Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Istri Depresi karena Mengemis Cinta Suami

Konten [Tampil]
Mengemis Cinta Suami

Parenting By Rey - Mengemis cinta suami? jahat banget deh suaminya udah nggak cinta lagi sama istrinya ya? eh enggak ding, ini bukannya bergibah tentang cinta suami yang habis atau berpaling pada yang lain.

Akan tetapi, ingin bergibah (lah? hahaha), i mean ingin menceritakan tentang tulisan saya di grup FB MotherHope Indonesia (MHI).

Ada yang ikutan grup tersebut di facebook?

Nah, bagi yang belum tahu, apa itu grup FB MHI, yaitu sebuah grup yang diadakan untuk mengsupport para ibu yang terkena depresi pasca melahirkan (mostly), terbentuk karena foundernya yang dulu nyaris bunuh diri bersama anaknya, karena tak mendapatkan dukungan saat terkena post partum depression.

Nah, grup ini sudah menemani saya sejak 2 tahun lalu, meskipun nih ya, lucunya, saya nggak pernah sama sekali melayangkan tulisan curcol di sana, malahan setiap kali nulis, semuanya tulisan bijak, yang anehnya cepat banget di matikan komentarnya ama para admin, hahaha.

Gimana ya?

Saya tuh jadi nggak nyaman mau curhat di sana, karena di sana banyak orang yang lebih menyedihkan dari saya (dari curhatan yang mereka tuliskan di grup tersebut).
Alhasil, alih-alih mau curhat, yang ada saya malah numpang kisah yang penuh motivasi *tsah.

Nah, kapan hari tuh, saya nggak sengaja baca curhatan salah satu anggotanya di sana.
Di mana sebenarnya, curhatan kayak gitu, udah seriiinggg banget ada di grup tersebut.
Apalagi kalau bukan curhatin suaminya yang kurang perhatian, kurang mengerti dia.

Karenanya, si ibu tersebut merasa makin depresi, nggak bisa menahan emosi, dan semacamnya.
Bahkan kadang berpikir, apa dengan bunuh diri, agar suaminya mengerti?

Exactly! Persis seperti yang pernah saya rasakan dulu.
Caper dengan bunuh diri, padahal kalau mati beneran mah rugi banget ya.
Udahlah belum tentu suami menderita, bahkan malah secepatnya cari perempuan lain, hahaha.
Lebih parahnya lagi, yang bunuh diri, bisa nyasar di neraka pula.

Astaga...
Can you imagine that?
Di dunia menderita, mati masuk neraka pula!
It's not fair!

OK Rey, fokus! hahaha.

Nah, karena membaca curhatan tersebut, saya yang lagi rempong ini itu, sempat-sempatnya nggak bisa nahan jari buat nulis komentar.
Namun, kok ya jari saya nggak bisa berhenti nulis, jadinya komennya panjang banget.

Akhirnya, saya putuskan untuk dihapus dari kolom komentar curhatan tersebut, dan menulisnya langsung ke kolom feed grup tersebut.
Subuh kemudian, di accept oleh adminnya, dan lumayan rame dong tanggapannya.


Ketika Depresi Hingga Nyaris Bunuh Diri Mengemis Perhatian dan Cinta Suami


Iya, saya pernah ada di situasi seperti yang dirasakan banyak istri-istri khususnya di masa pandemi ini.
Dan, temans yang udah sering baca-baca post saya sebelumnya di blog personal saya www.reyneraea.com pasti tahu, bagaimana kondisi saya waktu itu.

Mood kayak roller coaster banget.
Marah, kesal, bete. sedih, ilfil, dan sebagainya bercampur jadi satu, sampai akhirnya saya nekat menenggak obat sebanyak mungkin.
Untung nggak mati, ckckckck.

Tapi apakah semua yang saya lakukan itu ada manfaatnya?
Sama sekali enggak!
Yang ada, suami malah semakin kabur, hahaha.

Sampai saya curhat ke beberapa orang psikolog, baik berbayar maupun enggak.
Dari semua curhatan tersebut, masukan psikolog cuman 2, mindfullness terhadap pasangan.
Daaann, salurkan energi ke hal lain yang saya sukai.

Btw, penyaluran energi itu malah dianjurkan oleh mahasiswa psikolog, dan belum nikah dong, hahaha.

Lalu, apakah saya langsung mengikuti nasihat tersebut?
KAGAK LAH! hahaha.

Alasannya, kurang lebih sama dengan alasan kebanyakan istri-istri yang curhat di grup tersebut.
Ya gimana mau meaningful kepada pasangan?
Sementara kondisi kita sendiri juga butuh meaningful juga, tanpa pamrih.

