Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak Perempuan untuk Mengurus Ortunya

Konten [Tampil]
Nambah Anak Perempuan untuk Mengurus Ortunya

Parenting By Rey - Punya anak keduanya laki itu, means kenyang banget ama celutukan,
"Nggak nambah anak cewek, Mbak Rey?"

Biasanya sih saya menjawab, enggak mau!
Hahaha.

Well, biar kata sebenarnya bukan nggak mau jika nambah anak cewek sih ya, tapi punya anak dua orang aja kayak sekarang, terus harus mengurusin keduanya dan ngurus rumah, plus juga kudu ngeblog buat cari uang?

Seriously loh, itu bikin stres banget.

Sering banget loh saya kesal, ketika masih harus berkutat dengan yang namanya cari uang, terus keingat kalau saya belum masak, pakaian bersih anak-anak habis, itu berarti saya kudu ninggalin kerjaan saya, dan wajib mengutamakan masakan, yang juga rempong banget, masak nggak boleh pedes, karena si adik nggak doyan pedes sama sekali.

Pun juga, karena saya nggak suka menimbun banyak barang, jadi pakaian anak-anak juga terbatas, means saya wajib nyuci setiap harinya, terutama di musim penghujan gini.
Atau bahkan seperti sekarang, di pukul 23.30 malam, dan si adik ada di depan saya, menunggu saya membersihkan pupnya, karena dia masih juga belum lulus toilet training untuk BAB.

Sumpah ya, kadang saya berpikir, kapan ya anak-anak ini bisa mandiri, setidaknya saya cukup memasak dan membiarkan mereka makan sendiri, mandi sendiri daaannn sebagainya.

Bukan saya nggak suka anak kecil, tapi saya rasanya nggak sanggup, terus-terusan ngurus anak, sambil mikirin kudu cari di mana lagi nih duit, mikir kenapa klien belum balas email dan sebagainya.

Lalu, ada yang nanya, nggak pengen nambah anak cewek?
Duhhh, mau banget sih ya, i love baby so much, tapi saya nggak mau ngurus anak sendiri, apalagi kalau masih harus memikirkan duit juga, hiks.

Itu alasan pertama sih ya, karena sejujurnya, dulu tuh saya pengennya punya anak 3 atau 4 orang.

Bahkan udah sering dibahas ketika pacaran dulu, biar kata si pacar kagak respon lebih.
Saya berkaca dari keluarga sendiri, di mana kami hanya bertiga, lalu ketika kakak saya harus pergi dari rumah karena ikut tante, kami hanya tinggal berdua, saya dan adik.

Namun, ketika adik akhirnya berpulang, tinggallah saya seorang diri.
Lalu ketika saya harus pergi dari rumah demi cita-cita, tinggallah kedua orang tua yang bertemankan kesepian.

Karena itulah, saya pengennya punya 4 anak, terlebih melihat si paksu yang punya saudara banyak, hingga 7 bersaudara.
Rasanya kok asyik ya bisa selalu ramai di rumah, bisa kompak.

Namun ternyata setelah menikah dan punya anak, semua itu nggak semudah impian saya ketika belum menikah dulu.
Ternyata, punya anak itu nggak kayak pelihara Tamagochi (hayo, siapa yang nggak tau tentang Tamagochi? hehehe)

Ternyata, punya anak itu, adalah 'ekor' buat ibu khususnya, di mana babay deh dengan hal-hal yang kita impikan macam me time seorang diri, atau semacamnya.


Dua Anak Meski Tak Ada Perempuan, Bagi Saya Cukup!


Dua anak, bagi saya cukup!
Karena saya alasan tersebut di atas.

Capek tauk ngurus anak seorang diri itu.
Mungkin saya bakal dikatakan, seorang ibu yang nggak bersyukur, biarin dah.
Karena sesungguhnya saya sangat bersyukur, dan pengennya punya anak hingga 4, biar kata hamil dan melahirkan itu nakutin, hahaha.

Tapi serius.
Saya sungguh ingin menyerah ketika harus multi tasking, mengurus anak dan memikirkan berbagai konten kerjasama, bikin invoice yang seringnya minta direvisi mulu, hahaha.

Wanita itu, mungkin bisa multi tasking, tapi di kondisi saya, multi tasking itu menghasilkan sesuatu yang nggak sepenuhnya.
Sejatinya memang, yang namanya melakukan sesuatu itu, harus fokus, jika ingin mendapatkan hasil yang terbaik, bahkan membagi waktu untuk anak pertama dan kedua aja kadang sulit, apalagi dibagi dengan mencari duit.

