Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Single Fighter Mom Pejuang LDM di Bulan Ramadan

Konten [Tampil]

cerita-single-fighter-mom-pejuang-ldm

Cerita single fighter mom pejuang LDM atau long distance marriage di bulan ramadan ini luar biasa banget. Meskipun ini bukanlah kali pertama saya mengalaminya, tapi tahun ini bertambah tantangannya, karena si Adik juga telah sekolah.

Memang sih, si Adik belum ikutan puasa. Cuman puasa sebatas sepanjang waktu sekolah aja, 2 jam, hahaha.

Sahurnya di pagi hari, dan buka puasa pas pulang sekolah pukul 09.30, hahaha.

Tapi ya gitu, maminya kudu benar-benar disiplin untuk membagi waktu, agar mood dan mental terjaga, biar nggak kelelahan, ngantuk dan burn out. Yang mengakibatkan marah-marah mulu kepada anak-anak.

Baca juga : 9 Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosi 


Cerita Mami Rey sebagai Single Fighter Mom Pejuang LDM

Menjadi single fighter mom alias ibu yang mengurus anak dan semuanya sendirian, karena LDM dengan papinya anak-anak, bikin saya harus tetap terjaga dan fokus.

cerita-single-fighter-mom-pejuang-ldm

Terutama di bulan ramadan ini.

Iya kan, anak-anak bergantung sepenuhnya ke saya. Kalau maminya ketiduran, kelar deh semua kegiatan anak-anak.

Jadi, wajib banget untuk stay slay eh focus ding.

Tapi, setelah saya pikir-pikir, Allah nggak menaruh saya di posisi ini tanpa sebab sih ya, karena untuk berada di posisi seperti ini, butuh banget seseorang yang selalu berpikir panjang, terutama dalam perencanaan.

Dan tentu saja, saya masuk dalam kategori orang tersebut.

Setiap hari saya wajib berpikir hingga 2-3 hari bahkan seminggu ke depan. Mulai dari anak-anak tidur jam berapa di hari apa?, makan apa di hari apa?, tidak boleh makan apa?, urutan makan kek gimana?.

Ya ampuunn, i can't believe, saya bisa melakukan hal itu dong, sementara saya tulis aja nih, ok kayaknya ribet banget, hahaha.

Tapi kan, mau seribet apapun itu, saya punya tanggung jawab target, yaitu anak-anak bisa tumbuh dengan sehat dan bahagia. Anak-anak nggak boleh sakit, karena kalau sakit, udahlah malas banget antri ke dokter, juga 'sayang' duitnya nggak sih? karena duit saya nggak banyak, hahaha.

Anak-anak juga harus tumbuh jadi anak-anak yang mencintai Tuhannya sejak kecil, targetnya adalah anak-anak harus merasa selalu butuh Tuhan setiap helaan nafasnya.

Dengan demikian, mereka akan sulit untuk jauh dari Tuhannya.

Anak-anak juga harus tumbuh jadi anak yang penuh berkah, anak-anak yang tidak merugikan orang lain, juga tidak dirugikan orang lain. Karenanya wajib banget saya mengajari dan membiasakan hidup mereka, agar sebisa mungkin target saya ter-realisasi.

Dan di satu sisi, saya juga ingin punya penghasilan, setidaknya untuk beberapa kebutuhan bahkan keinginan, tak lantas memberatkan papinya anak-anak. Dan karenanya, saya harus cari duit, melakukan hal-hal yang bisa saya lakukan dari rumah dengan fokus.

Memang ribet ya si Mami Rey ini.

Dan untuk merealisasikan berbagai target tersebut, terutama di bulan ramadan ini. Saya ekstra banget dalam melakukan banyak hal, khususnya mengurus anak-anak.

Baca juga : Persiapan untuk Anak Menyambut Ramadan 


Tantangan Single Fighter Mom Pejuang LDM di Bulan Ramadan

Ada begitu banyak tantangan yang harus saya hadapi seorang diri di bulan suci ini, di antaranya:

cerita-single-fighter-mom-pejuang-ldm

1. Harus kumpulin ekstra sabar ketika membangunkan anak-anak, khususnya si Kakak

Ya ampuunnnn...! Kalau biasanya saya cuman diuji kesabarannya ketika bangunin kakak di subuh hari. Dan seminggu sekali sabar dalam membangunkan si Kakak untuk memenuhi kegiatan Kring Tahajudnya.

Nah di bulan puasa ini, pagi, siang, sore, malam, dini hari. Pokoknya setiap saat harus istigfar, tarik nafas yang panjang, biar nggak 'meledak' menghadapi anak-anak. 

Ye kan, si Kakak masih sekolah dengan berbagai kegiatannya, jadi dia harus bangun sahur dengan maminya membangunkannya penuh perjuangan. Kemudian dia sahur, lalu tunggu shalat subuh, seringnya dia ketiduran.

Pas adzan subuh, ampun susahnya dibangunin lagi. Setelah bangun sambil merengek dan rewel, akhirnya minta shalat subuh di rumah, tapi shalatnya hampir ketiduran mulu, huhuhu.

Habis shalat, dia tidur lagi, bangun pukul 6 buat siap-siap ke sekolah, dan kembali lagi saya berjuang membangunkannya.

