Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Setiap Ibu Punya Caranya Tersendiri Untuk Berhemat Terhadap Pengeluaran Anak

Konten [Tampil]

setiap-ibu-punya-caranya-tersendiri

Setiap ibu, punya cara tersendiri untuk berhemat terhadap pengeluaran anak-anaknya. Hal ini tiba-tiba aja terlintas lagi di pikiran, dan semakin bikin saya menyadari hal tersebut, setelah malam ini melihat bawang merah di dapur hampir habis.

Random banget dah si Mami Rey, bisa-bisanya masalah bawang kok dijadikan sebuah tulisan. Tapi beneran sejenak agak dongkol sih tadi, ketika menyadari, bawang merah yang saya beli setengah kilo di hari Sabtu lalu, udah mau habis lagi, hmmm...

Ceritanya sekarang ada Mbak yang bisa dibilang bantuin saya setiap pagi, mulai sekitar pukul 07.00-11.30an. Meskipun lebih tepatnya seperti si Mbak itu cuman mengurus eyangnya anak-anak, yang membuatnya harus masak setiap hari, Senin-Sabtu, hanya untuk si eyang aja. 

Awalnya sih si Mbak masak buat kami semua, tapi anak-anak jadi nggak mau makan. Meski si Mbak bisa masak dengan lumayan enak, mirip masakan almarhum eyang putri. Tapi masalahnya anak-anak udah terbiasa masakan maminya ini, which is less bumbu banget, hahaha.  

Jadi, masakan enak menurut orang normal, jadinya nggak enak menurut anak-anak saya. Ya gimana dong, si Mbaknya masak pakai bumbu segudang. Lihat aja tuh bawang cepat habis kan ye.

Sementara si Rey, bahkan masak bayam aja cuman air, garam dan bayam, hahaha.

Ketika hidup cuman bertiga sama anak-anak, saya beli bawang merah setengah kilo itu bisa sampai sebulan, bahkan lebih, nggak abis-abis.

Ye kan, si Mami Rey kalau masak bumbunya seadanya. Dan bumbu yang saya pakai biasanya cuman bawang merah dan bawang putih, hahaha.

Makanya, ketika si Mbak minta saya pesanin belanjaan di bapak-bapak bakul belanja melalui WA, kalau nggak ada instruksi lengkap, dijamin saya cuman pesan bahan utama aja.

Kayak ayam, ikan, sayuran, dan bawang, hahaha. Nantilah besok ketika si Mbak datang dan mengambil pesanan saya, dia tepuk jidat, karena nggak sekalian pesanin bumbu lainnya.

Ya manalah saya tahu bumbunya ye kan? hahaha.

Baca juga : Pekerjaan Rumah Tangga itu, Pekerjaan Istri atau Suami Sih?


Cerita Selalu Dilabeli Sebagai Ibu yang Boros

Tahu nggak sih, rasanya sejak kecil saya tuh sering dilabeli sebagai orang yang boros. Mulai mama saya yang membandingkan kakak saya yang bisa nabung buat beli sesuatu yang dia pengenin.

setiap-ibu-punya-caranya-tersendiri


Padahal ya, apanya yang bisa saya tabung cobak? orang saya jarang dikasih uang jajan? hahaha. Justru kakak saya selalu punya uang jajan, karena dia tinggal dengan tante, dan mama takut kakak saya butuh sesuatu, sementara jauh dari ortunya.

Ketika saya kuliah jauh dari ortu pun sama, mama mengatakan saya boros, karena lama di Surabaya, tapi nggak punya tabungan.

Saya cuman bisa menganga lebar, tabungan dari mana cobak?

Uang bulanan saya ketika ngekos itu, malah jauh dari kata pas. Bahkan dibandingkan dengan uang bulanan teman-teman kos saya lainnya, duh kadang saya pengen nangis rasanya.