Saya nggak mau lagi menambah anak, hanya untuk saya bentak, saking mereka merengek mulu ketika saya harus berkejaran dengan pekerjaan yang memang butuh uangnya.

Yup, saya jadi sering kelepasan membentak anak-anak karena itu, dan saya merasa depresi karena itu.
Lalu, semakin depresi, saya semakin membentak anak, semakin menorehkan luka di hati anak.
Sungguh, bahkan saya merasa lebih baik saya jadi working mom di luar, ketimbang bekerja cari uang dari rumah dan berakibat stres sendiri.

So, dengan keadaan begini, kebayang nggak sih kalau saya nambah anak lagi?
Hahahaha.

Biarpun anak saya laki keduanya, nggak masalah sih ya.
Nggak ada bedanya juga, mau laki atau perempuan.
Karena saya lihat sendiri bagaimana saya sebagai anak perempuan, dan paksu sebagai anak lelaki.

Dan yang paling utama adalah, anak itu urusan Tuhan dong ya, Dia yang paling tahu harus nitip milik-Nya di siapa?
Kan lucu banget gitu, kalau ada yang bilang, nambah anak?
Semacam anak itu bisa dibikin pakai adonan 1:2 *eh :D


Tentang Anak Perempuan Untuk Mengurus Orang Tuanya 


Nah, yang paling sering nih ya, ketika orang-orang menanyakan, apakah saya nggak mau nambah anak lagi, karena mereka penasaran, mengapa saya nggak mau nambah anak cewek, karena anak saya keduanya laki, dan mereka memikirkan, bagaimana nasib saya ketika tua nanti, siapa yang bakal mengurus saya, karena anak-anak adalah laki.

Nambah Anak Perempuan untuk Mengurus Ortunya

Duh so sweet banget ya orang-orang itu, begitu perhatian ama hari tua saya, hahahaha.
Tapi, sekalian bikin saya jadi mengernyitkan dahi.
Karena...
Menurut saya, bukan masalah gender sebenarnya, jika memang ingin berharap anak mengurus orang tua, tapi masalah pemahaman anak itu sendiri.

Jadi, bukanlah salah anak semata, jika ada meme bahwa,
"Seorang ibu bisa mengurusi 10 orang anak, tapi 10 orang anak belum tentu bisa mengurusi 1 orang ibu"

Bukan, bukan salah anak semata, tapi bisa jadi juga salah pengasuhan orang tuanya, dan juga salah tujuan punya anak dari orang tuanya.

Pertama, seperti saya yang anak perempuan, setelah menikah saya terpaksa berjauhan dengan orang tua, trus gimana caranya saya bisa mengurus orang tua?

Kedua, sebijaknya janganlah berharap anak sebagai orang yang harus mengurusi orang tuanya, karena tidak semua anak yang tidak bisa mengurus orang tuanya itu adalah salah anaknya, sebagian besar ya karena salah kondisi kehidupannya.

Karenanya, jika memang sadar kalau suatu saat nanti, ketika kita ternyata diberi usia panjang, dan akhirnya kita butuh bantuan orang lain, maka menabunglah sejak sekarang, sejak dini berbuat baik pada siapa saja, agar siapapun bisa membantu kita di hari tua, bukan hanya anak semata.

Seperti kondisi saya, jauh banget dari orang tua, pun juga orang tua nggak mau ikut anak-anaknya, takut membebani, alhasil kami sebagai anak hanya bisa berharap pada kebaikan hati tetangga.
Yup, berbuat baiklah selalu kepada tetangga, karena seringnya tetanggalah yang paling bisa diandalkan sesegera mungkin, ketimbang anak-anak.

Lalu, mau gender apapun itu, nggak bisa jadi patokan bisa urusin orang tuanya.
Apalagi buat saya perempuan, berharap anak perempuan mengurusi saya, memandikan saya.
Karena bukankah anak perempuan, justru wajib banget pergi mengikuti suaminya, jika sudah menikah nantinya?

Justru yang wajib itu adalah, anak lelaki.
Mereka tetap jadi beban orang tua, ketika sudah akil baliq.
Jadi, agak aneh rasanya, kalau saya mendengar banyak orang menyuruh saya punya anak lagi, yang perempuan, agar hari tua saya ada yang ngurusin.

Ibu mertua saya, punya 4 orang anak perempuan, tapi ketika beliau sakit, hanya anak yang memang nggak punya tanggung jawab mengurus suamilah, yang bisa diandalkan setiap saat.
Masa iya, anak-anak nggak boleh nikah demi mengurus ibunya? ye kan?

