Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga, Benarkah?

Konten [Tampil]
Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga

Parenting By Rey - Ipar adalah maut dalam rumah tangga?
Iya banget kalau buat saya, hahaha.

Wait, tahan pikiran parents! ini tidak seperti yang dipikirkan.
Namun, saya pernah merasakan, situasi di mana seorang ipar adalah maut atau kematian, seperti yang dijelaskan oleh seorang ustadz.


Ipar Adalah Maut, Dalam Penjelasan Islam


Ipar adalah maut dalam Islam, menjadi trending dibicarakan, setelah seorang Ustadz menyebutkan hal itu. Dan di dalam Islam memang dijelaskan, seperti sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
“Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar)adalah maut.” (HR. Bukhari & Muslim).
Sebagian ulama menjelaskan, Al-Hamwu adalah ipar (saudara laki-laki dari suami) dan keluarga dekat suami.

Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga

Dan mengenai hal tersebut, ipar adalah maut yang dimaksud adalah, diperlukan kehati-hatian, jika mengenai interaksi antara istri, dengan saudara laki-laki dari sang suami. 

Karena bagaimanapun juga, saudara laki-laki suami terhadap istrinya tetaplah bukan mahromnya, dan tentunya seharusnya ada adab dalam interaksi keduanya untuk menghindari hal-hal yang akhirnya berdosa.


Ipar adalah Maut dalam Kaitan Ipar Lelaki


Kalau dalam Islam, dijelaskan bagaimana interaksi antara istri dan saudara lelaki suami, justru saya Alhamdulillah aman-aman saja terhadap saudara lelaki papinya anak-anak.

Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga

Hal itu dikarenakan, saya memang dari sononya risih maksimal dengan laki-laki lain dalam rumah yang sama, karena saya memang nggak kuat pakai pakaian tertutup selalu, panas bok.

Syukurlah, ketika dulu pernah tinggal di rumah mertua, di rumah cuman ada adik ipar lelaki yang syukurlah dianya pendiam, terlebih di rumah memang selalu ada mertua.

Jadi, meskipun saya kadang berpakaian mini (astagfirullah, jangan ditiru yak, hahaha), insha Allah nggak terjadi apa-apa.
Eh maksud pakaian mini di sini, palingan celana pendek ya, karena saya memang tim kaos oblong dan celana pendek di rumah.

Namun yang pernah jadi masalah tuh, ketika kami akhirnya tinggal di Jombang, nggak lama setelah saya resign kerja.
Waktu itu, kami ngontrak di salah satu rumah di Jombang.

Suatu ketika, adik ipar laki-laki tersebut harus menginap di rumah kontrakan kami, karena dia akan bekerja di proyek yang sama dengan papinya anak-anak.

Karuan saja saya protes ke papinya anak-anak.
Saya sungguh risih kalau ada lelaki lain, terlebih ketika suami nggak ada di rumah.
Biar kata itu adik ipar ya, risih banget nget.

Alhamdulillah sih disepakati kalau adiknya nggak dibiarkan sendirian di kontrakan kami, jadi kalau adiknya pulang kerja, kakaknya juga wajib pulang.

Dan nggak lama kemudian, si Adiknya akhirnya tinggal di mess, karena kakaknya jadi sulit lembur karena harus nemenin adiknya yang pulang cepat.

Nah, yang jadi masalah itu, adalah ipar lelaki, dari suami saudara saya.
Sebenarnya, dibanding dengan saudara ipar dari papinya anak-anak, saya merasa lebih dekat dengan ipar dari suami saudara sendiri.

Alasannya, saya menganggap kakak kepada ipar tersebut.
Sayangnya sang ipar memang harus dihindari juga, karena biar bagaimana pun, ipar dari suami kakak saya, tetaplah bukan mahrom saya.

Dengan pengertian tersebut, ditambah saya memang selalu risih sama lelaki, semenjak saya berjilbab.
Jadilah, masalah ipar adalah maut, Alhamdulillah tidak pernah terjadi pada saya.


Ipar adalah Maut dalam Kaitan Ipar Perempuan


Nah, sejujurnya, di Indonesia kayaknya lebih tepat dikatakan, bahwa ipar adalah maut, untuk ipar perempuan, iya nggak sih?

Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga

Sering banget kita mendengar atau membaca cerita, masalah hubungan istri dengan ipar perempuan yang nggak bisa akur.
Bahkan tak jarang, ipar perempuan jauh lebih maut, karena menyebabkan keretakan rumah tangga, sampai perceraian.

Ipar perempuan adalah maut, kadang juga disandingkan selaras dengan mertua dzalim.
Tapi, untungnya Alhamdulillah, saya tidak pernah merasakan hal tersebut, meskipun mungkin bukan karena saya beruntung pernah punya mertua dan ipar perempuan yang baik-baik banget.