Ketika akhirnya saya kerjapun, makin dah label boros tersemat di diri ini. Penyebabnya adalah karena saya tak kunjung punya tabungan, padahal saya udah kerja. 

Duh kalau ini bukan pengen nangis aja, tapi udah nangis beneran.

Tega banget mereka, khususnya mama dan kakak saya melabeli saya boros. Mereka lupa kalau saya setelah lulus kuliah udah nggak disupport keuangan sama sekali, sepeserpun.

Padahal, saya menganggur setahun nggak kunjung dapat kerjaan tauk.

Selama itu, saya masih harus bayar kos, bayar makan dll. Seharusnya mama saya bersyukur saya nggak sampai jual diri karena nggak punya uang sama sekali untuk bertahan hidup, hiks.

Pas kerja, gajinya juga kecil. Dan ketika uang terkumpul, boro-boro ditabung sampai jadi banyak. Abis dong buat biaya mudik lebaran, yaaa...yaa...yaa...

Label boros ini terus diberikan oleh mama dan kakak sampai saya sudah menikah dan punya anak. Bahkan beberapa orang (keluarga) juga mulai ikutan melabeli saya boros. Hanya karena saya belum jadi milyader padahal udah tuwah, hahahaha.

Hal ini terjadi, ketika beberapa orang mengetahui cara hidup ala saya, khususnya setelah punya anak.

Anak-anak saya cuman suka makan ayam, nggak suka makan tahu tempe. Padahal kalau di Jawa kan lauk buat hemat atau irit itu kan tahu tempe.

Bukan salah anak-anak, atau mamaknya ini semata ya.

Lah pegimana anak-anak bisa suka makan tahu tempe? orang saya sebagai ibu mereka juga nggak suka makan kedua lauk itu, khususnya dulu sih.

Belagu amat ya si Rey?

Yang baca pasti berpikir demikian, dan beberapa orang juga terang-terangan mengatakan saya belagu kok.

Mereka lupa kalau saya lahir di Minahasa, besar di Buton!

Dan percayalah, ketika saya masih kecil dulu, harga tahu dan tempe di Sulawesi, jauuuhhhhhhh lebih mahal ketimbang ikan laut.

Jadi, jelaslah ortu saya nggak pernah beli tahu tempe, dan sayapun terbiasa tumbuh besar makan ikan laut yang segar, beserta banyak jenis seafood yang segar.   

Ketika di Surabaya, ye kan sulit banget bisa menemukan ikan segar, dan harganya lebih mahal dari ayam dong, hahaha.

Jadi, tentu saja saya jadinya beli ayam mulu, karena lebih murah. Gitu kok dibilang boros karena anak-anak cuman mau makan ayam.

Bukan cuman itu, saya tidak tanggung-tanggung untuk memberikan anak-anak makanan yang sehat dan bersih, biar kata mungkin lebih mahal jadinya.

Semua itu ada alasannya, meski terlihat boros buat orang lain, tapi sesungguhnya semua itu ada hubungannya dengan berhemat ala saya.

Baca juga : Pekerjaan Rumah Tangga itu, Pekerjaan Istri atau Suami Sih?

 

Cara Berhemat Terhadap Pengeluaran Anak Ala Mami Rey

Pada kenyataannya, hal-hal yang dipandang boros oleh orang lain, nyatanya merupakan cara saya buat berhemat.

setiap-ibu-punya-caranya-tersendiri

Misal, saya hanya memberikan anak-anak makanan yang sehat dan bersih. Memang sedikit lebih mahal ketimbang makanan yang biasa (mungkin). Tapi, hasilnya? saya bisa saving banyak uang yang mungkin saya butuhkan untuk mengajak anak-anak ke dokter karena sakit.

Di sisi lain, ada hal yang mungkin saya boros, tapi saya bisa berhemat di lain hal dibandingkan orang lain.

Contohnya ya kasus bawang merah di atas.