Sulit tahu!
Mungkin bisa kalau lagi kejedot kepalanya, jadinya lupa ingatan, hahaha.
    
Nah, terus gimana?
Istri nggak bisa meaningful ke suami sehingga jadi semakin depresi sendiri, dan suamipun pusing melihat sikap istri yang depresi, lalu kabur begitu saja.

Yang ada bubar jalan deh.
Kalau bubar jalan bertanggung jawab sih nggak masalah banget ya.
Setidaknya anak-anak tak menjadi korban yang terabaikan.
Masalahnya, ini bubar meninggalkan masalah tak pernah berujung sedikitpun.

Yang ada, lama-lama istri bisa gila beneran, dari yang awalnya gila karena mengira dirinya gila, sampai akhirnya gila beneran, saking terlalu mengharapkan sesuatu yang tak kunjung didapatkan, hehehe.

Lucky me, Alhamdulillah...
Allah masih sayang pada saya, sehingga sampai di satu titik dan kondisi, di mana saya diarahkan ke jalan yang lain, jalan menuju ketenangan hati, meskipun jalannya sama sekali nggak mulus kek pipinya para selebgram *eh.

Saya akhirnya bisa sedikit move on dari masalah saya yang bagai pungguk merindukan bulan, akan cinta suami yang berbentuk pengertian buat saya.
Dan Alhamdulillah, saya mengalihkan energi tersebut, ke hal lain, yaitu melakukan hal yang saya sukai dan memungkinkan dilakukan, meskipun dengan susah payah, yaitu menulis di blog.

Perlahan tapi pasti, saya menenggelamkan diri pada tulisan di blog, sehingga saya punya energi buat menulis setiap hari di blog hingga setahun penuh.
Menulis dan menulis, lalu siapa sangka tulisan receh tersebut membawa saya pada rezeki-rezeki yang berdatangan melalui blog.

Dan iyes, saya bisa menghasilkan uang dong, dari energi yang saya alihkan dari suami, ke blog.

Coba gitu ya, sejak awal saya tanamkan ke pikiran saya, bahwa..
"Please dah Rey, mikirin suami bikin kesal sendiri, stres, depresi, marah-marah mulu, sakit hati mulu, alihkan ke cari duit napa?, duit bisa banget dong memberimu kebahagiaan!" 
Eaaahhh, hahahaha.


Mengalihkan Energi, kemudian Menghasilkan Uang dan Berbagai Kebaikan


Sejak saya menenggelamkan diri pada hobi, saya menulis dan menulis, nggak pernah tidur malam dong, bisa tidur ketika mata udah nggak bisa dibuka lagi, saking ngantuk parah.

Mengemis Cinta Suami

Terlihat tidak sehat sih, tapi perlahan namun pasti, jiwa saya jadi lebih sehat.
Semuanya, karena saya kehabisan energi buat mikirin hal-hal yang mengecewakan dari suami.
Mau berantem, orang mikirin berantemnya aja udah nggak mampu, hahaha.

Dan sejak itulah, tanpa aba-aba, suami juga jadi ikutan berubah jadi lebih baik.
Lebih peduli kepada anak-anak, lebih sering pulang.

Dan setelahnya saya berpikir, masalahnya memang ada di saya.
Karena saya bahkan tidak bisa mengalah untuk menang.
Karenanya saya berpaling untuk menang.

Dan yang saya dapatkan?
Bukan hanya sikap suami yang perlahan membaik, tapi juga penghasilan, yang bisa bikin saya membeli kebahagiaan, dengan membeli barang-barang impian saya.
(Sapa tuh yang bilang, uang nggak bisa beli kebahagiaan, hoax tuh, hahaha)

Mungkin demikianlah, salah satu hal yang bisa istri lakukan, jika depresi dengan mengemis cinta suami sesuai kebutuhannya.
Suami memang mahluk lelaki, yang diciptakan berbeda dengan wanita.

Kebanyakan, lelaki sulit untuk bisa kuat menghadapi orang depresi, ye kan... para lelaki kebanyakan kerja di luar, jadi skip rewelnya anak, yang para ibu hadapi every single day.
Jadinya, mereka tidak terlatih berada di bawah tekanan orang bertingkah, kayak istri yang marah-marah mulu.

Jika situasinya demikian, dibutuhkan satu pihak yang mau mengalah.
Suami sulit mengalah, karena pola pikir otaknya memang gitu.
Tapi, meminta istri yang sudah masuk tahap depresi untuk mengalah, rasanya sia-sia.

Alhamdulillah, saya bisa menenangkan diri dengan hobi yang saya kerjakan dan menghasilkan.
Ketika semua tenang, suami bisa lebih smooth masuk dan membenahi sikapnya sendiri.

