tapi nggak nyaman berbagi juga. Ya persis maminya deh, hahaha.

Jadi, saya nasihatin pelan-pelan, bahwa nggak masalah kok kakak Darrell nolak kalau memang nggak nyaman. Atau kalau memang sulit nolak langsung, coba tunjukin sikap tidak bersahabat, biar temannya peka.

Namun, mengejutkan.

Suatu hari si Kakak mengeluh, bahwa temannya yang suka minta makanan maupun uang jajannya itu, bahkan makin berani dengan kesan memaksa. Di mana dia meminta makanan dan uang jajan, dengan ancaman kalau nggak dikasih, bakal dikeluarkan dari grup pramuka.

UWOWWWWW!

Mulai naik pitam dah si MamiRey, langsung buka WA dan bersiap mengetik panjang kali lebar kali tinggi, hehehe. Tapi ujungnya, nggak jadi saya kirim ke grup, melainkan saya coba ke wali kelasnya dulu.

Syukurlah, guru kelasnya yang seringnya slow respon itu, mau menanggapi dan berjanji akan menegur anak yang suka 'malakin' makanan dan uang jajan si Kakak itu.

Apakah masalahnya selesai? Tentu saja nggak langsung.

Sampai saat ini, si Kakak masih sering mengeluh, kalau lebih nyaman makan di rumah, agar lebih kenyang. Makan di sekolah bikin nggak nyaman, tertekan dan kadang harus sembunyi-sembunyi.

Kesal sih sebenarnya, tapi saya masih kasih jeda, sebelum melayangkan teguran kedua yang bakal saya lakukan di dalam grup.

Ketiga, bakalan ke kepala sekolah.

Keempat, langsung ke sekolah keknya si Rey ini, hahaha. 


Sikap-Sikap Bullying Di Sekolah Di Mulai Dari Hal Remeh dan Bercanda

Sebagai parents, apalagi jenis ibu kek saya ya, di mana nggak mudah loh saya bawain bekal buat si Kakak itu.

bullying di sekolah

Saya kudu bangun pagi banget, padahal malamnya masih harus begadang sampai pukul 12, bahkan kadang lebih. Lalu, demi masakin bekal si Kakak, saya wajib bangun sebelum adzan subuh.

Dan belum ketambahan pusingnya mikirin menu apa yang harus dimasakin, karena terbatas kan ye. Saya harus memasak menu yang nggak pakai kuah. Termasuk sayurpun tak boleh ada kuah, biar si Kakak gampang makannya, dan juga nggak tumpah di dalam tasnya.

Wajar banget saya auto jadi singa ketika mendengar berulang kali si Kakak mengeluh sulit buat makan. Pengen rasanya nyinyir ala mamak-mamak nggak 'ngotak', dengan mengirimkan chat di grup ortu murid,

"Ayah Bunda, mohon anaknya dibawain bekal makan siang yang disukai anak masing-masing ya, termasuk uang jajan juga, biar nggak selalu minta dengan paksaan kepada temannya yang lain!" 

Tapi emang kesannya agak kasar sih, karena toh saya baru ngomong ke wali kelasnya, dan udah dijanjikan bakal ditegur.

Pun juga, saya coba menetralkan pikiran dulu, karena bisa jadi (mungkin) ada yang salah dari keluhan si Kakak. Karenanya penting untuk saya mengenal sifat si Kakak dulu.

Si kakak emang lama menjadi anak tunggal, sebelum akhirnya punya adik ketika usianya 7 tahun. Jadinya, si Kakak emang butuh waktu panjang untuk mengenal konsep berbagi.

Bisa jadi, keluhan si Kakak itu karena dia emang (bahasa kasarnya, agak mencintai barangnya / bilang aja pelit, Rey! hahaha) agak sulit berbagi.

Karenanya, saya coba tahan kemarahan, dan coba menggali informasi lebih dalam, tentang bagaimana sebenarnya kondisinya di sekolah. Khususnya ketika temannya yang suka minta-minta itu selalu bikin dia nggak nyaman.

Ini penting banget, biar saya nggak salah melangkah lalu malu sendiri, hehehe. Pun juga agar bisa menjelaskan ke anak untuk mengenali bullying di sekolah.

Karena kenyataannya, kebanyakan sikap bullying di sekolah itu, bermula dari sikap anak-anak yang bercanda, termasuk sikap yang suka minta punya temannya.

Namun, tak lupa juga saya ajarkan konsep berbagi ke si Kakak, bahwa di dunia ini, kita memang harus mau berbagi. Dengan batasan berbagi yaitu tidak menyebabkan diri sendiri merugi dalam berkepanjangan.

Misal, kayak si Kakak yang sesekali mau berbagi lauknya kepada temannya, uang jajannya. Mungkin awalnya si Kakak kasian ada temannya yang lapar. Dan bukankah itu bagus ya, mengajarkan anak agar mau saling menolong.

Etapi, kalau harus setiap hari juga kek gitu, apalagi kalau pakai acara ada ancaman segala, duh itu mah udah masuk ranah bullying di sekolah ya.


Mendampingi Anak Agar Berani Melawan Bullying di Sekolah Ala MamiRey

Ketika anak sudah bisa membedakan, mana yang masuk ranah bullying di sekolah. Tugas kita as a parents selanjutnya adalah mendampingi anak untuk berani melawan bullying tersebut.  

bullying di sekolah

Secara garis besar, begini cara saya menyikapi keluhan si Kakak, sekaligus cara saya mendampingi anak untuk melawan bullying di sekolah.