Si Mbak itu selalu geleng-geleng kepala karena saya beli lauk banyak. Padahal ya saya beli ayam 2 kg misalnya, seharga 65 ribuan. Itu bisa habis sekitar 5-6 harian, dan saya cuman butuh minyak, dan bumbu jadi untuk mengubahnya jadi lauk yang disukai anak-anak.

Anak-anak selalu doyan, meskipun masaknya hanya digoreng pakai tepung aja.

Hemat waktu, hemat tenaga, hemat uang juga, karena anak-anak akhirnya nggak butuh beli lauk di luar lagi, apa yang maminya masak, selalu doyan disantap sampai habis.

Saya nggak butuh waktu lama di dapur, tenaga juga bisa dihemat, sehingga saya ya masih bisa melakukan hal lain yang saya sukai, bahkan bisa menghasilkan uang dari hal yang saya sukai tersebut.  

Baca juga : Tentang Istri Boros


Setiap Ibu Punya Caranya Tersendiri Untuk Berhemat Terhadap Pengeluaran Anak

What i'm trying to say adalah, setiap ibu punya caranya sendiri untuk berhemat sesuai kemampuan masing-masing.

setiap-ibu-punya-caranya-tersendiri

Dan buat saya, selama kita para ibu memang tidak terlalu mengejar hal-hal yang kita inginkan bukan dibutuhkan, ketika kita tidak mampu. 

Ya semua sah-sah aja, biar kata nggak jadi milyader dengan tabungan milyaran, seperti ekspektasi keluarga yang ingin pinjam duit *eh, hahaha.

That's why, saya selalu memghargai bagaimanapun gaya hidup ibu lainnya.

Mau ibu yang suka jajan ketika anjem anaknya di sekolah kek.

Mau ibu yang suka belanja online kek.

Mau ibu yang memanjakan anaknya dengan mainan atau makanan mahal kek.

Ya menurut saya, sah-sah aja.

Karena menurut saya, setiap ibu punya caranya tersendiri untuk berhemat terhadap pengeluaran untuk anaknya. Selama tidak merugikan orang lain, ya sah-sah aja sih ya.

Ada yang terlihat boros di sisi ini, bisa jadi dia hemat di sisi itu. Ada yang boros di makanan, tapi ternyata bisa hemat di hal lain.

Kayak si Mami Rey, yang dinilai orang, boros dalam makanan untuk anak-anaknya. Tapi saya hemat, karena Alhamdulillah nggak butuh biaya buat dokter spesialis anak lagi kayak lainnya.

Di saat ibu lain mengeluarkan uang buat anaknya ikut les calistung *eh. Atau les lainnya. Saya bisa saving ratusan hingga jutaan uang karena nggak perlu bayar les, saya ajarin sendiri deh anak-anak.

Dan masih banyak hal lain, yang intinya, setiap ibu berbeda takaran dan bentuk hematnya.

Baca juga : Bimbel Online Matematika, Harganya wao


Kesimpulan dan Penutup

Terbiasa dilabelin orang boros sejak kecil, membuat saya jadi cuek ketika ada yang mengatakan saya boros, khususnya dalam pengeluaran untuk anak-anak.

Tapi, secuek-cueknya saya, ada juga waktu di mana saya sedikit bete mendengarkan ceramah serta label atau penghujatan karena dianggap jadi ibu yang boros.

Padahal ya, saya mungkin boros di hal yang menurut orang lain boros. Tapi bisa jadi lebih hemat di hal lain yang orang nggak bisa untuk berhemat.

Ujung-ujungnya kan sama aja.

I told you, setiap ibu memang punya caranya tersendiri untuk berhemat terhadap pengeluaran anak-anaknya.


Surabaya, 09 Agustus 2023

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikian artikel tentang cara berhemat untuk pengeluaran anak ala saya sebagai seorang ibu, semoga bermanfaat.

Post a Comment for "Setiap Ibu Punya Caranya Tersendiri Untuk Berhemat Terhadap Pengeluaran Anak"