Melainkan, sayanya keknya yang terlampau cuek, nggak mau terlalu mikirin hal-hal yang nggak terlalu berpengaruh langsung di hidup saya.

Plus juga Alhamdulillah, ipar-ipar perempuan saya, selalu menjaga jarak dengan saya, kami tetap akrab ketika bertemu, tetapi pas nggak ketemu, nggak pernah saling kontak, hahaha.

Awalnya, hal itu bikin saya sedih, karena saya merasa nggak bisa dekat dengan keluarga suami.
Tapi lama-lama saya menyadari, betapa hal itu adalah yang terbaik buat saya, biar nggak jadi kayak racun antara satu sama lainnya, hahaha.

Jadinya ya dinikmati saja, pas ketemuan rame dan akrab, pas nggak ketemuan, udah kek orang asing, bahkan lagi sakitpun nggak ada yang jenguk, hahaha.
Tapi saya akhirnya nggak terlalu mempermasalahkannya lagi, karena lagi-lagi saya pikir itu yang terbaik buat saya.


Tips Mengatasi Ipar adalah Maut dalam Rumah Tangga


Iya, untuk masalah ipar adalah maut, Alhamdulillah bukan masalah buat saya.
Namun, hal itu sejujurnya nggak terjadi begitu saja.

Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga

Ada beberapa hal yang saya terapkan baik secara pikiran, maupun sikap, di antaranya:


1. Punyai rasa risih berdua dengan lelaki lain, selain suami di dalam rumah, atau ruangan, apalagi bersentuhan


Ini yang sudah makin jarang dipunyai wanita zaman sekarang sih ya, jangankan sama ipar, sama lelaki lain misal teman kantor atau semacamnya saja, udah jadi sebuah hal yang umum dilakukan untuk berdua saja dalam satu ruangan.

Alasannya, katanya pikiran mereka nggak aneh-aneh.
Padahal ya, mereka lupa, justru dengan pikiran demikianlah, awal mula setan masuk mempengaruhi.

Tuhan menciptakan aturan bahwa dilarang seorang wanita dan lelaki yang bukan mahrom berduaan dalam sebuah rumah apalagi ruangan kan bukan tanpa alasan ya.
Dan bisa-bisanya kita, manusia, menepis hal itu.

Saya beruntung, hingga saat ini akhirnya menjadi ibu rumah tangga, di rumah aja, which is memperkecil peluang bersama lelaki lain yang bukan mahrom dalam satu ruangan.
Dulu waktu masih kerja, berdua dengan lelaki dalam satu ruangan dalam waktu yang lama pernah, yang paling sering sih berdua sama bos lelaki keliling proyek, hadeh!

Tapi untungnya, bos-bos maupun rekan kerja saya masih pada punya akal nurani, plus juga saya memang udah punya kayak bawaan orok, risih banget disentuh lelaki lain selain suami.

Jadilah, saya nggak pernah menyentuh rekan maupun bos lelaki saya, dengan demikian mereka juga sungkan sama saya.

Jadi, menurut saya, meski akhirnya terpaksa kita harus berduaan dengan lelaki lain, setidaknya punyai rasa risih menyentuh yang bukan mahrom, jadi kita bisa menjaga sikap, dan insha Allah lelaki juga menghormati kita, termasuk ipar-ipar lelaki kita.


2. Pahami bahwa ipar lelaki, baik dari suami maupun dari saudara kandung kita, adalah bukan mahrom


Yang ini dulunya saya pernah lupa, terutama kepada adik ipar saya.
Tauk deh saya ini, karena memang sukanya sama laki-laki yang lebih tua dari saya, jadilah saya menganggap semua laki-laki yang usianya di bawah saya adalah adik saya.

Which is kalau adik kan biasa aja ya, nggak mungkin aneh-aneh, dan begitulah... bahkan di depan adik ipar saya, dengan pedenya saya lewat cuman handukan, wakakakakak.

Herannya, kagak ada juga yang negur saya serumah, karena kebetulan juga dulu ada adik ipar cewek sih ya, dia nggak jilbaban, kalau pakai baju rumah ya dasteran kadang yang mini, saya yang usianya cuman beda setahun dengan adik ipar tersebut, merasa udah sekandung aja, dan merasa adik ipar laki adalah adik kandung, wakakakak.

Bukan hanya adik ipar, rekan-rekan kantor yang usianya di bawah saya juga gitu, kadang saya anggap adik sendiri, sampai suatu hari seorang rekan kerja yang usil mengatakan,
"Mbak Rey, saya memang lebih muda dari Mbak, tapi saya juga udah bisa bikin anak loh!"
Astagaaaa, hahaha.

Sejak saat itu, saya mulai menyadari, kalau adik ipar juga adalah bukan mahrom, which is seharusnya ada batasan dan adab dalam berinteraksi.

Sama seperti berinteraksi dengan kakak ipar laki.