Pulang sekolah dan sampai di rumah pukul 14.30, si Kakak lalu nunggu Ashar sambil baca komik. Tapi ujung-ujungnya ketiduran, dan susahnyaaaa dibangunin buat shalat Ashar, huhuhu.

Pokoknya hidup saya penuh dengan drama membangunkan si Kakak, huhuhu.

Saya sempat iri liat kehidupan orang lain, di mana ada ayah ibu yang saling membantu menghadapi anak-anak mereka.

Kayak kakak saya, dia hanya kebagian masak dan siapkan makanan. Urus anak-anak, mulai bangunin, maksa anak-anak untuk tetap mau makan sahur, lalu minum yang banyak, itu urusan ayahnya anak-anaknya.

Saya pengen dong kayak gitu. Tapi meski ada papinya anak-anak sih, tetap saja saya yang harus mengurus semuanya, karena anak-anak cuman patuh sama maminya, hiks

Baca juga : Dampak Negatif LDM Pada Ayah 


2. Harus ekstra sabar nyuruh anak makan dan minum yang cukup di waktu sahur, juga buka puasa

Di bulan ramadan, seringnya anak-anak jadi malas makan makanan utama, saking ketika berbuka menyantap berbagai camilan takjil yang manis-manis.

Demikian juga ketika sahur, si Kakak yang masih ngantuk, ditambah makanan mungkin bukan kesukaannya, jadinya dia hanya makan sedikit.

Karenanya, saya harus ekstra 'cerewet' memberlakukan berbagai cara agar si Kakak mau makan juga minum dengan cukup.

Mulai dari cara mengingatkan lagi dan lagi sampai kuping saya sendiri bosan dengarin kata-kata sendiri, hahaha. Sampai memberlakukan konsekwensi jika si Kakak malas makan dan minum, misal nggak boleh makan jajan sebelum makan makanan utama. Atau nggak boleh pinjam HP kalau makan dan minumnya kurang, hehehe.


3. Harus super sabar menahan kantuk

Tantangan paling besar di bulan ramadan buat saya sebagai single fighter mom adalah, menahan kantuk yang luar biasa. 

Banyak hal yang menjadi penyebabnya, mulai dari waktu tidur yang memang berkurang, pun juga selama bulan puasa ini, kualitas tidur saya sangat berkurang.

Saking takutnya kesiangan, saya jadi kebangun mulu per jam ketika tidur. Kalau bukan karena takut kesiangan, juga karena pas tidur diganggu oleh kerewelan si Adik.

Dia ngompol lah, dia nangis lah, maminya ditendang lah, ampun dah 'nikmat'nyaaaa jadi mamak-mamak itu, huhuhu.

Sebenarnya hal ini nggak terlalu jadi masalah jika anak-anak libur, saya bisa mengambil waktu setelah shalat subuh untuk tidur lagi. Iya, i know memang itu kurang baik, tapi untuk kondisi saya emang memungkinkan tidur nyenyak ya hanya ketika anak-anak juga sedang tidur nyenyak.

Tapi, ketika hari sekolah, di situlah kewarasan saya diuji. saya harus benar-benar menahan kantuk yang luar biasa, nggak boleh tidur, sampai siang hari setelah dhuhur.

Karena saya harus mengantar si Adik sekolah, juga menjemputnya. Kalau digunakan untuk tidur, takutnya kebablasan, si Adik nggak ada yang jemput. Jadilah saya seringnya terkantuk-kantuk sambil menunggu waktu kepulangan Adik, dan sungguh ya level nahan ngantuk di kala puasa itu, luar biasa banget, karena nggak boleh minum kopi atau apa saja buat menahan kantuk.

Baca juga : Manfaat dan Cara Meningkatkan Kualitas Tidur 


4. Lebih ikhlas dan sabar membagi waktu

Rutinitas selama ramadan memang lebih banyak dibanding hari biasa, dengan waktu yang sangat terbatas pulak. Dalam 24 jam, saya harus bisa menyeimbangkan dan memenuhi waktu untuk mengurus anak-anak, waktu untuk beribadah, waktu untuk kerja serta waktu untuk istrahat.

Hal ini sering bikin saya jadi sedikit, eh banyak uring-uringan. Terutama ketika lagi asyik-asyiknya kerja, eh udah waktunya menyiapkan buka puasa, atau menyiapkan anak-anak sekolah dan lainnya.

Dibutuhkan keikhlasan lebih untuk bisa lebih sabar dalam menjalani waktu selama ramadan dengan lebih berkah.


Kesimpulan dan Penutup

Tidak mudah bagi seorang single fighter mom pejuang LDM menjalani waktu di bulan ramadan. Terlebih karena kedua anak sudah bersekolah, bertambah deh waktu khusus yang tidak boleh dilewatkan.

Dari sahur jangan sampai kesiangan, shalat subuh, mandi pagi jangan sampai telat ke sekolah, antar jemput anak dan lainnya. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalaninya.

Apapun itu, semoga kita semua, khususnya saya sih ya, selalu diberi kesehatan dan kesabaran, serta kekuatan dalam meraih keberkahan di bulan suci ini. 


Sidoarjo, 05 April 2023

#RabuParenting

Sumber: pengalaman pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Demikian artikel tentang pengalaman dan cerita saya sebagai single figter mom pejuang LDM di bulan puasa, semoga menginspirasi.

Post a Comment for "Cerita Single Fighter Mom Pejuang LDM di Bulan Ramadan"