So, demikianlah.
Kalau ditanya, apakah saya nggak mau nambah anak?
Sayanya tentu saja nggak mau, namun semuanya dipasrahin ke Tuhan, orang hidup saya mah minjem doang dari Dia, dan Dialah yang berkuasa mengatur hidup saya.

Lalu, ketika ditanya, apakah saya nggak mau ngusahain punya anak perempuan, biar ketika tua nanti ada yang ngurusin?
Tentu saja enggak.
Pertama, saya tuh nggak suka ngerepotin orang.
Bahkan makan disuapin saja saya ogah, even sakit saya lebih suka makan sendiri.

Kedua, saya punya anak ya buat mengasuh amanah-Nya, bukan buat hari tua saya semata.
Satu-satunya yang paling saya butuhkan dari anak, cuman doanya ketika saya sudah kembali pada-Nya nanti.
Itu saja, udah lebih dari cukup deh rasanya.

Karenanya, mengenai hari tua saya, harus saya persiapkan sejak sekarang.
Baik doa maupun usaha.
Saya selalu berdoa, agar nantinya saya tetap bisa bermanfaat buat anak-anak, bukan jadi beban buat mereka.

Dan saya selalu berusaha, untuk melakukan apapun yang bisa saya lakukan sekarang, untuk hari tua saya, baik itu financial, maupun kesehatan.

Jadi, masalah anak perempuan, maupun laki, bukan masalah buat saya.
Tapi kalau nambah anak, masalah banget buat pikiran saya, meski pada akhirnya saya sadar, saya cuman numpang aja di dunia ini, semua apa yang saya miliki, termasuk hidup saya, ya adalah mutlak milik-Nya, dan Dialah yang tahu, mana yang terbaik buat saya.

Entah itu, hanya cukup punya anak 2 lelaki seperti sekarang, atau harus nambah anak lagi, entah laki atau perempuan.

Demikianlah.
Kalau Moms lainnya?

Sidoarjo, 27 Januari 2021

Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey 

12 comments for "Anak Perempuan untuk Mengurus Ortunya"

  1. Kalo saya & istri, udah sepakat kalo Bio adalah anak tunggal. Ya at least ikhtiarnya ke sana.

    Buat saya pribadi sih, anak means amanah. Lah satu aja masih grathul2 gini. Apalagi minta nambah.

    Dan saya sepakat sih kalau punya anak biar nanti ada yang ngurusin pas udah tua itu bukan alasan yang bijak untuk punya anak, berapa pun jumlahnya atau jenis kelaminnya.

    Anak itu bukan investasi yang harus 'menghasilkan' di masa depan. Bukan pula hadiah, melainkan titipan. Untuk dijaga sebaik-baiknya.

    But again, it just me ya toh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu salut ama pola pikir lelaki-lelaki macam ini, benar-benar terlibat langsung dalam semua masalah, jadinya sama-sama mengerti ya Mas.
      Dan open minded, bahwa merencanakan punya anak 1 itu lebih bijak, ketimbang nggak ada perencanaan dan jadinya ngasal serta melemparkan tanggung jawab anak ke satu pihak saja :)

      Delete
  2. Yang nungguin ibuku malah adikku. Laki-laki. Mbakku satu kota sih sama ibu tp agak jauh. Kl adikku rumahnya nempel rumah ibu.

    Pingin sih punya anak perempuan. Tp umur sudah kepala empat, plus kepikiran gmn nanti menikahkannya. Kl laki kan ga dirayain gpp. Hehe...

    ReplyDelete
  3. Oh iya, mbak. Kl kata suamiku, kl orang ingin di hari tuanya ditemani anaknya, jgn lupa disuwunke kpd Alloh.

    Gitu yg suamiku lihat dr orang2 di sekitarnya di hari tua.

    Tp ya kita mintanya tetap sehat di hari tua sekalipun, biar ga merepotkan siapapun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak laki atau perempuan, bukan jaminan ya, yang paling aman ya berharap kepada Allah aja, biar Dia yang mengatur semuanya nanti :)

      Delete
  4. tergantung dari pola asuh ortunya, entah itu anak laki laki atau cewek.
    aku liatnya di sosmed mbak hehehe, jadi ada anak cowok juga yang peduli dan ngerawat orangtuanya, apalagi ketika ortunya udah nggak bisa aktif gerak kesana kemari, padahal anak cowok mungkin terkesan cuek, nggak ngurus, etapi ini peduli banget sama ortunya

    ReplyDelete
  5. Perdana mampir ke blog Mba Rey yg ini. Kemana aja aku selama ini kayaknya baru pertama mampir ke sini 😆😆

    Aku setuju sama Mba rey, punya anak itu bukan biar kita ada yg ngurus di masa tua. Kan nanti anak jg punya tanggung jawab nya sendiri dg keluarganya, mau perempuan atau laki2. Tp klo akhirnya pas masa tua anak bantuin ngurus kita, alhamdulillah itu bonus..