3. Tetap sopan dan hormat kepada ipar lelaki


Sejak SD, SMP lalu masuk STM, kuliah di jurusan teknik sipil, membuat saya lebih sering berada di tengah teman lelaki, ketimbang perempuan.

Lebih parah lagi pas kerja, kebanyakan temannya laki-laki, bahkan pernah yang agak seram, ketika saya kerja di proyek pelebaran tol di Surabaya, saya harus lembur di kantor proyek, dan cuman saya seorang yang perempuan, semua teman lainnya adalah laki.

Yang seremnya adalah, kami lembur sampai tengah malam, dan saya fokus kerjain pekerjaan, eh rekan lainnya fokus nonton b*kep.

Ampun dah, di situ sepi pulak, untung saya nggak dilecehkan bareng-bareng, atau mungkin saya dulu sama sekali nggak menarik kali ya, hahahaha.

Namun, yang saya sadari, rekan-rekan kerja saya mungkin bisa menghargai saya, karena sayanya juga berlaku sopan dan hormat kepada mereka, jadinya mereka segan dan nggak berani macam-macam ke saya.

Hal ini bisa banget diterapkan kepada ipar lelaki, kalau kita sopan dan hormat, insha Allah ipar akan sangat menghormati kita juga.  
 

4. Tetap sopan dan hormat kepada ipar perempuan


Bukan hanya kepada ipar laki-laki, kepada ipar perempuan pun, sebaiknya kita tetap sopan dan hormat.
Nggak peduli usianya lebih muda, sebaiknya tetap tau adap yang baik dalam berinteraksi.

Dengan demikian, masalah dengan ipar wanita juga bisa dihindari, setidaknya kalaupun ada masalah, nggak bakal terlalu besar sehingga menjadi racun dalam rumah tangga.


5. Kurangi ekpektasi dan baper terhadap ipar


Akhir-akhir ini, saya sedang meresapi keyakinan, bahwa sebenarnya kebanyakan dari rasa sakit hati serta ketidakbahagiaan kita tuh, disebabkan oleh ekspektasi kita ditambah rasa baper (bawa perasaan mendalam) kita.

Ekspektasi ipar laki-laki maupun perempuan akan baik dan sopan, tapi kitanya nggak berlaku demikian kepada mereka. Lalu ditambah dengan dikit-dikit baper dan dipikirin mendalam, tentang hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi sebenarnya nggak terlalu berpengaruh besar di kita.

Mungkin ini juga yang bisa dilakukan, agar menghindari ipar adalah jadi racun dalam rumah tangga.


Kesimpulan


Pada dasarnya, ipar adalah racun itu benar adanya, dijelaskan dalam Al-Quran, di mana pembatasan interaksi antara istri dengan saudara laki-laki suami.
Karena keduanya bukanlah mahrom, sehingga setan bisa masuk menjadikan fitnah bahkan zinah.

Demikian juga dengan ipar perempuan, kadang bisa menjadi racun, bahkan menyebabkan kehancuran rumah tangga.

Karenanya dibutuhkan kebijakan dalam berinteraksi dengan ipar, agar hubungan tetap baik, dan masalah ipar adalah racun bisa diatasi dengan baik.


Itu menurut saya sih.
How about you, parents?

Sidoarjo, 27 Mei 2022


Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: cava edit by Rey

4 comments for "Ipar adalah Maut Dalam Rumah Tangga, Benarkah?"

  1. Betul mak Rey...Sebaik2nya Ipar mau perempuan atau laki2 memang akan lebih baik tidak satu rumah.

    Makanya saya heran sama sebagian orang yang sudah berkeluarga tinggal sama mertua terus nyampur sama ipar2nya...Kalau saya sudah mati berdiri kali.🤣🤣🤣

    Malah saya kalau dirumah pribadi sampai sekarang hampir nggak pernah ada saudara menginap, seandainya berkunjung yaa palingan sorenya pulang. Seandainya ada saudara atau ipar istri yang dari tanah sebrang datang malah saya suruh nginap dirumah orang tua saya...kalau dirumah bisa brabe, soalnya ipar dari istri saya banyakan perempuan.

    Biar sering dapat sindiran Pelit, karena rumahnya nggak boleh diinapkan, Saya tetap masa bodo amat.🤣🤣

    Dirumah Mertua aja saya nggak betah dan hampir nggak pernah nginap apalagi ngumpulin orang dirumah risih...Bahkan tamu datang kerumah saja, satu jam kemudian saya ajak kerumah orang tua saya karena udah kebiasaan begitu, masalah hidangan tetap tanggung jawab saya dan istri.😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren banget KangSat, jarang loh ada laki yang tegas masalah ini, daripada jadi masalah ya, mending lebih tegas dan jujur biar nggak salah paham :)

      Delete
  2. Aku mending jaga jarak aja mbak rey,biar aman tentram...bukan hanya sama ipar sih,sama siapa aja hahaha..gak berani akrab2 banget hihi

    ReplyDelete