Akan tetapi, ada noted juga jika ingin mengalihkan energi seperti ini, yaitu pastikan jangan kebablasan, takutnya nanti udahlah punya duit dan tentunya bisa berdiri di kaki sendiri, jadi makin ilfil deh ama suami.

Bubar grak beneran itu mah, hahahaha.

Demikianlah..

Sidoarjo, 15 Januari 2021


Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey 

8 comments for "Ketika Istri Depresi karena Mengemis Cinta Suami"

  1. curhat memang jadi jalan untuk lebih meringankan beban ya.
    aku tau grup itu dari mba rey sebelumnya, dulu pernah disinggung juga
    kalau ngomongin soal mengemis cinta ini mungkin sebelas dua belas sama bucin ya. Mengemis sesekali kayaknya nggak apa, tapi juga nggak frontal banget caranya.

    ReplyDelete
  2. Aku ga annkalo tulisan ini dpt banyak tanggapan, Krn isinya memotivasi banget siiih Rey ;). Baguuuus. Dan salut kamu akhirnya bener2 bisa mengalihkan perasaan depresi td ke hal lain yg berguna dan sesuai passion pula :).

    Harusnya memang seperti itu. Terkadang supaya tetep waras, kita hrs mencintai diri kita lebih, drpd cinta ke org lain. Jd jika suatu saat disakiti, setidaknya ga sampe down dan berfikir pgn bunuh diri. Krn terlalu sayang mati cuma gara2 pasangan yg ga pedulian .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tengkiu Mba Fan, semua juga karena banyak yang mendukung Mba, lucky me Alhamdulillah, punya banyak teman-teman blogger yang selalu kasih semangat :)

      Tengkiu Mbaaa :*

      Delete
  3. Time heals ya. Seiring anak mulai gede, mulai bisa mami punya waktu lbh utk diri sendiri. Bersyukurlah mbak punya hobi yg positif. Sebetulnya para suami jg wajib tahu bhwa istri punya hobi yg bs bikin dirinya tetap mjd dirinya, bukan sbg istri X, ibunya A. Dan itu penting bgt.

    Tolong dong kl ada pegawai kemenag baca ini, dimasukkan ke kurikulum pra nikah. Hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iyaa bener, seringnya memang para ibu yang depresi itu, karena merasa tak punya waktu buat dirinya sendiri, berkarya as dirinya sendiri.

      Bukan tak suka menjadi ibu, tapi karena dia manusia, di mana dia juga pribadi, sebagai anak, istri dan ibu :)

      Delete
  4. Wah, saya baru kali ke blog ini. Cocoklah bisa menimba ilmu dan pengalaman dalam dunia parenting. Tapi kunjungan pertama ini nampaknya bukan tentang parenting ya. Hehe.

    Kalau masalah cinta, sejujurnya saya cuma punya sedikit. Parahnya kebanyakan sudah saya limpahkan kepada anak, jadi istri cuma kebagian sisanya. Haha. Becanda mbak. Yah, kalau saya cinta anak, saya juga harus mencintai orang yang melahirkan si anak.

    Cara paling sederhana untuk menunjukkan cinta kepada istri adalah berbagi tanggung jawab mengurus anak. Anak bukan cuma beban istri, yang kalau rewel, harus istri yang handle. Kecuali waktu anak masih bayi, butuh ASI, tentu tanggung jawab itu tidak bisa saya jalankan. Apalagi sejak pandemi, kami merumahkan pengasuh anak, jadi anak benar-benar bergantung dari kami berdua, sementara kami juga harus mengerjakan tugas kantor di rumah (WFH).

    Untuk fokus menulis seperti mbak Rey, kayaknya juga belum bisa. Sesekali istri buka PO untuk bakery yang ia usahakan. Mungkin kapan-kapan mbak Rey bisa berkunjung ke instagramnya: @k.bakery28

    Lah, malah promosi. Haha,, maafin mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, ini cuman tempat sharing pola pengasuhan saya terhadap anak-anak kok :D
      Tidak bisa dijadikan acuan sih, tapi mungkin bisa jadi pilihan :)
      Selain itu juga membahas tentang kehidupan keluarga, termasuk dunia pernikahan :D

      Kereeeennn.
      Sejujurnya, saya kagum sama mostly lelaki blogger sekaligus ayah, mungkin karena sering menulis dan membaca opini orang kali ya, jadinya lebih bijak dalam bersikap.

      Sikap bahwa anak itu bukan cuman tanggung jawab istri itu masih jarang loh di aminkan para suami.

      Waaah tengkiu juga promosinya, mau intip aahh, bisa ga ya kirim ke Jatim? :)

      Delete