    Klo pengennya anak berapa, aku ga mau sebut lah awalnya sbnrnya pengen berapa 😆 Soalnya diberi kesempatan dikasi amanah sampe 3. Jd dinikmati aja kehebohan di rumah yg ga pernh sepi ini..hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, iyaaa ini masih barujuga kok :D

      Bener banget, intinya kita mengasuh anak aja dengan ikhlas, insha Allah juga jadi bekal kita sebagai ortu, mau di dunia kek ataupun di akhirat kelak :)

      Delete
  6. Akupun hanya mau 2 aja Rey, ga kepengen nambah lagiiiii hahahah. Malah awalnya aku ga mau blasssss. Krn pada dasarnya aku ga suka anak2, sampe skr. Tapi syukur yeee Ama anak sendiri udah berubah mindset :D. Demi suami makanya aku mau utk punya 2 anak akhirnya.

    Kalo sampe ada yg ngomong begitu ke aku, nambah anak maksudnya, aku bakal jawab TIDAK! Trus si penanya pake acara ngomong, utk bantuin aku di hari tua, dia tinggal siap2 aku semprot, "sewa suster aja utk urusan hari tua, kenapa harus NYUSAHIN ANAK??"

    Aku dididik ama ortu untuk selalu mandiri, saat ini atopun masa tua. Jangan pernah berharap anak yg akan mengurus kita, Krn mereka akan punya jalan hidup dan tanggungan sendiri. Dengan kita minta si anak utk mengurus kita, itu artinya ortu egois. Bahkan mama mertuaku pernah wanti2, jangan pernah tinggal serumah Ama ortu ato mertua. Utk menghindari bentrok yg ujung2nya ribut dan merusak hubungan. Makanya kami tinggal beda rumah Ama almarhum mama mertua tapi deketan. Kalo sama ortuku jgn ditanya, beda pulau malah hihihi.

    Masalah si anak mau bantu ortunya, itu hrs dr keinginan anaknya sendiri, dan dengan persetujuan pasangan si anak kalo dia sudah menikah. Aku ga akan ngarepin menantuku ato anakku dikasih tugas ngurusin orang jompo.

    Itulah kenapa aku disiplin soal nabung, investasi dan proteksi. Krn itu peganganku dan suami setelah kami berdua ga serumah dengan anak2 :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Fanny..... aduh aku juga gak suka sama anak-anak. Dan sesungguhnya selalu merasa berdosa kalau mengakui ini karena kayaknya wajib untuk orang dewasa tuh suka sama anak-anak. Aku pengen anak, tapi ya memang nggak suka anak-anak. Itu hal yang berbeda kan.... :')

      Sekarang aku masih berusaha juga buat punya anak, kadang merasa bersalah kalau mikir jangan-jangan karena aku nggak suka anak-anak dan dulu pernah ga pengen punya anak makanya blm dikasih juga. Tapi kan berprasangka jelek sama Allah itu nggak boleh, dan itu berarti masih banyak tugasku yang lebih penting sehingga belum dianugerahi anak.

      Huhuhu, mau ngomen begini as komen biasa aja, tapi baca komen mbak Fanny bikin aku relate, jadi numpang reply sini ya mbak Rey. :D

      Dengan suami pun perspektif saya sama: anak bukan untuk mengurus orangtua. Kalau memang mau ngurus ya alhamdulillah, tapi kita juga harus sudah persiapan dari sekarang supaya pas tua nggak nyusahin anak. Anak aja nggak minta dilahirkan, masa iya kita tuntut ngurus kan yha...

      Delete
    2. Mba Fanny selalu the best pokoknya!

      Bener, Mba, jangan berharap, tapi kalau anak mau bantuin, silahkan, itupun jangan sampai menimbulkan masalah buat keluarga anak.

      Mega: off course tak perlu merasa berdosa say.
      Itu sangat wajar kok, manusiawi.

      Banyak juga kok yang awalnya suka anak kecil, lah jadi alergi, kek saya.
      Setelah tahu bahwa punya anak, dan mengasuh dan mengurusnya sendiri itu beraaaattt banget.

      Semangat Mega, insha Allah diberikan yang terbaik :)

      Delete