1. Mendengarkan dan memahami cerita anak seutuhnya

Iya sih, ngerti banget kalau dengar cerita anak yang merasa kesal dan sedih karena di-bully di sekolah, rasanya pengen ngamuk langsung. Terlebih kalau jenis parents-nya kayak si MamiRey ini kan ye.

Duh pengen auto jadi singa rasanya. 

Enak saja, berani-beraninya gangguin anak saya kan ye, kagak tahu apa bagaimana sulitnya saya mengasuh dan mengurus anak-anak tersebut seorang diri (teteup mental korbannya auto muncul, hahaha).

Tapi, penting banget loh untuk menahan diri sejenak, jangan langsung ngamuk ke grup. Takut malu aja gitu, kalau ternyata kita salah memahami keluhan anak.

Karenanya, yang saya lakukan adalah dengan menahan marah sejenak. Lalu setelah tenang saya coba mencari tahu lagi lebih detail, bagaimana keadaan yang sebenarnya.

Apakah memang benar terjadi bullying, atau mungkin hanya karena si Kakak emang lagi badmood dan nggak suka sama temannya tersebut.

Jika memang kejadiannya sudah bikin anak merasa sangat tidak nyaman, dan merasa dirugikan, baru deh diputuskan bahwa ini memang udah masuk ranah bullying di sekolah.


2. Mencari tahu masalah sebenarnya dengan konfirmasi ke wali kelas

Kadang, anak-anak merasa di-bully, tapi ternyata mereka duluan yang mem-bully. That's why, penting banget buat saya untuk bukan hanya mencari tahu akar masalahnya dari POV anak. 

Salah satu caranya dengan melibatkan wali kelasnya, karena bukankah wali kelas adalah ortu anak ketika di sekolah?

Dengan demikian, wali kelas juga mungkin bisa mencari tahu secara langsung, dari POV anak yang diduga mem-bully, sebelum langsung menegur dan menyalahkan anak tersebut. 


3. Mengajarkan anak konsep bullying di sekolah

Selain daripada itu, penting untuk mengajarkan kepada anak, seperti apa sih konsep bullying tersebut. Jangan sampai anak salah mengartikan bahwa bullying adalah semua hal yang tidak dia sukai.

Kan nggak gitu juga konsepnya.

Misal, anak nggak suka duduk di samping si A, tapi dipaksa harus duduk di situ oleh ketentuan guru atau wali kelasnya. Anak yang merasa dipaksa, auto merasa dibully. Astagaaa, hahaha.

Atau anak yang mungkin terbiasa pelit, terus emang ada konsep harus berbagi, anak nggak mau berbagi dan merasa dipaksa, langsung mengadu kalau dibully.

Ampun dah, itu mah sama aja membiarkan anak tumbuh dalam karakter yang sesuka hatinya ye kan.

So, wajib bagi parents untuk mengajarkan, mana batasan dari yang dinamakan bully-an, secara jelas.


4. Mengajarkan anak untuk berani melawan bullying di sekolah

Selanjutnya, jika anak memang sudah paham konsep dan batasan yang dinamakan bullying di sekolah, maka dampingi anak untuk berani melawan bullying tersebut.

Misal, berani menolak jika memang dia merasa dirugikan kayak si Kakak yang setiap hari dimintain mulu lauknya, sampai dia nggak kebagian makan lauk bekalnya sendiri.

Termasuk berani melaporkan ke guru atau orang dewasa yang bisa menindaki tegas dan bijak perilaku bully tersebut.


5. Tetap pantau perkembangan sekolah dan kondisi anak

Setelah itu jangan lengah atau lupa memantau kondisi anak, serta perkembangan yang ada di sekolahnya. 

Apakah si pelaku bullying ke anak itu sudah mau mengurangi atau menghentikan tindakannya?. Atau jangan-jangan malah makin marah karena ditegur guru, dan akhirnya memusuhi bahkan menghasut lainnya untuk memusuhi anak.

Terus jalin komunikasi kepada anak, dan sikapi dengan bijak agar anak tetap mau melaporkan atau mengkomunikasikan apapun yang dia alami di sekolah. Sehingga sebagai parents kita bisa mengantisipasi, sebelum terjadi hal-hal yang lebih ekstrim dalam bullying.


Kesimpulan dan Penutup

Bullying di sekolah adalah masalah serius yang seharusnya parents perhatikan. Seperti cerita Kakak Darrell yang mengeluh karena makanan dan uang jajannya sering diminta paksa oleh teman di sekolah.

Sebagai parents, saya lalu mengatasi hal ini dengan sebijak mungkin, dengan cara memahami duduk masalahnya, kemudian mengajarkan anak konsep bullying itu sendiri.

Setelahnya, mendampingi anak agar berani melawan bullying di sekolah. Semoga anak-anak kita, tak pernah jadi korban maupun pelaku bullying di sekolah.


Surabaya, 13 September 2023

Sumber: pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikian artikel tentang bullying di sekolah dari cerita Kakak Darrell yang mengeluh makanan serta uang jajannya diminta paksa teman, semoga bermanfaat.

2 comments for "Bullying Di Sekolah, Makanan dan Uang Jajan Diminta Paksa Teman"

  1. Kejadian banget punya anak yg teman-temannya suka bicara buruk seperti "dasar kamu orang miskin".
    padahal masih usia balita loh 3-4tahun. Yang mungkin juga belum tahu bener arti kata "miskin".
    Ada bakat bakat bullying ketika dewasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuiihhh lumayan menantang tuh kalau anak kecil, karena lebih mudah terpengaruh :(

      Delete